A/N : Fanfiction NCT pertama yang Yuta tulis. Tentunya dengan couple JaeYong, JohnTen, MarkHyuck dan NoMin. Yuta berharap FF ini menarik minat kalian untuk membacanya dan masih dengan gaya penulisan Yuta di FF Yuta yang sebelumnya.

Pairing-pairing di FF ini :

Mark [Seme] x Haechan [Uke]

Jaehyun [Seme] x Taeyong [Uke]

Johnny [Seme] x Ten [Uke]

Jeno [Seme] x Jaemin [Uke]

Semoga kalian suka dan dapat menerima cerita ini dengan baik^^

.

.

.


-oOo- Bottoms Without Their Tops -oOo-


.

.

.

Author:
Yuta CBKSHH

Title:
Bottoms Without Their Tops (MarkHyuck)

Main Cast:
Mark Lee aka Mark
Lee Donghyuck aka Haechan

Support cast:

Lee Taeyong aka Taeyong

Jung Jaehyun aka Jaehyun

Chittapon Leechaiyapornkul aka Ten

John Seo aka Johnny

Lee Jeno aka Jeno

Na Jaemin aka Jaemin
And others cast (NCT's members)

Rating:
M ++

Genre:
Romance, Drama, Hurt/Comfort, Daily-life of NCT

Length:
CHAPTERED

Disclaimer:
Fanfict yang terinspirasi dari beberapa pengalaman. FF ini ditulis oleh Yuta sendiri dan tanpa dibantu oleh siapapun. Plot cerita berdasarkan request dari fromliontobear. Cerita ini tidak memplagiat cerita dari orang lain atau cerita manapun. PLAGIARISM ISN'T MY STYLE! NO COPAST! NO PLAGIAT! Semoga kalian suka dan bisa menerima cerita ini dengan baik ^^

Warning:
BL-BoysLove / YAOI / SHOUNEN-AI / HUBUNGAN SESAMA JENIS. MATURE CONTENT INSIDE! NC-21! DLDR! DO NOT BASH BUT KRITIK ATAU SARAN SANGAT DIPERBOLEHKAN. ENJOY IT!

Summary:
[YAOI! NC-21!] Haechan, Taeyong, Ten dan Jaemin sudah cukup jengah dengan sifat posesif dari para 'Seme' mereka. Merekapun merencanakan sesuatu yang besar. Tentunya yang akan berakhir dengan malam yang panas. SEME OVER POSESSIVE! MarkHyuck, JaeYong, JohnTen, NoMin! RnR!

Backsong:
Super Junior – Hate U Love U

- HAPPY READING –

.

.

.

[PROLOG]

Haechan mendaratkan pantatnya di atas salah satu kursi sofa yang berada di Ruang tengah Dorm mereka, dan memandangi satu persatu ketiga orang yang lebih dulu telah berada di sana.

Taeyong, Ten dan Jaemin.

Ketiga Uke manis nan cantik itu nampak sibuk memainkan ponsel mereka, dan tidak ada yang berniat untuk mengeluarkan suaranya. Padahal, tujuan mereka berkumpul di sini adalah untuk merencanakan sebuah misi yang besar.

Tetapi… misi apa itu?

Hingga Haechan; orang yang paling terakhir datang, berinisiatif untuk membuka percakapan mereka. Sebelumnya, ia merampas seluruh ponsel yang berada di genggaman tangan mereka. Dan ia hanya tersenyum hambar menanggapi tatapan dingin dari ketiga orang tersebut, lalu menyimpan ponsel-ponsel itu di atas meja.

"Baiklah, aku sudah cukup jengah dengan sikap Mark Hyung yang terlalu posesif terhadapku. Sebenarnya apa salahku? Kenapa ia selalu membuatku kesal?" keluh Haechan.

"Kau kira kau saja yang mendapatkan sikap posesif dari Kekasihmu? Tidakkah kau menyadari sikap Jaehyun yang manis di depanku tetapi acuh saat aku sedang tidak ada?" jawab Taeyong. Bagaimanapun juga, mereka adalah bottom yang memiliki perasaan yang sama. Ia harap ia mampu menyelesaikan permasalahannya ini bersama ketiga Dongsaeng-nya tersebut.

"I don't know how to start this, but… Johnny Hyung menghindariku pagi ini, padahal aku tidak tahu apa kesalahanku," Ten; sosok yang dikenal paling lembut, pun ikut mengeluarkan keluhannya.

Sementara Jaemin; anggota termuda di antara mereka, hanya menjadi pendengar setia bagi ketiga Hyungnya. Ia pun memiliki masalah dengan Jeno, tetapi ia tidak tahu apakah merundingkannya dengan Haechan, Taeyong dan Ten adalah hal yang tepat atau tidak.

"Lalu… bagaimana denganmu, Jaemin-ah? Aku lihat kau lebih banyak diam ketika Jeno sedang berlibur dengan Keluarganya selama 3 hari ini," tanya Haechan.

"Ahh pasangan muda ini," celetuk Taeyong sambil memainkan kukunya. Jangan lupakan, satu kakinya yang ia topangkan pada kakinya yang lain. Bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh Taeyong, selalu berhasil membuat siapapun akan berprasangka bahwa ia adalah seseorang yang agresif. Meskipun pada kenyataannya adalah benar.

Jaemin mengangguk dan kembali menundukkan kepalanya menatap kedua pahanya. Ia rasa, kedua pahanya lebih menarik daripada menatap wajah ketiga Hyungnya tersebut.

"Kalian lihat ini?" ucap Haechan menunjukkan sebuah kartu undangan bercorak elegan pada ketiga orang yang berada di hadapannya tersebut.

Taeyonglah orang yang paling penasaran dengan kartu undangan tersebut.

"Undangan?" tanya Taeyong.

Haechan mengangguk. "Lucas Hyung dan Jungwoo Hyung mengadakan Pesta yang gila! Dan mereka mengundang kita untuk datang ke sana," jelas Haechan.

"Ke sana? Kemana maksudmu?" tanya Ten. Jujur, ia pun penasaran tentang Pesta tersebut.

"Itaewon Night Club," jawab Haechan. Ia menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum miring. Dan Taeyong, Ten maupun Jaemin, langsung tahu apa maksud dari Lelaki berkulit tan tersebut.

"Aku tahu mereka sering datang ke sana, tetapi aku tidak menyangka bahwa mereka akan menyewa Club itu untuk mengadakan Pesta. Terlebih itu adalah… Pesta yang gila?" ucap Taeyong.

"Aku tidak akan datang. Ibuku pasti–"

"Kau harus datang," Haechan memotong perkataan Jaemin.

"Um… jadi apa rencanamu?" tanya Ten. Ia tidak yakin rencana mereka kali ini akan berhasil. Mengingat Fans mereka sangatlah banyak, dan datang ke Club Malam bukanlah ide yang bagus. Karir mereka akan hancur jika Fans mengetahui hal itu.

"Kita akan menggoda pasangan kita, dan memberi mereka pelajaran agar mereka tidak terlalu posesif pada kita. It's private party! Kau tidak perlu khawatir Hyung," ucap Haechan meyakinkan Ten.

Sementara tanpa diketahui oleh siapapun, Taeyong menyunggingkan senyumannya dan mulai memikirkan rencana-rencana yang akan ia buktikan pada Jaehyun nanti di Pesta itu.

"Hyung, tunggu!" protes Jaemin tiba-tiba. Ia bahkan bangkit dari posisi duduknya dan membuat ketiga Hyungnya menatapnya dengan pandangan terkejut.

"Apa maksudnya menggoda pasangan kita? Aku? Menggoda Jeno? Bagaimana bisa aku melakukannya?!" tanya Jaemin frustasi.

Haechan tertawa paling keras dan ia menghampiri Jaemin, lalu merangkul bahu Lelaki manis itu. "Berhentilah bersikap naif seperti itu, Jaemin-ah. Usia kau dan aku sama." Haechan mengalihkan pandangannya pada bokong Jaemin lalu meremasnya dengan kuat. "Kau memiliki bokong yang bagus, tetapi… kenapa tidak kau gunakan eoh?"

"Ahahahahaha~"

Haechan, Taeyong dan Ten kemudian tertawa dengan keras dan membuat Jaemin merasa malu hingga wajahnya memerah sempurna. Jaemin tidak habis pikir, kenapa semua Hyungnya memiliki pikiran yang binal dan otak yang kotor semacam itu? Jika ia harus mengorbankan–keperawanannya–dirinya seperti ini, bukankah ia termasuk orang yang dirugikan?

Tetapi apa boleh buat?

Mereka lahir bersama sebagai NCT. Di dalam Grup yang sama, bernama NCT. Jadi, apa yang perlu dikhawatirkan. Toh, mereka melakukan hal ini bersama-sama.

"Jadi…?" ragu Ten.

Haechan tersenyum tipis dan menunjukkan seringaiannya.

"Beri mereka pelajaran."

.

.

.


-oOo- Bottoms Without Their Tops -oOo-


.

.

.

[MarkHyuck – Mark x Haechan]

Haechan sudah siap dengan penampilannya saat ini. Mengingat NCT sedang tidak ada jadwal, ia memutuskan untuk menghibur dirinya sendiri dari penatnya aktivitas yang ia jalani semasa ia Debut bersama NCT.

Seharusnya pagi ini terlihat cerah, tetapi sebaliknya, awan yang berada di kepalanya nampak suram dan berwarna kelabu. Ia tahu bahwa hujan akan turun beberapa saat lagi, tetapi tidak mengurungkan niatnya untuk menikmati sebatang ice cream yang bisa ia dapatkan di Minimarket terdekat.

"Haechan, kau ingin kemana?" tanya seseorang yang baru saja ia lewati saat ia keluar dari Dorm.

Dan orang tersebut adalah Jaehyun. Lelaki yang paling tampan dan memiliki pesona yang paling kuat di dalam Grup. Tetapi harus kalian ingat, bahwa tipe Haechan bukanlah Jaehyun. BU-KAN JAE-HYUN.

"Aku ingin membeli ice cream di Minimarket depan. Kau ingin ice cream juga Hyung?" tawar Haechan.

Jaehyun mengangkat kepalanya untuk melihat awan yang gelap di atasnya. Dan hembusan angin dingin yang kencang, baru saja merusak tatanan rambutnya yang sempurna. Jadi, apakah ia baru mengetahui Haechan memiliki kelainan? Karena baru saja menawarkannya ice cream di cuaca yang sedingin ini?

"Mau tidak Hyung?" tanya Haechan karena Jaehyun terlalu lama menjawab.

"Haechan, apa kau tidak tahu bahwa suhu dingin dapat membuatmu demam? Kau seharusnya mengkonsumsi makanan yang hangat, bukan ice cream. Dan juga, apakah Mark tidak memberitahumu bla bla bla..."

Haechan buru-buru beranjak dari hadapan Jaehyun sambil menutup kedua telinganya rapat-rapat.

Sudah cukup ia mendapatkan perlakuan posesif dari semua orang; yang menjabat posisi Seme di sini. Sudah cukup ia mendengar larangan dari Mark. Dan ia tidak ingin mendengarnya kembali dari Jaehyun.

Hanya dengan menyeberangi jalan, Haechan kini sudah tiba di Minimarket tujuannya. Dengan santai ia memasuki tempat itu dan mencari-cari dimana letak counter ice cream berada. Ia bahkan membutukan waktu kurang lebih 10 menit untuk memilih ice cream mana yang akan ia makan. Dan setelah ia menemukan ice cream rasa melon kesukaannya, ia berjalan menuju Kasir.

Jadi, seperti itulah awal cerita Haechan pagi ini yang berjalan tidak terlalu mulus. Ia hanya ingin menikmati ice cream karena ia ingin mendinginkan kepalanya. Lalu, apa salahnya jika ia makan ice cream di musim dingin? Apakah itu adalah tindakan kriminal?

Setelah membayar ice cream tersebut, Haechan beranjak dari Minimarket itu dan mulai membuka kemasan ice cream yang berada di genggamannya. Namun, ponselnya lebih dulu berbunyi dan hal itu menundanya untuk menikmati ice cream-nya.

Demi Tuhan, kenapa tidak ada seorangpun yang membiarkannya untuk memakan ice cream?!

"Mark Hyung?" gumam Haechan setelah melihat nama yang tertera di ponselnya. Tidak. Ia tidak kesal jika Mark menghubunginya. Yang membuatnya kesal adalah…

KENAPA MARK MELAKUKAN PANGGILAN VIDEO?!

"Ya? Kenapa? Ada apa?" sambut Haechan. Ia terpaksa, harus digaris bawahi, TER-PAK-SA, menerima panggilan video itu karena ia tidak ingin menerima resiko buruk. Meskipun ia masih berada di luar Dorm dan masih berjalan kaki menuju Dormnya.

"Hey, apa yang sedang kau lakukan? Baru 30 menit aku pergi, kau sudah berada di luar Dorm? Dan apa itu, ice cream?! Lee Donghyuck, apa kau ingin mengantarkan nyawamu pada Malaikat maut karena memakan ice cream di musim dingin seperti ini?"

Kalian bisa dengar itu? Ocehan seorang Rapper NCT terhadap Kekasihnya? Dan hal itu sangatlah membuktikan pada Mark adalah tipe Lelaki yang begitu posesif.

Haechan bahkan menghentikan aktivitas 'menjilat' ice cream-nya karena tiba-tiba mood untuk makan ice cream miliknya menghilang. Ia menatap layar ponselnya dengan serius dan memberikan ancaman terhadap Mark melalui tatapan matanya saja.

"Hey, jangan kau akhiri dulu panggilan ini."

Haechan memutar kedua bola matanya malas. "Apa lagi?"

"Cepatlah kembali ke Dorm. Dan... apa kau ingat pesanku?"

Haechan mengernyitkan dahinya. Pesan apa? Ia tidak ingat Mark pernah berpesan padanya.

"Panjangkan rambutmu. Kau nampak cantik jika jadi perempuan."

Sungguh Kekasihnya ini telah membuatnya benar-benar marah. Apakah bagi Mark candaannya itu lucu? Tidak sama sekali.

"Hya! Berhentilah menyuruhku untuk memanjangkan rambut!"

.

.

.


-oOo- Bottoms Withour Their Tops -oOo-


.

.

.

[JaeYong – Jaehyun x Taeyong]

Taeyong memperhatikan dirinya di depan cermin yang tertempel pada lemari pakaiannya. Di Kamar ini, ia hanya seorang diri, setelah sebelumnya Jaehyun mengatakan padanya bahwa Kekasihnya itu ingin membeli sesuatu di Minimarket.

Taeyong bergegas membersihkan dirinya dan memakai pakaian yang biasa ia kenakan saat ingin latihan. Ya, pagi ini ia sudah berjanji dengan Ten untuk menyempurnakan gerakan tarian mereka di Ruangan khusus latihan. Dan lima menit lagi, ia sudah harus berada di sana.

Ia ingin beranjak, namun pintu Kamarnya tiba-tiba terbuka dan menunjukkan sosok tampan Kekasihnya itu yang baru saja tiba. Taeyong sempat menatap curiga ke arah kantung plastik putih kecil yang dibawa oleh Jaehyun. Namun apa pedulinya? Ia saat ini sedang menghindari percakapan-percakapan panjang dengan Kekasihnya tersebut.

"Kau ingin kemana?" tanya Jaehyun posesif.

Meskipun Jaehyun berwajah Malaikat, tetapi seluruh ucapan yang keluar dari bibirnya, menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sangat posesif. Tidak hanya pada Taeyong, tetapi pada siapapun.

Taeyong tidak menjawab, karena ia yakin bahwa Jaehyun pun telah mengetahui kemana akan pergi. Juga, kaos oblong dan celana training yang ia kenakan, sudah cukup jelas untuk menjawab pertanyaan Jaehyun barusan.

Taeyong merasa tangannya ditahan oleh seseorang saat ia meraih kenop pintu. Dengan terpaksa ia membalikkan tubuhnya dan memandangi Kekasih yang berusia 2 tahun lebih muda darinya itu.

"Sepagi ini?" tanya Jaehyun.

"Aku harus menyempurnakan koreografinya dan juga gerakanku," jawab Taeyong acuh.

"Aku boleh ikut?"

Haruskah Jaehyun menunjukkan sikap posesifnya di saat seperti ini? Hey, ia hanya ingin berlatih di Ruangan yang terletak tak jauh dari Kamar mereka. Dan juga… kehadiran Jaehyun di sana hanya akan membuyarkan konsentrasinya saja.

"Aku tahu kau lelah. Lebih baik lanjutkan istirahatmu," perintah Taeyong.

Jaehyun menundukkan kepalanya, dan melepaskan tangan Taeyong secara perlahan. "Baiklah jika kau tidak menginginkanku."

Taeyong membulatkan matanya. "Hya!"

Namun Taeyong terkejut kala Jaehyun mengangkat kembali kepalanya dan tersenyum padanya hingga menunjukkan lesung pipinya. Pipi Taeyong seketika merona, kala Jaehyun merapihkan rambutnya dengan jemarinya.

"Rambutnya sedikit berantakan," ucap Jaehyun.

Entah sadar atau tidak, Jaehyun nyatanya berhasil meluluhkan hati Taeyong dan membuat Taeyong tidak kuasa menahan perasaannya. Terlebih kala Jaehyun hendak mempertemukan bibir mereka, debaran di jantungnya semakin keras. Hingga akhirnya, Taeyong membiarkan Jaehyun mengecup bibirnya singkat.

"Kembalilah tepat waktu," bisik Jaehyun.

Taeyong mengangguk dan keluar dari Kamar mereka. Lalu, ia tutup pintu itu kembali dengan segera. Namun suara ponsel Jaehyun yang berbunyi, membuatnya harus menghentikan langkah. Ia mengintip Jaehyun menerima panggilan itu, melalui celah pintu tersebut berbicara melalui ponselnya.

"Ya, ada apa Yeri?"

.

.

.


-oOo- Bottoms Without Their Tops -oOo-


.

.

.

[JohnTen – Johnny x Ten]

Ten terbangun dari tidurnya, dan tubuhnya langsung diterpa oleh dinginnya udara Ruangan kala ia menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya semalaman. Ia sempat mengusap kedua matanya dan mendapati Johnny sedang terduduk di hadapan laptopnya. Ten tidak yakin Johnny menyadari bahwa ia telah bangun karena Lelaki bertubuh tinggi itu terduduk memunggunginya.

Johnny memang sudah menjadi Kekasihnya, tetapi ia tidak merasakan perubahan apapun terhadap diri Johnny setelah mereka menjadi pasangan Kekasih. Johnny masih bersikap sama dan tidak melakukan hal yang spesial bahkan romantis padanya. Dan hal itu membuatnya tidak nyaman dengan hubungan yang mereka jalin saat ini. Tetapi di sisi lain, ia tidak ingin melepas Johnny begitu saja. Cinta ini, ialah yang memulainya. Ialah yang lebih dulu menyatakan perasaannya terhadap Johnny hingga Johnny menerima cintanya.

"Hyung…" gumam Ten dengan lemah.

"Hm?"

Hanya itu jawaban Johnny. Ia bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari laptopnya. Membuat Ten menghembuskan nafasnya lemah dan beranjak dari atas tempat tidur untuk bergegas latihan bersama Taeyong.

Kini Ten sudah membersihkan dirinya dan bersiap untuk latihan pun, Johnny masih terpaku pada layar laptopnya. Ia bahkan tidak tahu apa yang Johnny lakukan hingga tak bergerak sedikitpun dari kursinya. Atau…

Apakah Johnny sengaja melakukan hal ini untuk menghindarinya?

"What's wrong?" ucap Johnny saat menyadari Ten berdiri di ambang pintu menatapnya.

"Nothing," singkat Ten dengan senyuman tipisnya. Ia berusaha untuk tersenyum pada Johnny, tetapi lagi-lagi Johnny mengacuhkannya dan tak mau memandangnya.

"Hyung…" Ten teringat sesuatu dan ia kembali memanggil Johnny. "Bisakah kita menghabiskan waktu bersama selama kita tidak memiliki jadwal?"

Ten harus mengerahkan seluruh keberaniannya untuk mengajak Johnny pergi bersama. Keinginannya itu tidak keterlaluan, ia hanya ingin melakukan apa yang pasangan lain lakukan.

"Aku akan memikirkannya."

Sepertinya Ten harus membiasakan dirinya terhadap sikap Johnny padanya saat ini. membuatnya berpikir bahwa ia tidaklah seberuntung Taeyong dan Haechan yang memiliki Kekasih yang posesif. Justru sebaliknya, ia memiliki seorang Kekasih yang acuh terhadapnya.

Jika memang Johnny tidak menginginkannya, bukankah lebih baik Johnny meminta untuk mengakhiri hubungan ini? Kenapa Johnny justru diam dan membuatnya terpuruk bersama pertanyaannya selama ini?

Sekarang, bukan saatnya untuk bersedih atas perasaannya sendiri. Ten harus segera menuju ke Ruangan latihan karena ia yakin Taeyong sudah lebih dulu tiba di sana. Dan benar, ia melihat Taeyong di dalam Ruangan itu seorang diri.

Tetapi… ada yang berbeda kali ini.

Jika biasanya Taeyong akan melemparkan senyuman padanya dan menyambutnya, kali ini Taeyong nampak sedang terduduk di sudut Ruangan sambil menundukkan kepalanya dalam. Ten merasa ada yang tidak beres, maka ia segera menghampiri Taeyong.

"Kau… baik-baik saja?" tanya Ten. Dan ia dikejutkan oleh airmata yang membasahi wajah Taeyong. Kenapa Hyungnya ini menangis? Terlebih ini masih sangat pagi.

Taeyong tidak menjawab dan justru menangis terisak di dadanya. Ten segera membawa Taeyong ke dalam pelukannya dan mengusap lembut punggung Taeyong guna menenangkannya.

"Dia… di-dia berhasil membuatku terbang hingga ke langit ketujuh dan menghempaskanku begitu saja hanya dalam waktu beberapa detik. Dia… dia telah menyakitiku," isak Taeyong. Sementara Ten mencoba untuk mencerna perkataan Taeyong, dan tahu bahwa yang dimaksud oleh Taeyong adalah Jaehyun.

"Apa yang sudah ia lakukan terhadapmu Hyung?" tanya Ten hati-hati.

"Aku rasa… ia menjalin hubungan dengan seseorang. Selain aku."

Johnny merenggangkan tubuhnya yang penat akibat duduk terlalu lama di kursinya. Ia mulai menyalakan laptopnya pukul 3 pagi dan saat ia melirik ke arah jam dinding di sebelahnya, jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

Ia hendak bangkit dan ke Kamar mandi, tetapi gerakannya terhenti kala melihat sebuah botol minuman di atas meja samping tempat tidur milik Ten. Ia meyakini botol minuman itu telah Ten siapkan untuk latihan pagi ini. Tanpa berpikir panjang, ia raih botol minuman itu dan berniat untuk mengantarkannya pada Ten.

"Selamat pagi Hyung," sapa Jungwoo dengan sopan saat kebetulan lewat di depan Kamar Johnny dan mendapati Johnny di sana. Johnny hanya membalas dengan senyuman tipisnya.

Ia melewati lorong dan beberapa Kamar, hingga ia tiba di depan pintu Ruangan latihan yang ia tuju. Johnny ingin langsung masuk ke dalam sana, namun pemandangan yang tersaji di hadapannya saat ini membuatnya berdiri kaku.

Melalui kaca pintu transparan Ruangan latihan itu, Johnny melihat Ten; Kekasihnya, tengah berpelukan dengan Taeyong.

Seharusnya ia tidak perlu merasa cemburu dan sesak di dadanya. Tetapi begitulah yang ia rasakan. Ia tidak senang melihat Ten berpelukan dengan Taeyong seperti itu. Terlebih, ia melihat Ten menghapus airmata Taeyong berkali-kali hingga Taeyong mulai menunjukkan senyumannya.

Johnny menghela nafasnya lemah, dan mengurungkan niatnya untuk memberikan botol minuman ini pada sang Pemilik. Ia beranjak dari sana dan berlalu begitu saja.

"Haruskah mereka berpelukan seperti itu?" gumamnya.

.

.

.


-oOo- Bottoms Without Their Tops -oOo-


.

.

.

[NoMin – Jeno x Jaemin]

"Haruskah mereka berpelukan seperti itu?"

Jaemin mendengar Johnny menggumamkan kalimat itu dengan samar saat dirinya melewati Ruangan latihan dan berpapasan dengan Johnny, meskipun Johnny tak menyadari kehadirannya.

Jaemin hanya menggedikkan bahunya dan melanjutkan langkahnya menuju Kamarnya. Ah, lebih tepatnya, ia ingin menemui Jeno di sana. Ya, ia ingin menemui Kekasihnya itu sebelum kepulangan Jeno ke Rumahnya karena Jeno berkeinginan untuk berlibur bersama anggota Keluarganya.

Saat ia tiba di sana, ia melihat Jeno masih merapihkan beberapa helai pakaiannya di dalam koper dan tidak menyadari kehadirannya. Hingga Jaemin memutuskan untuk berdeham dan Jeno seketika melemparkan senyuman cerah padanya.

Jujur saja, Jaemin mengagumi Jeno ketika Kekasihnya itu memakai T-shirt berwarna putih seperti saat ini. Entah sejak kapan pipinya memanas, yang ia yakini itu karena senyuman dari Jeno untuknya. Jaemin memutuskan untuk duduk di samping koper Jeno yang berada di atas ranjangnya, sambil memadangi Kekasih tampannya itu.

"Kapan kau akan berangkat?"

Jeno melirik ke arah ponselnya guna melihat jam. Lalu ia tersenyum kembali menatap Kekasih manisnya tersebut. "30 menit lagi," jawabnya.

Jaemin mengangguk mengerti.

Jeno terdiam. Senyumannya luntur entah kenapa. Mendapati Jaemin yang nampak murung, bukanlah hal yang ia sukai. Lantas ia mendekati Jaemin dan mencoba untuk mengajaknya berbicara.

"Apa kau sedih?" tanya Jeno.

Jaemin menggelengkan kepalanya. "Kau akan menemui Keluargamu, lalu apa alasanku untuk bersedih?" Jaemin memaksakan senyumannya.

Jeno meraih tangan Kekasihnya itu, lalu mengecupnya dengan lembut.

"Ibu sangat mengenalmu dan ia tahu bahwa Puteranya ini sangat dekat denganmu," ucap Jeno.

"Ya, tapi ia tidak mengetahui hubungan kita."

Cukup. Jaemin sedang tidak ingin membahas masalah ini lagi.

Ia tidak ingin dianggap hanya sebagai 'teman' Jeno. Ia ingin keberadaannya diakui oleh Keluarga Jeno. Untuk apa ia mempertahankan hubungan ini jika pada akhirnya ia mendapati penolakan dari Keluarga Jeno?

"Aku akan mengatakan hubungan kita pada Ibu," putus Jeno. Jaemin menunjukkan ekspresi yang sedikit terkejut.

"Tidak. Jangan katakan apapun tentang hubungan kita. Aku tidak ingin Ibumu memisahkan kita, setelah ia mengetahui hubungan kita," tentang Jaemin.

Biarlah tetap seperti ini. Seberapa lamapun ia menyembunyikan hubungan ini, ia akan bertahan. Karena baginya, berpisah dengan Jeno sama saja menghancurkan hidupnya.

Jeno membawa tubuh Kekasihnya ke dalam pelukan hangatnya. Memeluk tubuh Jaemin dengan erat, lalu mengecup puncak kepalanya.

"Maaf, seharusnya aku tidak menuntutmu seperti ini…" gumam Jaemin.

Jeno melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Jaemin guna menatap wajah cantik Kekasihnya tersebut.

"Tidak masalah."

Jeno mulai menunjukkan senyuman miringnya, dan menaikkan satu alisnya. Pandangannya kini beralih pada bibir tipis Jaemin dan hal itu membuat Jaemin risih terhadap Kekasihnya tersebut.

"Hey, kau mau apa?" tanya Jaemin. Ia bahkan mulai melangkah mundur, karena Jeno semakin menghapus jarak di antara mereka.

Jaemin memejamkan kedua matanya erat, dan menunggu Jeno menciumnya. Namun cukup lama ia memejamkan mata, ia tak kunjung merasakan bibir Jeno pada bibirnya. Dan ketika ia membuka matanya, ia melihat Jeno sedang menahan mata dan setelahnya Lelaki itu tertawa dengan keras.

"Hahahaha! Apa yang kau pikirkan eoh?" goda Jeno. Ia memegangi perutnya yang kram karena tertawa sangat keras.

"Kau pikir ini lucu?!" kesal Jaemin.

"Tidak. Kau sama sekali tidak lucu. Tapi kau manis! Sangat manis!" rayu Jeno.

Jika Jaemin merajuk seperti saat ini, yang sering Jeno lakukan adalah menggodanya hingga Jaemin merasa kesal.

"Berhentilah bermain-main denganku, Lee Jeno."

"Aku tidak sedang bermain-main denganmu, Na Jaemin."

"Jeno, Demi Tuhan. Kau membuatku kesal!"

.

.

.


-oOo- Bottoms Without Their Tops -oOo-


.

.

.

[Other Side]

Flashback

"Kau yakin akan hal ini?"

Jungwoo; si Lelaki yang memiliki wajah sangat manis, bertanya sekali lagi pada sang Kekasih yang bernama Lucas, mengenai keinginannya untuk membuat Pesta di hari jadi mereka yang ke-1 tahun.

"Sangat yakin. Dan berikan Undangan ini pada anggota NCT yang lain untuk datang," ucap Lucas dengan antusias.

Jungwoo memandangi Undangan itu sambil mengerucutkan bibirnya. Kekasihnya ini, selalu memberikan kejutan dalam hidupnya, dengan ide-ide yang luar biasa dan tak terbaca.

Tidak ingin berdebat, Jungwoo pun bangkit dari duduknya dan berniat untuk menyebarkan Undangan ini pada anggota NCT lainnya. Masih terlalu pagi memang, tetapi hanya waktu ini yang ia miliki untuk menjalankan rencananya agar tidak diketahui oleh Manager mereka. Karena jika Manager Hyung sampai mengetahui rencana ini, tidak hanya ia dan Lucas yang diberikan hukuman, melainkan seluruh anggota yang lain pun terkena imbasnya.

Dengan masih mengenakan piyama tidurnya, Jungwoo berjalan melewati lorong demi lorong hingga langkahnya membawanya pada sebuah Kamar. Dan Kamar itu adalah milik Johnny dan Ten Hyung. Awalnya, ia ingin memberikan Undangan ini pada Johnny yang kebetulan baru saja keluar dari Kamarnya, namun ia mengurungkan niatnya setelah melihat ekspresi Johnny Hyung yang terlihat sedang tidak baik. Berakhir dengannya yang hanya menyapa Johnny Hyung saja.

"Selamat pagi Hyung," ucapnya. Dan Johnny hanya melemparkan senyuman tipis ke arahnya.

Jungwoo menggedikkan bahunya dan membidik Kamar lain. Dan Kamar yang terletak di samping Kamar Johnny dan Ten Hyung adalah Kamar Haechan bersama Mark Hyung. Belum sempat ia mengetuk pintu, ada seseorang yang lebih dulu menepuk bahunya. Dan orang tersebut adalah Haechan.

"Kau ingin ke Kamarku Hyung?" tanya Haechan.

Jungwoo mengangguk dan menunjukkan Undangan yang dibawanya. "Aku ingin meminta bantuanmu untuk menyebarkan Undangan ini pada anggota yang lain."

Haechan menerima Undangan tersebut dan menelaah isinya. Matanya seketika membulat dan ia terlonjak heboh.

"Party?!" tanya Haechan tidak percaya.

"Um. Untuk merayakan hari jadiku dan Lucas. Lucas yang melakukan hal ini," jelas Jungwoo.

"Baiklah Hyung, kau memilih orang yang tepat untuk menyebarkan Undangan ini. Dan orang itu adalah aku. Aku bahkan memiliki sebuah rencana dan membuat Pesta kalian menjadi lebih berkesan," ucap Haechan percaya diri.

"B-baiklah jika begitu."

.

.

.

.

.

.

To Be Continued…

.

.

.

.

.

.

Segitu dulu Chapter 1 nya. Gimana? Ada yang berminat dengan kelanjutannya?

Masih penasaran?

Tinggalkan Reviewnya dulu ya, biar FF ini lanjut hehehe.

OK. REVIEWNYA YUTA TUNGGU!

TERIMA KASIH~

SARANGHAE BBUING~!