ASSASSIN
"Aku ditugaskan untuk membunuh, bukannya untuk membunuh sesuai keinginan. Ingat itu."
Disclaimer:
Grand Chase © KoG
Assassin © AkaneMiyuki
Genre:
Horror, Crime, Tragedy, Hurt/Comfort, Friendship.
Warning:
Typo merajalela, Bahasa asing, Alternative Universe/AU, OOC(Out Of Character), OOT(Out Of Topic),Alur rush, Perdictable.
Rated:
T and M(for the killings) or maybe T+
Pairing:
None. (Some, maybe.)
Main Characters:
Rufus Wilde
Lass Isolet
Note:
Bold: untuk penulisan nama tempat yang penting.
Italic: untuk flashback atau bahasa asing, penekanan kalimat atau nama warna.
Subuh itu, langit terlihat gelap ditemani sinar rembulan yang redurp seperti biasanya, tidak nampak satu gerakanpun karena semua orang telah terlelap mengingat jam sudah menunjukkan pukul 03.13 dini hari, saya ulangi, dini hari.
Namun di sebuah atap gedung yang berkesan horror bagi orang orang yang memandang dan melewatinya, tampak sebuah kilatan cahaya berwarna scarlet, kilatan yang terpancar dari mata seseorang, Rufus Wilde, pembunuh bayaran yang menjadi incaran polisi selama bertahun tahun, pemuda ini tidak boleh lengah dalam melakukan aksinya.
Para Client yang memintanya untuk membunuh orang yang mereka benci pun harus datang malam malam minimal pukul 10 maksimal pukul 12 dan ada peraturan ketat yang selalu dia tetapkan, yaitu:
"Bawa fotokopi KTP, datang memakai pakaian formal, jangan menutup nutupi wajah apabila ingin bertemu dengannya, dilarang membawa ponsel atau alat komunikasi lainnya, bila client melakukan hal yang menurutnya 'mencurigakan', dia tidak akan tinggal diam."
Untuk apa peraturan itu? Mudah saja, KTP untuk melacak indentitas itu bila orang itu berani macam macam dan melapor polisi, orang itu akan diterornya dan bahkan dia tidak segan segan membunuhnya, dan tentu saja orang orang yang telah membaca peraturan yang terletak di depan pintu gedung angker ini tidak berani macam macam padanya.
Kenapa diletakkan didepan pintu? Apakah dia tidak takut kalau tempat ini dikeroyok polisi? Tentu tidak, dia memiliki berbagai macam cara licik yang dapat digunakannya, dan apa saja itu? Mungkin lebih baik jika kalian tidak tahu.
Pemuda itu mengamati seisi kota yang terlelap dari atas gedung itu, menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan misinya, membunuh.
Bukan sembarang membunuh, seperti yang saya katakan, dia adalah seorang pembunuh BAYARAN. Sengaja saya tekankan agar kalian tidak bisa asal menyalahkan Rufus untuk aksinya. Dia tentu tidak mau membunuh bila tidak dibayar.
Dan targetnya kali ini adalah seorang gadis muda bernama Amy Aruha, tentu Rufus mengenal gadis itu, siapa yang tidak kenal? Artis muda yang imut bersurai pink itu sangatlah popular, siapa yang tega memintanya untuk membunuh gadis seimut Amy? Dan percaya tidak percaya, yang meminta Rufus untuk membunuh Amy adalah Jin Kaien, kekasihnya sendiri, kenapa?
Itu urusan percintaan orang itu sendiri, Jin merasa kalau Amy sudah tidak memperhatikannya lagi, kenapa? Karena akhir akhir ini Amy banyak jadwal shooting dan banyak bertemu dengan artis artis cowok ternama yang parasnya 11/12 dengan Jin, Amy menjadi dekat dengan cowok cowok itu, dan setiap saat Jin mengunjungi Amy, Amy malah mengabaikannya dan asyik sendiri dengan dunia artisnya.
Kenapa Jin tidak meminta Rufus untuk menyingkirkan cowok cowok ternama itu saja? Kenapa harus Amy? Pertama, resikonya sangat besar, karena para fangirlsnya akan kecewa dan kemungkibab besar akan histeris, kedua, memakan waktu yang sangat lama untuk menghabisi banyak cowok seperti itu, ditambah lagi, bodyguardnya, badannya bongsor bongsor, ketiga, Amy pasti tetap menjalankan shooting nya walau tanpa mereka, jadi Jin berfikir, untuk menghabisi saja nyawa gadis kesayangannya itu, tapi tentu tidak dengan tangannya sendiri.
'Sigh… baiklah, kurasa sudah waktunya.' Batin Rufus sambil mempersiapkan peralatannya, Eyetooth, Nether Blade, sarung tangannya (untuk menghilangkan jejak) jepit rambut (untuk menyusup ke salam rumah korban, jaga jaga kalau pintu itu dikunci rapat rapat, dia bisa menggunakan jepit rambut itu sebagai kunci cadangan), tali (untuk memanjat, karena di hari sebelumnya, Jin memberitahu kalau Amy tinggal di apartemen, tepatnya di lantai 5) kain (untuk membekap mulut Amy bila dia berteriak, tentu saja sudah dilapisi cairan pembius) dan surat catatan kecil berisikan alamat jalan itu, juga nomor kamar yang Amy tempati.
Rufus meloncat turun dari lantai 3 sampai tanah, dan mendarat dengan—ajaibnya selamat, dia berjalan dengan santai, seakan tidak terjadi apa apa, berjalan, berjalan, berjalan dengan tenang sampai akhirnya berdiri di sebuah apartemen mewah yang sungguh sungguh tinggi, tidak lupa alatnya, dia melempar tali kearah besi di lantai 3 dan terikat dengan sempurna, tidak ada yang mencurigai gerakannya, karena semuanya sudah TERLELAP, termasuk petugas jaga disitu, terlelap sekali, kenapa bisa tahu? Suara dengkurannya yang sungguh amat keras.
Dia memanjat sampai di lantai 3 dan kemudian melepaskan ikatannya pada besi itu, lalu melemparnya lagi sampai ke lantai 5 dan memanjat lagi, tidak bersuara sedikitpun, bahkan gelap pun tidak terusik olehnya, melepaskan ikatan di besi lalu masuk begitu saja lewat jendela yang mengarahkannya ke koridor apartemen lantai 5, memang, suasana pada saat itu mencekam, namun dia tidak merasa takut sama sekali, kenapa? Karena dia juga bukan seorang manusia, asal tahu, dia adalah seorang iblis (Demon) yang sudah berumur sekitar 200 tahun.
Dia memandangi pintu bernomor 060 yang ditunjukkan sebagai kamar Amy, dia mencoba membuka pintu, dan ternyata tidak dikunci, ah, betapa teledornya gadis ini, tidak tahu ada bencana apa yang akan menimpanya, dan sebuah keuntungan bagi Rufus, dia tidak perlu susah susah menggunakan jepit rambut murahan itu.
Dengan mengendap endap, dia berjalan mendekati kasur Amy, dimana gadis itu sedang tertidur dengan wajah polosnya, Rufus menyeringai, dia mengeluarkan kain yang sudah dia olesi dengan cairan pembiusnya itu, lalu membekap Amy dengan kain itu, Amy sontak membuka matanya dengan sangat lebar, mata caramel nya itu terbelalak ketika melihat Rufus yang tengah mengeluarkan Eyetooth nya.
DOR!
Peluru berwarna merah dan terukir tulisan 'R.W' alias Rufus Wilde dilepaskannya, menembus kepala Amy, otaknya sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, sistemnya telah rusak akibat peluru itu.
DOR!
Tembakan kedua menembus dada, tepatnya di jantungnya hingga Amy sudah tidak dapat bernafas dengan lancer ditambah lagi, mengingat mulut dan hidungnya yang masih dibekap oleh sang pemilik pistol itu yang tengah menyiksanya, pandangan Amy mulai kabur, apakah ini akibat dari obat bius itu? Ataukah dia sudah tidak bernyawa lagi? Salah. Dia masih hidup.
'Ck, gadis ini ternyata tangguh juga—' Rufus mengeluarkan Nether Blade miliknya dan menikam perut gadis itu berkali kali, sampai menyisakan pemandangan yang sungguh tidak sedap, darah mengalir dari tengkoraknya, dadanya, perutnya, mengotori pakaian Rufus dan Amy, dan kasur yang sudah berhiaskan warna merah darah yang segar dan kental.
Belum puas dengan aksinya, Rufus kembali menyayatkan pisau ke leher Amy, membuat kulit leher mulusnya itu terluka parah, robekan yang cukup dalam bisa dibilang, berpindah ke pergelangan tangan, pergelangan tangan kirinya dikoyak secara habis habisan, urat nadinya putus, di koyak lagi pergelangan tangan kanannya, bukan hanya urat nadi yang putus kali ini, tangannya pun putus, setelah itu, dilepaskannya bekapan kasar dari mulut Amy dan menunjukkan wajah Amy yang cantik, imut dan polos situ, seperti tertidur damai, padahal tidak, tubuhnya hancur, menyisakan pemandangan yang sungguh tragis bila dilihat oleh orang lain, kecuali Rufus, dia sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini di Underworld, atau bahkan lebih parah dari ini.
Sudah selesai melakukan misinya, Rufus menyimpan kembali Eyetooth nya dan Nether Bladenya, kemudian menyiapkan tali dan keluar dengan cara yang tadi : turun lewat besi penyangga.
Rufus kembali ke dalam gedung angkernya itu dan segera menuju kamarnya, bau amis dari pakaian dan tangan Rufus membangunkan keluarga satu satunya—Lass.
"Aniki—habis dari mana?" tanya Lass yang diperkirakan masih berumur 15 tahun itu.
"Biasalah, kenapa kamu bangun?" tanya Rufus pada Lass dengan lembut, niatnya ingin mengelus rambut putih milik si albino polos ini, namun mengurungkan niatnya itu karena tangannya kotor penuh bercak darah.
"Aku mencium bau darah—mou, Aniki.. kenapa aniki tidak mengajakku tadi? Kan aku juga ingin bersenang senang?" err, kalau saya bilang 'polos' tadi, itu semua hanya tipuan semata, ternyata kakak dan adik sama sama psikopat.
"Lass, ini sudah dini hari, kamu kembali tidur saja, tidak mungkin kan aku mengajakmu subuh subuh begini hanya untuk menjalankan misiku sebagai pembunuh bayaran dan mempertaruhkan prestasi tinggimu di sekolah? Kalau kau bolos dan di point bagaimana?" jelas Rufus pada adik tersayangnya itu panjang lebar, Lass hanya menunduk dan menarik ujung baju kakaknya.
"Tapi—lain kali aku ikut, ya! Kalau… kalau libur saja! Bagaimana, aniki?" tanya Lass penuh harap, tidak menyerah juga anak ini, Rufus tidak mau mengecewakan adiknya dengan berkata 'tidak' karena Lass adalah orang yang paling berharga di hidupnya.
"Iya, kalau begitu sih boleh boleh saja… aniki mandi dulu." ucap Rufus lalu mengelus rambut Lass, ah, dia lupa, kalau ada bekas darah yang masih belum kering di sarung tangannya.
"Err, kita mandi bareng aja, aniki! Aku juga sudah mau siap siap sekolah…" ucap Lass dengan nada ceria-nya itu.
"Hah, yasudah deh…" Rufus hanya bisa menghela nafasnya dan mengikuti keinginan adik tersayangnya itu.
OMAKE
Jin mencoba menghubungi ponsel Amy, namun tak ada jawaban, Jin mulai khawatir, apakah Rufus sudah menjalankan tugasnya dengan baik?
Panggilan kedua, masih tidak ada jawaban, Jin ingin memastikan kalau Rufus benar benar sudah membunuh Amy, sesuai keinginannya.
Jin menunggu sampai pukul 6 pagi, dia harus segera bersiap siap kuliah, sebelum itu, dia menyetel acara televisi, dan ternyata isinya berita semua, dia mengambil roti bakar dari piringnya, yang sudah disiapkan ibunya sejak pukul 5 pagi sebelum ibunya berangkat kerja.
"Membosankan." Rutuknya sambil mengganti ganti saluran TV, dan roti yang baru saja digigitnya terjatuh ketika melihat berita dari Sakura TV(salah masuk Fadom Death Note—).
"Berita duka dari keluarga aktris muda berbakat yang bernama Amy Aruha, Amy dinyatakan meninggal setelah petugas pembersihan yang dikenali sebagai Wahyono(?) hendak membersihkan kamar milik aktris muda ini, pengakuan direkam langsung oleh wartawan kami yang sedang berada di lokasi kejadian, silahkan, Emily." Ucap sang reporter yang berada di studio berwarnakan biru latar belakangnya.
Dan terlihat di slot berikutnya, seorang wartawan tengah mewawancarai petugas OB yang bercucuran keringat dan wajahnya sedikit pucat.
"Se-sekitar pukul 05.30 tadi, saya datang untuk membersihkan kamar milik nona Amy, saya sudah mengetuk pintu berulang kali, tapi tidak ada jawaban, lalu saya panic dan mencoba membuka pintu, ternyata tidak dikunci, lalu saya masuk ke dalam kamar nona Amy, dan betapa terkejutnya saya ketika saya melihat nona Amy sudah terbujur kaku dengan luka tembakan dan tusuk dimana mana, tangan kanannya juga sudah putus—saya—saya.. saya langsung berteriak minta tolong, dan langsung saja petugas keamanan menelpon polisi…" petugas OB itu mengaku panjang lebar.
Petugas OB itu menjelaskan lagi dengan panjang lebar disertai tatapan yang memancarkan ketakutan, Jin di sisi lain tertawa nista mendengar penjelasan petugas OB itu.
"Ah, akhirnya—Amy, kamu senang kan disana, sayang? Ha—hahaha! Selamat jalan Amy! Aku sayang padamu, sayang sekali!" kemudian Jin berangat ke kampusnya, dan ucapan berbelasungkawa diterima olehnya atas meninggalnya Amy, kekasihnya, atau mantan kekasihnya—?
End of chapter 1
Author's note: yaa—minna san, ogenki desuka? Ini Cuma repost Fiction yang pernah saya hapus dari Account ini, jadi—kalau ada beberapa perubahan yaa—maklum saja ya ^^ saya juga sedang dalam masa masa belajar membuat Fanfic, mohon bantuannya para senpai di fandom ini! Ini sudah termasuk Fic pertama saya yang ongoing—atau multichapter, dan untuk yang sudah menunggu terlahirnya kembali Fanfic ini, maaf atas ketidaknyamanannya menunggu—hontou ni gomensasai! Dan, sedikit kamus bahasa jepang untuk chapter ini.
Aniki: kakak laki laki, biasa diucapkan oleh adik laki laki terhadap kakak laki lakinya.
Sore dewa minna san—osaki ni shitsurei shimasu~ douzo ogenkide!
(Jadi semuanya—maaf saya pamit terlebih dahulu~ mudah mudahan sehat selalu!)
=AkaneMiyuki=
