Oke, langsung saja.
SasuSaku
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Don't like don't read
"Hah..."
Tak henti-hentinya aku menghela nafas. Berharap dengan begitu akan mengurangi kebosananku. Entah sudah berapa jam aku duduk disini terjebak macet. Ya, hari ini aku pindah ke Konoha karena Tousanku membuka cabang perusahaannya disana. By the way, aku belum berkenalan. Namaku Haruno Sakura. Aku memiliki iris berwarna Emerald dan memiliki rambut berwarna Pink. Aku hanya gadis biasa, tidak ada yang special dalam diriku. Aku memiliki Niisan. Dia dua tahun lebih tua. Namanya Haruno Sasori. Ku rasa hanya itu perkenalanku.
Setelah sekitar satu jam terjebak macet, akhirnya sampai juga dirumah baruku. Tidak jauh berbeda dengan rumahku yang ada di Suna. Rumah yang cukup besar dan nyaman untuk ditinggali.
"Bagaimana? Kalian suka?" tanya Kaasan meminta pendapat tentang rumah ini.
"Ya."Jawabku singkat. Sedangkan Sasori-nii hanya mengangguk dengan wajah lelahnya. Lalu masuk kedalam rumah dan menuju kamarnya. Kaasan dan aku pun juga masuk ke dalam rumah.
"Aku mau kekamar" ucapku kepada Kaasan yang direspon dengan anggukan. Aku langsung melangkahkan kakiku menuju kamar.
"Fiiuh.. Akhirnya bisa istirahat." Ucapku lega. Kuhempaskan tubuhku kekasur dan menghela nafas panjang. Seharusnya aku berterima kasih pada Tousan karena sudah lebih dulu memindahkan barang-barang kami yang ada di Suna. Sehingga setelah kami tiba di Konoha, kami tak perlu membuang tenaga untuk menata rumah. Jadi, kami bisa langsung beristirahat. Dan disinilah aku, diatas kasur empukku yang sudah kurindukan sejak seminggu lalu. Ku baringkan seluruh tubuhku dan perlahan namun pasti kelopak mataku mulai turun menutupi iris Emeraldku yang indah, mengantarkanku ke alam mimpi.
.
.
.
.
"Woy, Pinky jelek bangun!"
Kudengar suara Sasori-Nii menggema didalam kamarku. Entah apa yang membuat dia berteriak dan apa yang dikatakannya. Aku sama sekali tidak peduli. Aku hanya mengambil bantal dan menutup telingaku. Masih dengan mata terpejam, kubalikkan tubuhku mencari posisi yang nyaman. Tapi sebelum kurasakan posisi nyaman itu tiba-tiba-
Sreet
Gubrak
Dug
-Sasori-Nii menarik selimutku hingga aku terjatuh.
"Aw.. Baka Niichan! Apa yang kau lakukan hah!" ucapku sambil mengelus jidatku yang sempat bertabrakan dengan meja disebelah kasurku.
"Menarik selimutmu" jawabnya dengan wajah tanpa dosa.
"Aku tau, tapi kenapa kau menarik selimutku baka!"ucapku tambah kesal.
"Agar kau bangun. Dan berhentilah memanggilku Baka, Pinky Jelek!" jawabnya dengan wajah innocent. Ingin sekali aku menonjoknya saat itu juga. Tapi karena dia kakakku, kuurungkan niatku itu.
"Cepat bangun dan turun, Kaasan dan Tousan menunggumu untuk makan malam." Ucapnya kemudian berjalan keluar dari kamarku. Aku langsung bangun dan mandi.
.
.
.
.
Tap..Tap.. Tap..
Suara langkah kakiku menggema di ruang makan. Dan tentu saja itu membuat semua orang disana sadar akan kehadiranku. Aku langsung mengambil tempat duduk disebelah Sasori-Nii. Dan kami pun langsung memulai kegiatan makan malam kami.
"Sakura-chan, Sasori-kun. Mulai besok kalian akan bersekolah di Konoha High School milik Tsunade Baasan." Ujar Kaasan setelah selesai makan.
"Kami sudah menyiapkan semua keperluan kalian. Dan kau, Sakura. Kau besok bisa berangkat bersama Sasori. Dia sudah tau jalan ke sekolah." Tambah Tousan.
"Ya, tapi apa Tousan berani menjamin aku tidak akan tersesat? Ingatan Sasori-nii kan payah!" ucapku sembari mengejek Sasori-nii.
"Kau meremehkanku imoutou?"
"Tidak, itu memang fakta, Niichan." Balasku dengan senyum mengejek.
"Oh, begitu ya. Bukankah ingatanmulah yang payah Saku-chan?" Sasori-nii menyeringai. Entah apa yang dimaksud, aku sama sekali tak mengerti.
"Apa maksudmu? Aku bukan pelupa sepertimu."
"Oh ya? Lalu, kenapa kau membiarkan kancing bagian atasmu terbuka? Keliatan tuh." bisiknya.
'Blush'
Betapa malunya diriku saat ini. Setelah memberi deathglare, sesegera mungkin aku meninggalkan ruang makan menuju ke kamar. Jika saja sekarang tidak ada Kaasan dan Tousan, sudah kupastikan si wajah bayi itu babak belur. Cih dasar pervert menyebalkan!
'Brak'
Ku banting keras pintu kamarku, melampiaskan segala kekesalanku kepada pintu malang itu. Lalu aku pun menyiapkan apa yang akan kubawa besok. Ah.. ngomong-ngomong tentang besok, apa aku akan mendapat teman ya? Memikirkannya membuatku tersenyum miris. Pasalnya, selama ini aku tidak benar-benar memiliki teman. Yeah, teman yang selama ini kumiliki adalah teman yang saling memanfaatkan. Bukan teman pada artian yang sebenarnya.
"Semoga besok adalah hari yang indah." Bisikku pada diriku sendiri.
.
.
.
.
.
"Perfect" ucapku seusai bercermin. Kusambar tas yang sedari tadi menggantung di sudut kamar. Lalu bergegas ke ruang makan.
"Ohayou " Sapaku.
"Ohayou Sakura-chan, cepat habiskan sarapanmu. Niisanmu menunggu di depan." Jelas Kaasan.
"Hai Kaasan."
"Hey Pinky Jelek, ayo cepat baka! Kita sudah terlambat!" belum sempat ku sentuh sarapanku, seorang pengganggu datang. Ku lirik jam dinding yang ada diruangan ini. OMG! Jam 7 kurang 5 menit! Hilang sudah niatan untuk sarapan pagi. Sesegera mungkin aku menyusul Sasori-nii lalu berangkat bersama.
Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di Konoha High School, atau biasa disebut KHS. Hanya orang yang memiliki IQ tinggi dan orang kayalah yang bisa masuk ke sekolah ini. Disepanjang perjalanan aku hanya berdoa semoga aku menemukan 'teman' yang bisa disebut 'teman'. Tak lebih dari lima belas menit kami sudah berada diparkiran sekolah. Setelah Sasori-nii memarkir motornya, kami pun pergi ke ruang Kepala Sekolah. Yang tak lain dan tak bukan adalah nenek kami sendiri. Tsunade-baasan.
Tok.. tok.. tok..
"Masuk" terdengar suara Tsunade-baasan dari dalam. Kami pun masuk dan betapa terkejutnya saat Tsunade-baasan tiba-tiba memeluk kami dengan pelukan mautnya. Baik aku maupun Sasori-nii sama-sama kesulitan bernafas.
"Ehem." Mendengar suara deheman itu, Tsunade-baasan langsung melepas pelukan mautnya. Aku dan Sasori-nii pun menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
"Baasan, jangan memeluk kami seenaknya dong!" protesku dan Sasori-nii kompak.
"Hehehe.. Gomen. Habisnya aku rindu sekali pada kalian." Ucapnya lalu melambaikan tangan kepada dua orang laki-laki yang berdehem tadi.
"Maaf, mereka cucu-cucuku. Mereka murid baru yang aku ceritakan" jelasnya kepada dua laki-laki tadi.
"Kakashi, kau bawa Sakura ke kelasmu" ujarnya kepada laki-laki bermasker itu, yang hanya dijawab dengan sebuah anggukan singkat.
"Dan kau Iruka, bawa bocah ini kekelasmu" lanjutnya kepada laki-laki lain yang berkuncir itu.
"Kenapa aku dipanggil bocah, Nenek Tua!" protes Sasori-nii.
"Wajar jika seorang Nenek itu tua. Sedangkan kau, sudah SMA masih seperti bocah." balas Tsunade-baasan. Aku hanya tersenyum tipis melihatnya. Bukan hal aneh jika Tsunade-baasan dan Sasori-nii berdebat.
"Itu berartika-"
"Sudahlah, kalian sudah terlambat memasuki kelas. Jangan berdebat lagi." Potong lelaki bernama Iruka. Akhirnya kami pun dibawa ke kelas kami masing-masing. Disepanjang jalan aku hanya diam, sibuk dengan pikiranku. Sampai seseorang menepuk pundakku membuatku tersadar.
"Tenanglah Haruno-san" kata Kakashi-sensei. Seolah-olah dia tau akan kegelisahanku. Aku hanya menanggapinya dengan senyum kaku.
NORMAL POV
Suara kelas yang sebelumnya gaduh pun langsung terdiam saat mendengar pintu terbuka. Memperlihatkan sosok guru mereka.
"Ohayou minna!" sapa Kakashi dengan senyum dibalik maskernya.
"Ohayou Sensei" balas semua siswa dikelas itu.
"Hari ini kita kedatangan murid baru. Haruno, silahkan masuk" kelas yang tadinya hening menjadi gaduh kembali ketika gadis berambut pink itu melangkahkan kakinya memasuki kelas.
"Baiklah, silahkan perkenalkan dirimu. Haruno " Sakura hanya mengangguk.
"Nee, namaku Haruno Sakura, pindahan dari Suna. Mohon bantuannya minna-san"
"Singkat sekali. Baiklah, adakah yang ingin bertanya lebih jauh tentang Haruno?" tanya Kakashi kepada seluruh siswa dikelas.
"Sudah berapa tahun kau tidak menyisir rambutmu Haruno-san?" celetuk seorang siswa yang disusul dengan gelak tawa murid-murid lain.
"Inuzuka, bisakah kau lebih sopan terhadap murid baru?" tegur Kakashi. Sedangkan Sakura tetap pada posisi menunduknya.
"Maaf membuatmu tidak nyaman, Haruno. Kau boleh duduk di bangku paling belakang itu." Lanjut Kakashi
"Hai sensei"
Sakura berjalan sambil menunduk. Sesekali terdengar komentar pedas dari teman sekelasnya, seperti 'culun sekali sih' 'matanya sebesar apa sih, kok kacamatanya besar sekali' 'lihat rambutnya, kumal sekali'. Sakura memang sengaja tampil 'beda' karena dia tidak ingin memiliki teman seperti dimasa lalunya. Dia lebih baik diperlakukan buruk seperti itu dari pada diperlakukan baik tetapi hanya didepannya saja.
"baiklah minna. Buka paket halaman 109"
"Hai sensei" jawab seluruh siswa itu serempak. Dan pelajaran pun berlangsung.
.
.
.
.
.
Bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar untuk mengisi perut mereka. Tapi tidak untuk gadis bersurai merah muda ini. Dia tetap duduk ditempatnya hingga seseorang masuk dan menghampirinya.
"Minggir" ucap orang itu kepada Sakura.
"Apa?"
"Kupikir kau tidak tuli"
"Maksudku, kenapa aku harus minggir? Ini tempat dudukku. Aku murid baru disini."
"Siapa?"
"Ak-"
"Siapa yang tanya?" Potong pemuda itu sukses membuat alis Sakura mengkerut tidak suka.
"Cih, Kalau kau mau duduk ya duduk saja. Tidak perlu mengusirku."
"Bagaimana aku bisa duduk jika kau menghalangi jalanku baka?" Sakura baru sadar jika tempat duduknya adalah satu-satunya jalan untuk ke bangku sebelahnya.
"Emm, Gomen. Aku lupa" ucapnya langsung memberi jalan kepada pemuda tersebut.
"Kenapa kau baru datang? Apa kau bolos?" tanya Sakura sok kenal.
"Hn, bukan urusanmu." Ucap lelaki itu cuek.
"Apa kau tidak bisa bersikap ramah?" ucap Sakura setengah kesal. Bagaimana tidak kesal, jika kau berusaha mencairkan suasana tetapi lawan bicaramu sama sekali tidak peduli.
"Hn." Gumamnya.
"Apa artinya?" tanya Sakura.
"Hn," Gumamnya lagi.
Ck, dasar laki-laki aneh. Batin Sakura.
Tak lama setelah itu dua orang gadis menghampiri Sakura. Dari gelagatnya, dapat diketahui bahwa mereka sepertinya ingin berkenalan dengan Sakura.
"Nee, Haruno-san. Apa kau tidak ingin berkeliling?" tanya gadis berambut pirang.
"Ano- , sebernarnya aku ingin berkeliling, tapi aku masih belum memiliki teman untuk diajak berkeliling." Ucap Sakura sedikit gugup. Dia tidak percaya bahwa dengan penampilannya yang seperti itu masih ada saja orang yang mau mengajaknya bicara.
"Baiklah, mumpung jam istirahat masih panjang. Ayo kita berkeliling!" Ajak gadis berambut pirang tadi dengan semangatnya. "Ah, sebelumya perkenalkan, namaku Yamanaka Ino, dan dia Hyuuga Hinata." Ucapnya sambil menunjuk gadis disebelahnya.
"H-Hai Sakura-chan, salam kenal" Sapa Hinata malu-malu.
"Salam kenal. Hinata-chan, Ino-chan" balas Sakura.
"Ayo cepat Sakura! Nanti keburu masuk!"
Ino langsung menarik tangan Sakura dan Hinata untuk berkeliling sekolah. Meninggalkan seseorang sendirian diruang kelas.
.
.
.
.
.
"Hei Sakura. Kau beruntung sekali bisa duduk sebangku dengan Uchiha Sasuke." Ucap Ino sambil mengerucutkan bibirnya.
"Oh jadi dia bernama Uchiha Sasuke. Beruntung apanya? Dia sama sekali tidak ramah."Jawab Sakura dengan nada malas.
"Dia memang seperti itu Sakura-chan," timpal Hinata.
"Lalu kenapa Ino mengatakan kalau aku beruntung bisa duduk dengan dia?" tanya Sakura heran.
"Itu karena dia Populer. Dia sangat tampan, dan sikapnya yang dingin itu seringkali membuat gadis membeku ditempat Sakura." Ucap ino " Ah ya, jangan lupakan juga otak encer yang dimilikinya." Tambahnya.
"Sou ka?"
"Ya. Kau tidak percaya padaku,dasar jidat lebar."
"Jangan memanggilku jidat lebar, Pig!"
"Kau juga jangan memanggilku begitu, Jidat?!"
"Tapi kau yang memulai duluan, Pig"
"Tapikan aku ti-"
"Ano- ini hari pertama kita berteman, jadi kumohon jangan bertengkar." Potong Hinata.
"Aku tidak bertengkar Hinata-chan, aku hanya memberikan panggilan 'sayang' kepada 'sahabat' baruku. Benarkan 'JIDAT'?" Ucap Ino sambil menekankan kata 'Jidat'.
"Iya. Itu benar 'PIG'." Balas Sakura.
"Aku benar-bener tidak menyangka kalau kau cerewet, Jidat. Setahuku orang berkacamata tebal sepertimu itu orang yang irit kata."
"Tidak semua orang seperti itu, Ino-chan" Hinata mengomentari pendapat Ino tadi.
"iya sih, tapi.." Ino mengantung kalimatnya, Ia memandang Sakura dengan tatapan menyelidik dan dengan jarak yang sangat dekat. "Tunggu, Itu bukan kacamata minuskan, Jidat ?"
"A-Ah, Itu.. "
"Jangan berbohong, Jidat. " Tekan Ino sebelum Sakura sempat menjawab pertanyaannya tadi.
"I-Iya, memang bukan kacamata minus." Jawab Sakura gugup. Ia sama sekali tak menyangka kalau akan ketahuan secepat ini.
"Lalu, kenapa kau memakainya, Sakura-chan?" Kini giliran Hinata yang bertanya.
"I-Itu karena.. Aku tidak ingin memiliki teman yang hanya menilaiku dari fisik." Jawab Sakura pelan.
"Ya ampun, Sakura-chan. Kami bukan orang yang seperti itu." Kata Hinata
"Dan cara itu sudah sangat mainstream, Jidat." Sambung Ino.
"Aku Tahu, Hinata-chan, Pig. Tapi mau bagaimana lagi?"
"Sudahlah, mulai besok kau ubah penampilanmu seperti Haruno Sakura yang sebelumnya. Lebih baik kau menjadi dirimu sendiri." Nasihat Ino
"Benar apa yang dikatakan Ino, Sakura-chan"
"Baiklah, aku mengerti. Arigatou." Jawab Sakura dengan senyum manisnya.
Setelah itu bel pun berbunyi. Mereka pun akhirnya kembali ke kelas bersama-sama. Sepertinya tak membutuhkan waktu yang lama membuat mereka menjadi akrab.
.
.
.
.
.
.
Tanpa terasa bel pulang pun berbunyi. Semua siswa-siswi KHS berhamburan keluar dari sekolah. Sepertinya mereka tak sabar untuk segera sampai dirumah. Tapi, berikan pengecualian untuk kedua orang berbeda gender yang saat ini masih ada di dalam ruang kelas.
"Nee, Uchiha-san. Kenapa kau tak pulang?" Ucap gadis berambut pink. Sepertinya dia mulai bosan dengan keadaan kelas yang hening. Sehingga ia memulai pembicaraan.
"Hn," jawab pemuda sekenanya.
"Apa kau tak punya kalimat lain selain 'Hn'. Asal kau tau saja, aku sama sekali tak mengerti apa artian kata 'Hn'mu itu."
"Hn."
"Ck, dasar miskin kata." Umpat Sakura pelan.
"Aku dengar itu, Haruno." Ucap Sasuke lalu berdiri dan berjalan ke luar kelas.
"Eh, Gomen ne, Uchiha-san. Kau mau kemana?" tanyanya kemudian menyusul Sasuke.
"Baka."
"Jika aku baka, aku tidak mungkin bisa masuk ke sekolah ini," gerutunya. "Kau mau kemana?" tanyanya lagi.
"Tentu saja mau pulang. Anak TK saja tahu."
"Akukan cuma ingin tanya. Kau judes sekali sih!" balasnya kesal.
"Hn."
"Argh.. Kau ini ya, benar-"
"Sakura, Bukankah aku tadi sudah bilang untuk menungguku dikelasmu?" Ucapan Sakura terpotong ketika seseorang mengatakan sesuatu. Seseorang itu adalah Sasori. Sepertinya orang itu habis berlari. Terlihat dari keringat dan nafasnya yang tidak beraturan. Sakura langsung membalikkan badan dengan cengiran khasnya.
"Hehehe, Gomen ne, Nii-chan. Aku lupa." Sakura menoleh, namun pemuda yang sebelumnya bicara dengannya itu sudah tidak ada. 'Mungkin dia sudah pulang'
"Dasar," Sasori pun menghampiri Sakura dan mengacak rambutnya pelan. "Kau mencari pemuda tadi, heh?" goda Sasori.
"Tidak. Dia itu menyebalkan Nii-chan, jadi untuk apa aku mencarinya." Sakura mendengus.
"Tapi dia Tampankan?" Ledek Sasori.
"Sama sekali tidak."
"Tentu saja tidak, jika dibandingkan dengan aku." Jawab Sasori dengan PDnya.
"Kau percaya diri sekali, Nii-chan. Sudahlah ayo pulang." Sakura pun berjalan mendahului kakaknya. Tentu saja dengan senyum yang mengembang dibibirnya.
'Sekolah ini tidak buruk juga'
To Be Continue
Waahhh gimana? Banyak typo? Gak jelas? Jelek ? klo iya, Gomen deh. Maklumlah masih newbie.
Jadi tolong review yah..
kritik dan saran itu sangat diperlukan..
Terima Kasih.. ^^
