Disclaimer: Eyeshield 21 © Riichiro Inagaki and Yusuke Murata. I am making no profit from this fanfiction
Warning: Pengetahuan amatir tentang kedokteran, friendship, OOC-maybe, OCs
Notes [1]: Dedicated to Eyeshield 21 Fanfiction Award: Reborn
Summary: Kecelakaan naas yang menimpa Kotaro membuatnya seakan berubah menjadi orang lain.
.
I have this dream, where I start to talk to you and you don't recognise me
- Retorico –
Sender: Julie
Received 9.05 AM
Akaba, Kotaro kecelakaan?! Itu benar?
Sender: Julie
Received 10.22 AM
Akaba, bagaimana keadaan Kotaro?
Sender: Julie
Received 10.51 AM
Heh, Kotaro bagaimana? Balas ASAP!
Sender: Julie
Received 11.55 AM
Jangan buat aku khawatir begini, bodoh!
Sender: Julie
Received 12.39 PM
Kumohon katakan dia baik-baik saja.
Sender: Julie
Received 12.56 PM
Akaba... Kotaro baik-baik saja, kan?
.
Say You'll Remember
-by Sapphire-
Chapter 1 of 2
.
Aiiku Hospital, Tokyo. 15.20 PM
"Operasinya baru saja selesai, dan dokter bilang dia akan baik-baik saja." Akaba mengatakannya dengan nada lelah. Sudah hampir seharian ia menghabiskan waktu di rumah sakit. Bahkan ketika kakak perempuan Kotaro sudah datang siang tadi, Akaba masih tetap tinggal. Sikap keras kepalanya ini kadang mengherankannya juga. "Maaf baru menghubungimu, ponselku dalam silent mode dari tadi."
Julie menghujani inbox-nya dengan puluhan pesan masuk yang sama sekali tidak Akaba balas. Alasannya yang terakhir sebenarnya bohong, ia hanya tidak siap untuk menghadapi manajer Bando Spiders itu. Percaya atau tidak, Hayato Akaba itu bisa panik. Dan Julie yang juga sedang sama paniknya hanya akan membuat suasana hatinya semakin buruk.
Jadi lebih baik ia tunggu dulu sampai keadaan sudah tenang, baru kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Julie.
"Aku tidak tahu seberapa parah, dokter mengatakan tengkorak kepalanya retak dan mengalami pendarahan di dalam." Akaba ngeri sendiri ketika mengulangi ucapan yang dikatakan dokter yang menangani operasi Kotaro itu. Ia menelan ludah kemudian. "Kau tenang dulu, ya. Yang terpenting sekarang operasinya berhasil. Oke, oke, sehabis pulang sekolah kau langsung kemari saja. Nanti aku kirim alamat rumah sakitnya."
Sambungan lalu terputus, Akaba menghela napas. Hebat sekali ia masih bisa menenangkan Julie sementara perasaannya sedari tadi juga sudah tidak karuan. Di balik wajah tenang dan nada suaranya yang datar, Akaba saat ini tengah panik setengah mati mengenai keadaan Kotaro.
Si bodoh itu tadi pagi mengalami kecelakaan dalam perjalanan ke sekolah. Kepalanya terbentur cukup keras akibat terpeleset di jembatan penyebrangan. Akaba kebetulan ada di tempat kejadian, maka ia langsung memanggil ambulans dan menunggui Kotaro selama di rumah sakit. Keluarganya sulit dihubungi dan baru siang tadi kakak perempuannya akhirnya datang.
Kakaknya cemas sekali, ia sudah seperti ingin pingsan ketika Akaba menceritakan ulang kronologis kecelakaan yang menimpa adiknya. Maka ketika dokter memanggil salah seorang keluarga Kotaro untuk mendiskusikan mengenai penanganan lebih lanjut, Akaba lah yang maju. Akaba benci menenangkan seseorang ketika ia bahkan tidak tahu apa keadaan akan baik-baik saja atau tidak. Tapi yang ia tahu, ia menggenggam erat tangan kakak Kotaro sambil mengatakan untuk tidak perlu cemas.
Akaba masuk ke ruangan dokter kemudian.
.
"Operasi barusan dilakukan untuk merekonstruksi ulang tengkoraknya yang retak. Tengkoraknya itu sudah tenggelam menuju otak ."
Dokter Kagawa membuka percakapan dengan ucapan yang membuat Akaba merinding. Tengkorak yang tenggelam ke otak? Akaba mencoba untuk bersikap tenang, ia mengangguk-angguk untuk menanggapi.
"Untungnya dinding otaknya tidak terluka. Kami berhasil merekonstruksi tengkoraknya kembali ke profil normal, dan kami cukup yakin untuk selanjutnya pasien akan baik-baik saja tanpa masalah." Dokter Kagawa menjelaskan dengan nada lebih cerah. "Memang masih terlalu dini untuk mengatakan kapan pasien bisa keluar dari rumah sakit, tapi kami optimis dia bisa sembuh."
Akaba menghela napas lega.
"Tapi tentunya tetap ada efek samping dari semua ini."
Ekspresi Akaba kembali menegang.
"Kami teknisnya membuka kepalanya, akan ada luka jahitan permanen yang tertinggal di sana. Dan dengan tengkorak yang baru direkonstruksi, kami menganjurkan pasien untuk mengenakan pelindung kepala selama beberapa waktu ke depan." Jelas dokter Kagawa sambil menunjukkan beberapa hasil scan tengkorak Kotaro.
Itu terdengar tidak begitu buruk. Akaba yakin Kotaro cukup kuat untuk menerima semua ini.
"Dan," dokter Kagawa rupanya masih belum menyelesaikan kabar buruk yang ia bawa. "trauma akibat benturan keras itu akan menyebabkan pasien kehilangan sekitar 7% ingatannya. Itu bukan sesuatu yang permanen, untungnya. Ia akan pulih secara perlahan."
Ini baru buruk.
.
Ketika Akaba keluar dari ruangan dokter, ia mendapati Julie dan kakak Kotaro—Sasaki Hidemi—tengah duduk di ruang tunggu dengan wajah cemas. Akaba berjalan dengan langkah lambat mendekati kedua perempuan yang sangat peduli pada Kotaro itu. Ia tidak yakin bisa memberitahukan keadaan Kotaro pada mereka.
"Akaba, bagaimana Kotaro?!" Julie langsung bangkit dari duduknya ketika melihat kemunculan Akaba.
"Fuu, kau lebih baik duduk dulu." Ujar Akaba tenang. Julie kembali duduk dan Akaba lalu mengambil tempat di sebelahnya. "Kepalanya terluka cukup parah, tapi Kotaro akan baik-baik saja." Ia mempersingkat ucapan dokter Kagawa tadi dengan versi yang menurutnya tidak akan membuat dua gadis ini pingsan karena cemas.
"Seberapa parah?" bisik Hidemi.
Ini adalah kakak Kotaro, orang yang paling berhak untuk tahu mengenai keadaan adiknya. Tapi Akaba yakin dengan keadaannya yang sekarang Hidemi tidak akan siap mendengarkan kondisi Kotaro. "Tengkoraknya harus direkonstruksi ulang." Lirih Akaba.
Sudah bisa diduga, Julie dan Hidemi semakin pucat ketika mendengarnya. Akaba mendengus, seandainya saja mereka yang mendengarnya langsung dari dokter Kagawa.
"Kotaro kuat, dia akan baik-baik saja." tandas Akaba akhirnya.
Atau ia harap begitu.
.
I have this dream, where I start to talk to you, but can't say anything
- Retorico -
.
Akaba tidak kaget ketika melihat kepala Kotaro kini botak. Rambut noraknya itu kini sudah dipotong habis oleh tim dokter dalam rangka membetulkan tengkoraknya. Ada sebuah luka jahitan setengah lingkaran yang terlihat jelas di kepalanya, Akaba bergidik sendiri ketika melihat luka itu.
Julie dan Hidemi sedang makan di kantin rumah sakit setelah Akaba menyuruh mereka untuk mengisi perut dulu sebelum melihat keadaan Kotaro. Bukan apa-apa, perut yang kenyang akan membuat mereka lebih kuat dan tidak mudah pingsan. Akaba sudah berpikir sejauh itu.
Tapi sejujurnya, ia tidak yakin apa ia sendiri cukup kuat saat ini. Saat ia hanya bisa melihat Kotaro terbaring lemas tak berdaya di kasurnya sementara ia tidak bisa melakukan apa pun untuk menyembuhkan Kotaro.
Dokter Kagawa mengizinkan Akaba untuk melihat keadaan Kotaro. Ia baru saja sadar beberapa saat lalu dan telah selesai diperiksa ulang oleh tim dokter. Dokter Kagawa bilang kondisinya cukup baik dan sudah bisa diajak berkomunikasi. Akaba diberi waktu untuk mencoba mengajaknya bicara.
Tapi ia bahkan tidak tahu mau mengatakan apa.
Pandangan Kotaro linglung, ia masih belum menyadari kehadiran Akaba. Ketika Akaba menarik kursi untuk duduk di sebelah kasurnya, baru lah Kotaro memandangi pemuda berambut merah itu.
"Ah," lirih Kotaro.
Akaba menyunggingkan senyum tipis, "Aku harus mengatakan rambutmu yang sekarang lebih cocok dengan kepekaan musikmu."
Kotaro menyipitkan mata ketika mendengar ucapan tidak jelas barusan, "Apa?"
"Bukan apa-apa." Tidak ada gunanya mengejek orang yang baru saja lolos dari maut. Akaba tahu operasi itu pasti sangat berat untuk Kotaro. Lihat saja, biasanya pemuda norak itu pasti akan sibuk menyisir sambil mengatakan 'smart' berulang kali. Tapi sekarang ia terlihat begitu lemah dengan kepalanya yang botak. Akaba bersimpati. "Kau tahu namamu?" tanyanya kemudian.
"Dokter yang barusan sudah menanyakannya," gumam Kotaro bosan. "Aku Sasaki Kotaro."
Akaba masih melanjutkan. "Tanggal lahirmu?"
"Hm, 19 Juli."
"Berapa anggota keluargamu?"
"Satu ayah, satu ibu, satu kakak perempuan."
"Kau tahu ini rumah sakit mana?"
"Mana kutahu! Kepalaku terbentur dan tahu-tahu aku sudah terbaring di sini! Kau yang harusnya memberitahuku!"
Akaba mengangguk-angguk, tampaknya tidak begitu parah. Setidaknya Kotaro sudah bisa bersungut-sungut. Mengetahui hal itu membuat Akaba menjadi lebih rileks. "Apa hal terakhir yang kauingat?"
Kotaro memandang langit-langit, pandangannya berubah muram. "Aku ingat ada dokter yang mengatakan, 'Nah, Kotaro, kami akan membuka kepalamu', lalu semuanya gelap. Tapi tadi mereka datang dan mengatakan aku akan segera sembuh, mereka juga bilang aku harus mengenakan pelindung kepala."
"Kau akan segera sembuh." Akaba mengiyakan dengan cepat. "Kau akan sembuh dan lalu membantu Bando Spiders di turnamen Kanto." Tegasnya lagi.
"Hm," Kotaro bergumam pelan. Ia kemudian memandang Akaba dengan pandangan bertanya, "Omong-omong, kau siapa?"
.
I have this dream, where you just look at me, kind of mournfully, and I get choked up and can't speak
- Retorico -
end of chapter 1
.
Notes [2]: Referensi dari cedera yang menimpa Kotaro diambil dari kecelakaan salah satu pemain Internazionale di tahun 2010 yang menyebabkan tengkoraknya retak. Jadi yeah, semua yang ditulis di fanfiksi ini hanyalah gambaran ulang dari cedera pemain itu. Sekarang dia masih hidup, sehat walafiat dan masih harus menggunakan pelindung kepala tiap kali bermain di lapangan.
[3]: Akan diapdet setelah kegiatan ospek di kampus saya selesai. Pasti tamat kok, ini kan buat award.
[4]: Ini bukan AkaKota romance sih (Kapan juga saya bikin yang romance?), tapi saya dedikasikan fanfic ini untuk Lavenz Aru yang pernah ngerikues AkaKota ke saya, maaf baru jadi sekarang :)
[5]: Mengenai OCs yang ada:
- Sasaki Hidemi: Kakaknya Kotaro, tapi di manga gak dikasih tau siapa namanya. So yeah, saya pilih nama Hidemi karena itu nama yang manis.
- Dokter Kagawa: Apa banget lah, yang pertama kepikiran adalah nama pemain Manchester United, Shinji Kagawa =_=
[6]: Tema reborn mungkin baru kerasa di chap depan.
[7]: Judul diambil dari potongan lirik lagu Lana del Rey, 'Blue Jeans'.
Terima kasih sudah membaca, silakan meninggalkan review jika berkenan.
Jakarta, 23/08/2012 - 10:46 AM
