Najong ah... udah lama hiatus... eh pas nongol malah bikin cerita bersambung lagiii Hwaaaaa...

Niatnya cuma mau bikin cerita one shoot... tapi apa daya... tangan tak sampai XD, saya paling gak bisa bikin cerita pendek QAQ...

Tapi tenang saya udah ada bayangan sampe cerita ini finish, gak bakal lebih dari 6 episode deh XDDD...

Ya udah de...

Kalau mau ngeflame, flame ajah kekurangan fic saya, tapi jangan flame karakternya okeh? Deal? Kalau bisa sih kritik saya aja ^^-

.This Is My Turn To Unleash My Imagination.

~^^ SAYA BUTUH KRITIK YANG MEMBANGUN ^^~

^^ Peace ^^

Ya udahlah daripada mendengarkan ocehan saya yang nggak penting langsung aja lah baca, dan jangan lupa RNR~ *Maksa* *Dilempar Kompor*

Summary:

"Kau tahu glukokinase?" "Enzim khusus Glukosa kan?" " Apa ini Stoic-ase baru denger?" "Untuk memutus ikatan stoic di wajahmu"

Disclaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

Seven Days With Proffesor Who Like Cactus © Naer Sisra

Pair: Gaa x Saku

Mungkin nambah kalau diperlukan

Total kalimat dalam fic: 2537 words (Saya gak bisa bikin cerita yang pendek)

Warning : Out Of Character dan Alternate Universe

^^ Anda telah diperingatkan ^^


.

.

"SA-KU-RRRAAAAA!"

Suara menggelegar datang dari arah ruang BP. Semua orang yang berada di sekitar situ tahu kalau Tsunade-sensei yang mengeluarkan suara menggelegar itu.

"A-anoo... sensei... hari ini kan hanya terlambat 20 menit... hehehe..." Ucap Sakura cengengesan + watados.

"Whooot? L u kira ini taman hiburan yang bisa dimasukin semau lo! Ini sekolah neng! Sekolah!" Begitulah isi jeritan inner Tsunade, tentu saja tidak dia keluarkan di sini, hanya akan difilter dan dipilih kalimat yang lebih baku, lebih sepan, dan lebih menusuk.

"Okeeeyyy... let me think..." Ucap Tsunade dengan suara yang diimut-imutin sambil sok mikir, malah jadi menakutkan, lalu berdiri dan menuju ke samping Sakura.

"LOOK AT MY FACE!" Ucap Tsunade sambil menunjuk wajahnya. "Apa kau kira telat 20 menit itu biasa? Eh?"

"Ya... kan batas telat kan +15 menit setelah bel masuk bunyi sensei, jadi kalau ditambah 5 menit kan gak ada bedanya," Sakura menjawab tanpa beban.

"Dua puluh menit..." Tsunade mengambil sebuah daftar dari buku hitam, dengan kasar dibuka-nya halaman buku itu dengan kasar.

"Masayuki Toora, sayang sekali," Dengan kasar dia mencoret nama itu dari buku hitam tersebut dengan ekspresi yang mengerikan.

Sakura menelan ludah, dia tahu nama yang disebutkan senseinya itu baru drop out kemarin dari sekolahnya. Dari gelagat Tsunade plus buku hitam, Sakura nggak bisa nggak gemeteran.

"Oke, masalah +5 menit dari jadwal memang tidak masalah untuk kasus tertentu, kau tahu kan kasus apa, jadi tidak usah aku diktekan semua aturan-aturan tidak penting itu."

"BUT!" Kini Tsunade memegang kursi bagian belakang Sakura dengan keras.

"Lain lagi kasusnya dengan anda nona yang terhormat," Katanya dengan menyindir Sakura dengan kalimat 'yang terhormat'.

Sakura makin tidak bisa menahan gemetarannya, walaupun dia udah pegangan ama jimatnya (gantungan HP bentuk Sadako).

"Kan saya hanya 9 kali telat berturut-turut sensei," Ucap Sakura dengan polosnya dan tanpa dosa walalupun dia sedang gemetaran. Dasar nggak bisa baca sikon.

"HANYA 9?Anda kira itu angka yang kecil apa? Dan saya koreksi, 10, anda telat 10 kali berturut-turut!"

"Oh iya 10 hehehe..."

"Astaganagabonarjadidua! Ni anak kampret atu nggak bisa baca sikon apa? Dasar, bisa-bisa darah tinggi gue kambuh lagi nangannin beruk atu ni!" Inner Tsunade makin menjadi-jadi, dan tentu tidak akan dia sembur Sakura dengan kalimat tidak baku dan penuh sumpah serapah itu.

"Well..." Tsunade kembali duduk di kursinya, dan terkesan seperti hakim dan Sakura terdakwa yang berwajah polos.

"Kau tahu... apa ini?" Tanya Tsunade dengan mengangkat buku hitam yang tadi dia lihat.

"Black book sensei," Ucap Sakura.

"Dan kau tahu apa yang terjadi jika aku menulis namau disini?"

"Saya akan mati?" *mang death note apa?*

"Memang tidak seekstrim itu walaupun aku sedikit ingin, tapi kau akan tercatat disini sebagai anak nakal, orang tuamu akan dipanggil dan yang paling parah kau bisa diskors bahkan dikeluarkan, kamu kan tidak mau bernasib sama dengan teman kecil kita Masayuki Toora? Kamu paham kan?"

Sakura menggeleng walaupun dia paham, entah mengapa dia berani mengeleng.

"Oke, lihat buah apel ini, bayangkan ini anda Mademoisele Sakura," Ucap Tsunade dan tanpa ba bi bu dia langsung mencengkram apel tersebut saking kuatnya hingga remuk sampai cairan di dalamnya keluar menetesi meja kerjanya.

"Get a picture?" Ucap Tsunade yang senang mengintimidasi muridnya dengan menggunakan bahasa Inggris. Walalu terkadang tidak ampuh dengan anak yang otaknya pas-pasan, gak ngerti Tsunade ngemeng apa.

Sakura hanya bisa ngangguk-ngangguk kayak ayam lagi mabuk.

"Baik sensei, sekarang saya bisa pergi kan?" Tanya Sakura.

"Tunggu sebentar, kamu jangan pergi dulu, kamu juga harus dihukum." Tsunade mengambil beberapa berkas dari dalam lacinya. "Baiklah, saya mendapat laporan bahwa laboran (penunggu lab) dari lab IPA terpadu sedang cuti..." Ucap Tsunade.

"Kau dihukum menggantikan pekerjaan laboran tersebut, tugasnya tidak lebih berat dari laboran yang sesungguhnya, kamu hanya membantu asisten praktukum saja, ok. Nah kamu boleh keluar." Tsunade menyuruh sakura keluar dengan tangan dilambaikan bagai mengucap 'shoo shoo...'.

"Baik Tsunade-sensei..." Sakura beranjak dari tempat duduknya.

"Ah Saya lupa, laboran itu tidak bisa ada disana selama satu minggu, jadi pastikan dirimu bisa mengerjakannya dengan baik."

"Egh! Se-seminggu?" Inner Sakura menjerit sedangkan jasadnya hanya bisa mematung di depan pintu ruang BP.


.

.

Pelajaran terakhir selesai, matahari sudah mulai turun perlahan, padahal baru jam setengah 4 sore. Semua siswa bersorak senang kecuali satu orang. Yup, siapa lagi kalau bukan Sakura Haruno.

Dia berjalan dengan dua sahabatnya, satu berambut blonde dan satu berambut indigo.

"Pelajaran tadi susah banget sih... mana pelajaran biologi lagi, tentang enzim pula... ahhh i'm beat!" Sakura melengos sambil mengeuh, "Mana ada kerjaan lagi abis ini."

"Hahahaha... habis ini aku akan belanja sepuasnya! Balas dendam sama minggu kemarin, soalnya uang jajanku ku tabung sampai aku kelaparan, ah tapi lumayanlah itung-itung diet ufufufufu..." Ucap siswi berambut blonde dengan poni yang 'panjang sebelah' menutupi sebelah matanya yang biru.

"Diam kau Ino-pig! Senang ya menari-nari di atas penderitaan orang lain!" Gerutu Sakura, "Coba sekali-kali kayak Hinata yang gak nyebelin kayak kamu!" Sakura menunjuk anak perempuan berambut indigo di sebelah kirinya.

"A-ano... Sakura-chan, kau terlalu berlebihan..." ucap Hinata malu dengan lirih.

"Iya Sakura, Hinata gak protes wekkk... rasain tuh hukuman makanya jangan masang sirep di bawah bantal jadi gak bangun-bangun hehehe..." Ino mempercepat langkahnya, "Ja minna, aku duluan yah aku ada urusan di mall, bay bay j'et amie may pren!" Lalu Ino langsung ngacir sambil meneriakan slogan mall-mall "Run your money till drop!"

Kedua temannya hanya bisa diam ditempat.

"Dasar fashionista!" Ujar Sakura.

Hinata melihat jam tangannya, "Ah, aku duluan yah Sakura, ada janji hehehe..."

Hinata beranjak dan berjalan lebih cepat.

"Ada kencan dengan Naruto yah?"

Hinata hampir terjungkal mendengar kalimat Sakura yang terakhir.

"Hahaha... ternyata benar, ya sudah aku ke lab dulu yah," Sakura bergegas belok di tikungan lalu menuju ke arah lab yang ada di sebelah kiri gymnasium.

"Ah sigh... masa Hinata aja udah pacaran, padahal dia kan lambat banget soal beginian..." Sakura meratapi nasibnya yang kurang beruntung berjalan terseok-seok dengan malas menuju Lab Kimia.

"Padahal tampang ku kan gak jelek-jelek amat," Masih dengan meratapi nasibnya Sakura berjalan dengan terseok-seok.

Dia sampai di depan pintu lab yang bercat putih dan sedikit terbuka, diciumnya bau berbagai larutan yang mudah menguap, banyak macamnya bahkan yang berbau pesing pun tercium. Dan lama kelamaan makin tercium.

"Ugh... bau apa ini?" Gerutunya sambil memencet hidungnya dan mundur beberapa langkah.

Belum sempat Sakura mundur lagi, pintu depan terbuka lebar, mengagetkan dirinya sehingga membuat keseimbangannya goyah, dia terpeleset.

"Ahhhh!" Jeritnya sebelum akhirnya sebuah tangan menarik lengan Sakura sehingga dia tidak jatuh ke belakang tapi jatuh kedepan, ke sebuah katun putih yang bebercak coklat-ralat- ke sebidang dada yang terbalut jas lab yang bebercak coklat.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya suara berat yang ngebass, sudah dipastikan dia laki-laki.

"Uum... yah kelihatannya begitu," Ucap Sakura ragu-ragu. Tidak apa-apa sih, tapi kalau dipeluk begini mana bisa gak apa-apa.

"Untunglah..." Ucapnya melepas pelukannya dari Sakura, dan dia segera menghampiri pot kaktus yang ada dibelakang Sakura.

"Untunglah, mereka tidak apa-apa..." Ucapnya kepada tanaman kaktus. Lalu dia berdiri dan berbalik menghadap Sakura.

"Eh! Dia dari tadi mencemaskan kaktusnya? Bukan aku? Helo? Yang jadi korban di sini siapa mas?" Inner Sakura berkumandang.

"Hei... hati-hati kalau jalan, kau hampir merusak kaktusku," Ucap cowok itu.

"Eh... tapi kan kamu yang buka pintu tiba-tiba dan nagetin! Enak aja main nyalahain orang," Sakura menggerutu sambil membersihkan seragamnya dari sedikit bubuk-atau apalah-yang seperti garam.

"Ugh.. bau apa ini?" Bau pesing yang Sakura cium tadi makin merebak.

"Oh, itu bau amonia, jangan berlebihan begitu," Cowok itu kemudian masuk duluan ke dalam lab. "Oh iya, kamu itu siswi yang dihukum menjadi pembantu asisten praktikum kan?" Tanyanya lagi tanpa menoleh ke Sakura.

"Ya, saya disuruh kesini dalam seminggu, memang kamu asistennya yah?" Tanya Sakura sambil memperhatikan cowok itu.

Dia baru sadar kalau cowok itu lumayan tinggi dan berambut merah, jas lab bagian belakangnya begitu kumal dengan bercak-bercak warna-warni. Lalu saat cowok itu berbalik, Sakura melihat kaca mata kotak yang bertengger di hidungnya dengan frame hitam kecoklatan, Sakura juga melihat mata cowok itu mirip dengan mata Sakura hanya lebih gelap dan agak kebiruan, torquise, mungkin warna semacam itu. Di sekitar matanya berwarna kehitaman, terlihat jarang tidur enak. Di name tag yang tersemat di dada kirinya bertulis : Gaara no Sabaku.

"Gaara no Sabaku?" Pikir Sakura agak lambat, kok kayaknya pernah dengar nama ini...

"Oi gadis pink, masuk kemari, tadi aku menumpahkan amonia ke lantai, tolong bersihkan," Gaara kembali berbalik dan masuk ke dalam dengan segera.

"E-eh! Aku bukan gadis pink! Aku Haruno Sakura, kau lebih baik mengingat namaku ini, atau..."

"Atau apa gadis pink?" Ucap Gaara yang kini berkutat dengan titrasinya di meja laboratorium.

"Jangan panggil aku gadis pink!" Sakura kesal dengan kelakuan orang satu ini.

"Lap pel ada di sebelah kirimu, itu ruang bersih-bersih, ambil dan pel, buang airnya ke pembuangan air, amonia tidak berbahaya jadi cepat kerjakan..." Gaara meneteskan perlahan-lahan larutan kuning di pipet tetesnya.

"Buju! Sumpah ini anak nganggep gw pembantu apa?" Inner Sakura udah menjerit kesal. Tapi tetap saja dia kerjakan. Diambilnya lap pel dan ember. "Dimana yang tumpah?" Tanyanya enggan.

"Tuh." Gaara menunjuk ke sekubangan cairan berwarna coklat dengan bau pesing yang mencekat.

"Ughhh..." Sakura mulai mengepel amonia itu, lalu dengan cepat dia peras di ember, "Ahhhh... bau banget!" Ucapnya sambil menahan napas, sumpah itu bau amonia, nyesekin paru-paru (Pengalaman author).

Gaara melirik ke Sakura yang lagi misuh-misuh meres pel ke ember dengan muka mengernyit, lalu kembali lagi ke aktifitasnya.

"Masa' membersihkan amonia tidak pakai masker, kamu mau sesak napas apa?" Tanya Gaara dengan seenak jidatnya.

"Eh memangnya bisa pake masker, bilang dari tadi dong! Mana, mana sini minta!"

"Ada tuh di sampingmu," Ucap Gaara.

"Ahh... akhirnya lumayan bisa lega," Ucap Sakura yang kini memakai masker putih yang agak berbau, ehem, keringat.

"Duh kok makin parah sih, ini jadi kayak bau badan!" Umpat Sakura melepas maskernya.

"Bukan yang itu, sebelahnya lagi, itu udah ketumpahan asetat, jadi kayak bau keringat."

"Asetat?"

"Asam cuka untuk lebih mudahnya, ah... kimia mu berapa sih?" Ucap Gaara sadis.

"UKKIII!" Iner Sakura menjerit kayak monyet. "Sabar... sabar... sabar... pak sabar aja nggak sesabar ini... sabar... sabar..." Gumamnya sambil mengelus-elus dadanya agar innernya sedikit tenang.

"BYL!" Umpat Sakura dengan kesal.

"Hah? Apa itu? Aku belum pernah dengar senyawa kimia itu?"

"Ah bukan apa-apa itu hanya singkatan," Ucap sakura. "Yang disingkat jadi Bangs** Ya Lu" Inner Sakura meneruskan, tapi kena sensor.

Gaara hanya mengangkat bahunya lalu mulai kembali menekuni pekerjaannya.

"Cepat selesaikan dulu mengepelnya, setelah itu tolong bereskan botol-botol yang ada di meja praktikan, tadi siang abis praktikum, taruh di lemari yang ada di sekitar meja praktikan itu," Gaara masih sibuk berkutat dengan percobaannya, warna larutan berubah dia segera mencatatnya.

"Baik tuan," Ucap Sakura ketus, Gaara tidak menanggapi.

Setelah selesai memeras beberapa kali, akhirnya pel bersih dari amonia.

"Dibuang kemana nih?"

"Ke wastafel yang ada diujung meja itu." Gaara menunjuk wastafel yang dimaksud.

Sakura membuang amonia itu dengan senang, akhirnya tugasnya sudah selesai, eh belum ding, dia harus membereskan botol-botol sisa praktikum. Dan sebelum itu dia harus mengepel lantai dulu.

"Urghghh... kapan beresnyaaaaa..." Sakura tengah meletakkan larutan-larutan dalam botol menurut kelompok yang ditulis Gaara di secarik kertas, padahal baru beres ngepel dan hal itu sungguh sulit, mengingat Sakura yang tidak familiar dengan larutan-larutan itu.

Matahari sudah hampir tenggelam, sudah jam 5 sore. Dan pekerjaan membereskan sudah hampir selesai.

"Oh iya, pink," Sakura mendelik ke sumber suara.

Gaara tengah berdiri di depan pintu, "Jangan lupa bereskan sisa pekerjaan ku tadi, cuci bersih semuanya dan kau baru boleh pulang." Gaara membuka pintu lab dengan cepat.

"Eh kamu mau kemana?"

"Mau pulanglah."

"Eh! Terus aku sendirian dong di sini?"

"Iya."

"Seriusan?"

"Selamat bekerja." Dengan satu kalimat yang bukan jawaban yang pantas dari pertanyaan Sakura yang sebelumnya, pintu berdebum tertutup dan Sakura sendirian di lab. Tapi pintu terbuka lagi, dan Gaara masuk kembali.

"Jangan lupa sesudah membersihkan, kunci semua pintu ruang bahan, ruang alat, dan ruang persiapan, juga pintu lab." Gaara memberikan beberapa kunci dan menaruhnya ke tangan Sakura yang masih terdiam.

Gaara berbalik kemudian pergi.

Sakura termenung.

"SIALLAAANN!" Umpat Sakura, kali ini bukan innernya.

"Tenang Sakura tinggal enam hari lagi kok," Ucap Innernya yang kini berusaha menenangkan Sakura. Sekarang innernya yang jadi ngeri liat wujud asli Sakura.

"ENAM?" Sakura tidak dapat berkata-kata lagi. "I'm beat." Lututnya lemas sampai dia terduduk di lantai lab.


.

.

Sakura berjalan dengan gontai, dia menyusuri jalanan sore dengan lampu jalan sudah menyala, dia berjalan menyusuri jalanan setapak dengan malas.

"Ah... capek sekali hari ini... aduh mana badanku pegal semua lagi..." Gerutunya sambil menendang kerikil kecil.

"Aduh mana masih ada 6 kali pertemuan dengan si sial itu! AHH!" Gerutunya lagi.

"Siapa yang kau panggil sial?" Suara berat yang baru dikenalnya terdengar dari belakang. Kontan Sakura menoleh dan tada! Gaara berjaan tepat 2 meter di belakang.

"Eh... ano ettoo... hehehe gomen gomen, kau salah dengar kali," Sakura cengengesan sambil salting.

"Hah... terserahlah," Gaara berjalan sedikit cepat hingga kini mereka berjalan dengan sejajar. "Nih, kamu pasti capek," Ucap Gaara memberikan sebuah botol. "Aku dapat dari toko langgananku, gratis."

"Eh, apa ini?" Tanya Sakura.

"Minuman penambah tenaga, yang biasa dimimum kuli bangunan," Ucap Gaara dengan enteng.

"Jadi lu samain gw dengan kuli bangunan, Oh God!" Inner Sakura menjerit, namun hanya ditunjukkan dengan pandangan mendelik ke Gaara.

"Aku nggak butuh, nih..." Sakura mengembalikan botol itu.

Gaara mengerling sebentar, lalu kembali menatap kedepan,"Daripada telat terus masuk sekolah, minuman itu pasti membantu." Ucapnya.

"Eh?"

"Kamu pasti lagi melakukan sesuatu akhir-akhir ini sehingga bangun keseiangan, padahal sebelumnya kamu nggak pernah telat sekalipun kan?" Tanya Gaara.

"Iya sih..." Kata Sakura. "Sebelumnya nggak pernah telat sekalipun?" Batin Sakura bingung.

"Sudah ya, aku ke arah sini," Ucap Gaara, dia berbelok ditukungan sebelah kiri.

"Ya," Ucap Sakura pelan.

Gaara tengah berjalan beberapa meter kedepan hingga akhirnya dia menoleh kebelakang, namun dengan ekspresi yang berbeda.

Dia tersenyum pada Sakura.

"Sampai ketemu lagi besok, Sakura,"

Begitu ucapnya pada Sakura lalu dia kembali berjalan pulang.

Sakura masih merasakan senyum Gaara, begitu berbeda, membuat wajah stoic Gaara yang dia lihat sebelumnya terasa lembut?

"Dia memanggil nama ku." Ucap Sakura lirih. Lalu senyum mengembang, "Ah... rasanya mau pulang, tapi harus ke sana dulu, tapi tak apa lah," Sakura berjalah perlahan.

"Mungkin Gaara tidak sejelek yang kupikirkan," Gumam Sakura.


.

.

Keesokan sorenya di Lab Kimia.

"Pink! Cepat kemari, bereskan meja kerja ku!"

"Pink! Ada sarang tawon! Bersihkan!"

"Pink! Air keran bocor, tambal!"

"Pink!"

"Pink!"

"Ukiii...!" Sakura berlari kesana kemari.

"Ukiii...!" Sakura berlari jumpalitan dikejar tawon.

"UKIIIIIII! I Hate That Guy! Aku cabut lagi kata-kataku kemarin!" Jeritnya sambil benerin keran yang rusak. Air muncrat membasahi hampir setiap sudut seragam dan tubuhnya.

"SEJAK KAPAN GW JADI TUKANG LEDENG!"

Five days left with Super-Mad-Proffesor who like Cactus.

.

.

.

Ah udah dulu deh...

Yah awalnya saya mau kasih judul Love like an Enzyme, tapi ya sudahlah ^^

.

.

Sudikah anda sekalian me ripyu XD *ngarep*

Eits setelah baca, kasih jejak dengan ripyu kan enak balesnya ^^