-The Royal Revenge-
Ms. Veeloony Rosea
Ms. Loony Lovegood and Veela Rosea
J.K Rowling
M for safe
Romance, Crime, Tragedy
Draco Malfoy x Hermione Granger
Tom Riddle Jr. X Hermione Granger
Standar Warning Applied
AU, OOC, Typo(s)
Don't like? Up to you!
Flame? Up to you too!
.
.
.
Hermione's PoV
Aku –Hermione Jean Granger– hanya gadis biasa dengan segala kesederhanaan yang ada. Itu dulu, sekarang aku benar-benar menjelma menjadi gadis yang benar-benar jauh dari kata sederhana. Jangan berpikir aku akan bergelimang harta dan hidup dalam kekayaan yang tidak akan ada habisnya walaupun aku telan satu-satu dalam waktu tujuh turunan. Malah sebaliknya, aku –pada posisiku saat ini hanyalah sekedar gadis udik yang bertugas melayani keluarga besar ningrat yang terkenal tersohor di daratan Britania Raya Royal. The Malfoys.
Sudah aku katakan sebelumnya. Bahwa dulu aku hanya gadis biasa bukan? Ya itu memang benar. Dad –Wendell Wilkins Granger– hanyalah seorang pegawai biasa yang bertugas di bagian pemasaran Media Cetak Daily Prophet Royal, tebalkan kata itu! Bagian Pemasaran. Alias hobi menjual koran. Sedangkan Mum –Jean Monica Granger– hanya wanita ringkih penyakitan yang tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berdiam diri di dalam kamar dan mengurus keperluan rumah, itu juga hanya sekedar membuat sarapan. Mencuci, membuat makan malam, mengurus perkakas rumah, membersihkan halaman, itu semua aku yang mengerjakan, jadi jangan heran jika aku berbangga hati. Karena aku memang gadis yang hebat. Oke, durasi narsisnya cukup sampai di sini saja.
Aku mempunyai seorang adik laki-laki yang masih berumur sekitar 15 tahun, dia mempunyai nama yang sangat aneh, Alex Pate Granger, kombinasi yang sangat mengerikan untuk ukuran nama laki-laki. Tapi coba tebak! Aku hanya beda tiga tahun darinya. Kalian sekarang pasti sudah tahu umurku bukan? Haha Kebetulan yang luar biasa bukan?
Semua awalnya berjalan sengat sempurna –walaupun keadaan kami sangat jauh dari kata layak, tapi setidaknya saat itu kami bahagia– sampai aku berada di sini dengan segala nasib yang mengerikan. Tuhan terlalu baik sehingga Ia mencabut nyawa Dad dengan kejamnya –dengan alasan yang bahkan tak ada alasan. Dan harus kau tahu, aku benci Dia karena telah mengambil inti kehidupan kami, aku bahkan enggan untuk mengakui kalau aku percaya Dia ada. Oke, aku memang manusia laknat, tapi siapa peduli? Ini tidak mengubah kalau ayahku sudah mati bukan?
Dan setelah kepergian Dad –untuk selamanya– Aunt-ku yang –kebetulan lagi– seoarang kepala pelayan di Malfoy Manor datang menyeretku untuk bekerja di sana sebagai pelayan strata paling bawah. Aku enggan? Tentu saja! Aku menolak mati-matian sampai berdebat kusir dengan Aunt-ku. Tapi mengatas namakan uang dan Mum yang semakin lama semakin memprihatinkan –ia butuh uang untuk berobat dan adikku butuh makan untuk mengisi perut buncitnya– akhirnya aku meng'iya'kan saja permintaan Aunt dan pasrah bekerja sebagai seorang pelayan di Malfoy Manor. Ckckck hidupmu beruntung sekali Hermione!
Menghembuskan napas pelan, dan di sinilah aku berada sekarang, dengan segala pekerjaan yang menyusahkan ini. Aku menarik korset ketat berwarna hitam yang aku kenakan. Ini benar-benar mengganggu dan aku tidak percaya aku dengan sudi mengenakan pakaian minim seperti ini. Melangkah dengan anggun, aku membuka pintu berbahan kayu mahoni yang di cat cokelat bercampur krem elegan. Merapikan cangkir teh yang ada di atas telapak tangan kananku, aku berdehem pelan sebelum masuk dengan gerekan mantap nan elegan tidak lupa untuk mengumbar senyum manis memukau.
"Selamat sore, Mr. Malfoy. Ini teh yang anda pesan."
Dia ada di sana, di atas kasur biru dongker yang ia duduki. Ia bersandar dengan pongah dan gagahnya. Ia tetap pada posisinya, duduk membungkuk sambil membaca buku tebal yang terlihat seperti buku bisnis, seolah-olah ia tak berniat mendongak ke arahku.
Uhg!
Aku mendengus kesal sebelum berjalan masuk ke dalam tanpa seizinnya. Apa aku sudah mengetuk pintu? Ah siapa peduli dan aku memang tak perlu izinnya sama sekali hanya untuk sekedar masuk ke dalam kamarnya, karena...
"Siapa suruh kau masuk pendek!"
"Hei, kau yang memesan ini semua tuan bodoh!"
"Tapi, tidak main masuk dan nyelonong seperti itu dong, kau tidak tahu yang namanya 'mengetuk dulu sebelum masuk'?
"Aku sudah melakukan itu, hanya saja kau yang kelewat tuli!"
...Ya karena beginilah hubungan kami.
.
.
Aku menyodorkan teh hijau pahit tanpa gula itu ke arah Draco dan hanya disambut dengan pandangan malas darinya. Ia mengernyit jelas ketika melihat gelas teh yang aku gunakan. Ya ya ya! Aku memang menggunakan Bakeol Glass tuan muda Malfoy, kau sangat pintar, tapi kau meminum tehnya bukan gelasnya! Aku mendengus sebal sebelum menyodorkan gelas itu ke arah mulutnya dengan paksa, agar ia mau menelan teh yang dengan susah payah sudah aku buatkan untuknya.
Belum sempat teh itu sampai tertelan di dalam mulutnya, dengan gerakan cepat –yang sama sekali tidak aku sadari– leher ku sudah tertodong oleh pisau tajam yang sepertinya itu jenis Pisau Marc Lee Glory Knife yang lebar pada bagian sampingnya namun tajam pada ujungnya, jelas saja, itu pasti pisau untuk survival. Kenapa aku malah membahas pisau disaat leherku sendiri tertodong pisau? Dasar bodoh!
Aku menelan susah payah dan keringatku bergulir jatuh besar-besar. Aih! Tenggorokanku kering tak berair barang setitikpun. Pada akhirnya aku menyerah dan malah nyengir dengan canggungnya sambil menjauhkan teh hijau itu dari bibir Draco dengan pelan. Pisau itu seperti layar LED yang menampilkan dengan jelas detik-deik kematianku. Oke aku tahu ini berlebihan!
Ia tersenyum simpul, atau errr... menyeringai. "Kau tidak bisa membodohiku, Mionini. Aku tahu kau mencampurkan teh itu dengan obat tidur," katanya to the point dan tidak lupa untuk menekan setiap bait yang dia ucapkan, masih dengan pisau yang bertengger manis pada leher jenjangku. Jenjang? Pede sekali aku! Sama sekali tidak. Ini leher buntek kok.
Aku mendengus lagi, sebelum tertawa pelan. Hei! Aku tidak berani terbahak, itu bisa mengakibatkan goresan panjang pada leher buntekku –seperti dulu. Buntek-buntek begini tapi aku masih sayang nyawa.
"Ku kira kau tak berselera pada gelasnya, Drake." Hei! Jangan anggap aku lancang hanya karena aku memanggil nama kecilnya, walaupun dia majikanku, tapi kami mempunyai hubungan 'istimewa', tapi tidak akan ku ceritakan detailnya untuk saat ini, masih terlalu dini untuk menyimpulkan.
Dia mendengus lagi. "Kau tidak bisa membuatku tidur, enyahkan pikiran bodohmu itu. Kau tidak bisa lari dari misi ini apalagi dariku. Ambilkan aku itu!" perintahnya dengan congkak sambil menunjuk sesuatu yang bertengger manis di sudut ruangan kamar luas yang didominasi dengan warna hijau toska ini. Jadi teh yang kubuat dengan susah payah terlupakan begitu saja! Dasar Malfoy Brengsek!
"Lepaskan barang ini dulu," kataku hati-hati sembari menyentuh ganggang pisau itu pelan dan menurunkannya dengan gerakan hati-hati. Saat pisau itu turun setengah jalan –dan aku sudah mulai bisa bernapas lega– Draco tiba-tiba dengan gerekan cepat menarik pisau laknat itu dan memindahkannya ke samping kiri area pinggangku dan siap tertanam begitu saja jika aku bergerak se-inchi-pun.
"Jangan coba-coba berniat bahkan seujungpun untuk kabur, Mionini! Ambilkan itu. Kita ada misi hari ini. Cepat!"
Aku mendengus sekali lagi, menatapnya dengan pandangan jengkel. Dengan setengah hati, aku menyeret kakiku ke arah pojok ruang kamar ini dan mengambil barang yang diinginkan oleh tuan muda menyebalkan ini.
Sesampaiku di tepi kasur –dengan barang itu– Draco menatapku enggan sebelum munjulurkan kedua lengannya pasrah ke padaku. Untuk apa? Tentu saja untuk aku angkat...
...aku angkat untuk menduduki...
...
...
...
...
...kursi roda.
.
.
Dan di sinilah aku sekarang. Haha, jangan terlalu berharap! Aku ada tidak di mana-mana. Maksudku aku masih stay dalam kamar luas nan elegan yang didominasi oleh warna hijau toska ini. Walau begitu, terlihat jelas dominasi dan maskulin yang dipancarkan oleh kamar ini. masih tetap sama dengan posisiku yang masih berjongkok merapikan sesuatu di atas lantai dan Draco duduk pongah di atas kursi roda.
Ya benar, Draco tidak bisa berjalan. Mau tahu kenapa? Hahaha biarkan aku tertawa dulu. Berharaplah, aku tidak akan mau bercerita, kejadian itu sangat pahit sampai mem falshback ulang saja aku tidak sanggup. Oke lupakan masalah Draco dan kakinya yang tidak bisa berjalan. Dia baik-baik saja percayalah. Dia masih bisa merepotkanku dan mencerecoki hidupku walaupun kakinya setengah disfunction.
Oh coba tebak apa yang kulakukan saat ini! Aku bukannya membersihkan lantai –itu hanya kamuflase– tapi, aku tepatnya sedang memasangkan pantofel di kaki Draco yang besar-besar bak Godzilla. Cih! See dia masih menyebalkan dan menyusahkan bukan! Apa ku kata!
Dia menepuk kepalaku pelan sebelum mengacak rambutku asal-asalan. Posisiku yang memang seperti bersujud di kakinya membuatnya dengan leluasa mepermainkan rambut megarku. "Kita akan pergi! Dan kau, jangan berani kabur lagi!" perintahnya.
"Kabur kemana tuan muda? Kau akan menembak kepalaku duluan sebelum kakiku bahkan sempat menginjak gerbang paling luar Manor ini," kataku sengit. Aku pernah kabur? Haha aku tidak ingin bercerita, itu masa lalu yang menyeramkan.
Setelah selesai memasangkan pantofel Draco, aku berdiri pelan dan meregangkan pinggangku yang pegal. Ia menatapku sekali lagi sebelum menunjuk laci lemari meja panjang kecil di samping lampu tidur kamarnya.
"Ambilkan itu –lagi, ada barang di dalamnya."
Aku tertawa terbahak sampai terpingkal-pingkal dan punggungku melengkung ke bawah. Aku sudah tahu dengan jelas apa isi dari laci laknat itu tanpa ia beritahukan.
Dengan berjalan santai, membuka laci meja itu dengan tak kalah santai pula. Coba tebak apa yang aku keluarkan? Aku mengeluarkan sepaket pisau tebal dan dua buah pistol. Pistol yang pertama adalah pistol laras panjang bermerek FN Five-SeveN. Pistol otomatis yang sangat mengerikan asal rancangan Belgia. Dengan lubang tembak terdiri dari dua lubang dan dilengkapi dengan Personal Defense Weapon dan Rel Pecatinny. Aku tahu dengan jelas, ini adalah pistol nomor satu di dunia keluaran abad 1990-an.
Sedangkan pistol kedua adalah pistol laras pendek bermerek Heckler and Kouch USP. USP adalah pistol asal Jerman dan dikenal sebagai Self Pistol Loading Universal itu adalah pistol semi otomatis dengan mekanis sungsang terkunci dan menggunakan modus mundur pendek operasi. Dan telah beroperasi sejak 1992.
Sisanya adalah satu set atau dua belas pisau Marc Lee Glory Knife –pisau yang sama dengan yang Draco (hampir) tusukkan pada leher dan area pinggangku.
Aku bersiul kecil sambil menentang 'perkakas cantik' tersebut ke arah Draco dan meletakkan random di atas kasurnya.
Ia mengambilnya dengan gerakan hati-hati sebelum menyetel dan memeriksa si pistol FN, tidak lupa untuk mengisi Butir Peluru Kalliber sebanyak 12 butir ke dalamnya.
"Kita hanya butuh satu pistol, dan aku yang akan membawa ini," katanya sambil mengangkat si FN bangga. "Dan hanya membutuhkan dua pisau, dan kau yang akan membawanya."
Kejadiannya begitu cepat, aku sudah di tarik mendekat olehnya dan rok maid-ku sudah di angkat tinggi-tinggi, untung saja aku menggunakan celana pendek sepaha, kalau tidak, kau bisa bayangkan apa yang terjadi?
Ia meraba pahaku pelan dan menghasilkan sensasi menggelitik yang sangat pada daerah bawah perutku. Merabanya lagi dari atas sampai bawah, kembali dari bawah menuju atas. Ia meletakkan tangan besarnya mantap pada paha atasku yang hampir dekat dengan lipatan antara perut bagian bawah dan paha bagian atasku.
Uhg!
Aku mendesah pelan tanpa bisa kucegah, sensasi ini... sangat memabukkan.
Tanpa ku mengerti, tangannya melingkari daerah pahaku tadi dan mengikat dua pasang pisau Marc Lee Glory Knife, dua buah di paha kananku dan dua buah lagi di paha kiriku. Shit!
Aku menatapnya kesal sebelum bergumam sinis. "Kau mesum! Tidak seharusnya kau mengelusnya seperti itu bukan?"
Dia tertawa rendah dan dari raut wajahnya sepertinya ia tak berniat sama sekali menjawab gerutuanku. Ia mengedikkan kepalanya dan menyuruhku semakin mendekat ke arahnya.
"Ayo cepat! Kita ada misi di gedung Royal Hospital Slytherin malam ini!"
.
.
Dan di sinilah aku berada, di dalam sebuah gedung Royal Hospital Slytherin dengan pakaian suster berwarna biru muda –bukan pakaian maid lagi– sembari mendorong seorang laki-laki berambut platina yang terlihat pucat –sengaja di pucatkan dengan cream pemutih– dan mengenakan kaos Jersey lengan panjang yang terbuat dari bulu-bulu woll halus.
Aku dengan santainya mendorong si pasien –Draco Malfoy atau sebut saja laki-laki yang menyamar menjadi pasien– ke arah lift di depan kami dan memencet tombol yang menuju lantai 45, lantai teratas gedung, atau sebut saja atap gedung.
Kami benar-benar terlihat seperti seorang suster yang mengajak pasiennya jalan-jalan di malam hari. "Kenapa di Rumah Sakit?" akhirnya aku membuka suara setelah keheningan lama yang tercipta. "Lihat saja nanti," jawabnya pendek namun tegas.
Setelah menunggu hampir lima menit, kami sampai juga di atap gedung terbuka dengan cuaca yang tidak terlaru dingin, karena memang saat ini cuaca sedang ada pada musim panas. Benar-benar tidak ada hiruk pikuk di atap ini, hening dan tak bernyawa kecuali eksistensi kami berdua.
Aku mendorongnya ke arah tepi gedung –sesuai perintahnya– dan berhenti tepat ketika aku sadari, bukan di Rumah Sakit inilah korbannya, melainkan di seberang gedung Rumah Sakit ini. Terlihat jelas, di sebuah ruang, tiga lantai dari atas atap gedung teratas –gedung sebelah gedung tempat kami berpijak– terdapat sebuah kelab malam dengan pemuda-pemudi yang sedang berdansa dengan nikmatnya, berlenggak-lenggok dengan licncahnya.
Draco melemparkan FN-nya – yang sebelumnya dia sembunyikan dibawah rongga kursi rodanya– ke arahku dengan tatapan malas, "Bidik!" katanya tegas.
Aku terbelalak lebar. Jadi, sekarang aku yang harus mengotori tanganku dengan darah? Brengsek Bajingan kau Malfoy!
Aku mendengus sebal sebelum mengambil FN itu dengan sebal. "Kau harus membayarku lebih untuk ini, Drake," kataku bersungut sambil menghentakkan kakiku ke lantai marmer dengan keras. Hei! Ini sakit sekali!
Dia tidah menyahut dan malah menunjuk dua pasang manusia yang tengah bergulat dengan asyiknya, berciuman panas seolah tak ada hari esok untuk mereka. Karena memang benar tak ada hari esok untuk mereka. Hah hah hah!
"Bidik itu, laki-lakinya!"
"Wanitanya?"
"Bunuh dia bila perlu, hanya jika dibutuhkan."
Aku mngangkat FN dengan kekuatan sangat, karena memang beratnya tidak tanggung-tanggung. Keadaan tiba-tiba terasa hening seketika, baik aku maupun Draco tak ada yang bersua sebaitpun. Menarik napas dalam dengan tegang, aku membidik sambil mencoba merasakan arah angin agar peluruku tak meleset se-inchi-pun dari kepala manusia sasaranku. Ketika feel itu sudah terasa stuck di anganku, aku menarik platuk dengan mantap dan...
Dorrrr! Bingoo!
Melihat gelagat si wanita –teman kencan laki-laki yang sudah mati itu– akan berteriak dengan keras, aku mengambil Marc Lee Glory Knife yang ada di sebelah paha kananku dan melemparkannya dari jarak 50 meter, tepat membidik ulu hati si wanita bergaun merah itu.
Dan Bingoo! Lagi! tepat sasaran. Aku memang habat.
"Case Closed!" sorakku dengan senangnya. Aku berjingkrak-jingkrak tak karuan, misi tuntas dengan tanganku sendiri, tanpa bantuan orang lain. Menaruh FN kembali ke bawah kursi Draco, aku mengambil pegangan kursi roda dan siap mendorong Draco, keluar dari gedung Rumah Sakit ini. Namun gerak ku terhenti seketika ketika melihat laki-laki tampan masuk ke arah gedung, lengkap dengan setelan tuxedo abu, pantofel yang mengkilat dan senyum arogan yang mendominasi. Dengan rambut berantakan seolah tak disisir berabad-abad, ia mendesis berbahaya.
"Kau menyuruh tunanganku membunuh lagi, Malfoy?"
"Riddle!"
End Hermione's PoV
.
.
.
TBC
A/N Hai kawan, aku kembali lagi (Veela Rosa) dengan membawa fict MC Collab dengan Ms. Loony Lovegood. FYI, saya (Veela) yang membuat chapter ganjil dan Loony yang membuat chapter genap dengan catatan kami tidak tahu apa yang akan terjadi pada chapter selanjutnya. Chapter ini pure ideku, chapter besok pure ide Loony dan aku gak tahu dia mau buat apa karena ide kami memang sengaja tak di bebebarkan secara mendetail, agar lebih menantang. Jadi, plot yang ada di otakku yang sudah tersusun rapi, bisa saja di ancurin sama Loony, gitu juga sebaliknya. Jadi, sama ajak sekarang Loony posisinya reader dan reviewer (?) kayak teman-teman ^^
Kalo kalian mau demo, liat dulu itu chapter ganjil apa genap, kalo ganjil demo ke aku, kalo genap demo ke Loony, ingat itu! Oh ya, karena ini pairingnya Tom Hermione Draco, jadi bisa ajak endingnya ToMione atau DraMione (bocoran : aku akan buat Draco mati dan Mione sama Tom aja Nyahahahahahha #ditimpuk Dramione Shipper ._.v becanda, gak kok)
Oh ya, Sebenarnya ini collab sudah kami rencanakan pada saat hari kedua bulan Ramadhan, hanya saja baru bisa direalisasikan satu minggu setelah Idul Fitri, karena jadwalku yang padat sebagai artis *eh? #ditimpuk. Maksudku jadwalku yang padat mengurus kuliah, dan dikarenakan kami sedang mencoba untuk membayar fict MC kami yang ngadet, jadi baru sekarang deh bisanya. (w=A=)w
Karena keteledoran dan keterlambatan kami inilah, akhirnya kami kehilangan satu personil *lirik salah satu author* (._.") *liriklirikan*
Oh ya! Bersiap Loony, aku tunggu next chapter.
...Mind-To-Review?
