Hola loha minnaaaaa. I'm back ! huahahaha *gaje* ini fic baru saya dan saya yakin banget ini beda dari fic-fic yang pernah kalian baca –maafkan author nista yang pede ini– hehe becanda kooo. Saya mau bahas disini nanti malah jadi spoiler. Jadi mendingan langsung capcus. Kalo bagus di reviuw tapi kalo jelek jangan di flame. Cukup concrit ajaaaa. Oh iya arigato gozaimasu buat yang reviuw dan fav fic saya yang judulnya Legenda Sannin yang Baru. Insya Allah nanti saya bikin sequelnya kaya yang reader minta. Capcus ciinnn. Happy reading minna-san *ojigi*
Naruto © Masashi Kishimoto
Sakura © Uchiha Ryuu Aiko
Naruto – Sakura
"Sakura"
.
.
.
Warning (s): GAJE, TYPO tersebar luas, OOC tingkat dewa, rumit, alur lambat.
Genre (s): Hurt/Comfort, Angst
Rated:T
Main Character: NaruSaku
.
.
.
"SAKURA"
.
.
.
Konoha, sebuah desa di bagian negara api dan sebuah desa terbesar di negara tersebut. Ninja yang tinggal di sana bukanlah ninja ecek-ecek yang dengan mudahnya dikalahkan dengan satu kali pukulan. Mereka semua dilatih dengan keras untuk melindungi mereka yang hanya rakyat sipil. Seperti halnya pemuda berkepala duren pirang dan mata saphire seindah musim semi yang sedang dengan nikmatnya makan ramen ini. Ia di latih dengan sangat keras oleh salah satu dari tiga legenda sannin Konoha, yaitu Jiraiya. Hingga akhirnya ia dapat melampaui Jiraiya dan juga Kakashi bahkan hokage keempat. Uzumaki Naruto, pemuda yang memiliki Kurama –kyuubi– dalam tubuhnya ini adalah salah satu orang yang dilatih dengan keras. Terlihat dari otot-otot kekar tubuhnya yang terbentuk. Dan tak bisa dibayangkan latihan neraka macam apa yang di terimanya dari sang sannin mesum itu. Sama halnya dengan gadis bersurai pink yang tengah menatap Naruto dengan pandangan –melihatnya-makan-membuatku-kenyang– ini. Ia juga dilatih oleh salah satu lainnya dari legenda tiga sannin Konoha yang sangat ahli dalam bidang medis, Tsunade. Tak tanggung-tanggung, bahkan Tsunade yang saat ini menjabat sebagai godaime hokage ini mengajarkan 'kekuatan monster' pada Sakura hingga akhirnya Sakura disebut-sebut sebagai generasi kedua Tsunade. Yaa setidaknya itulah yang dilihat dari sebagian orang yang melihat kekuatan Sakura saat berlatih dengan Tsunade. Kemampuan medis Sakura juga hampir melampaui Tsunade jika saja ia memiliki segel byakugou dan sozo saisei seperti Tsunade.
"Khau thidak mhakan Shakhurha?" (kau tidak makan, Sakura?)
"Telan dulu makanan dalam mulutmu itu, Naruto no baka!" sungut Sakura, walaupun ia sudah sering melihat 'kelakuan manis' dari sahabat baiknya ini, tetap saja ia merasa risih. Bukan apa-apa, Naruto makan ramen seperti orang yang sedang di kejar maut. Sangat cepat.
"Hehe.." Naruto memberikan cengiran khasnya pada Sakura lalu melanjutkan kalimatnya. "Aku kan lapar Sakura-chan," lanjutnya sembari memamerkan cengiran lebarnya. Namun cengiran itu tidak bertahan lama karena sedetik kemudian Naruto terdiam memikirkan sesuatu dan sukses membuat Sakura mengernyit heran.
"Sakura-chan, apa kau yakin ingin menerima misi ini?" tanyanya setelah selesai dari acara 'berpikir kerasnya'.
Sakura menghela nafas berat. Itu lagi yang dibahas. Seperti tidak pernah bosan dan tidak ada lagi topik yang menarik untuk dibicarakan. Beginilah jadinya jika ia diberi misi tanpa Naruto. Pemuda itu seakan tak rela melepas Sakura bahkan dengan misi rank D sekalipun.
"Ayolah Naruto, ini bukan pertama kalinya aku pergi misi tanpamu kan?" kata Sakura malas. "Lagipula ini misi solo yang tergolong mudah. Aku hanya harus mengambil beberapa tumbuhan untuk membuat antidot di hutan sebelah barat Konoha,"
Naruto tampak berfikir sejenak, ada firasat yang tak enak datang dan duduk dengan santai di benaknya. Seperti ada sesuatu yang akan merebut gadis ini dari genggamannya. Inginya ia membenturkan kepalanya ketembok agar pikiran negatifnya hilang, tapi Naruto masih berpikir jernih jika ia membenturkan kepalanya ketembok bisa-bisa otaknya semakin bodoh dan mampet lalu impian besarnya untuk menjadi hokage sirna karena kebodohannya yang makin menjadi. Ckck, ternyata Naruto sangat mengakui kalau dirinya bodoh.
Jadi.. Naruto hanya bisa membujuk dengan keras agar gadis dihadapannya ini mengurungkan niatnya walaupun itu sama saja dengan mengukir nama diatas air.
"Entahlah," jawabnya lesu. "Kau tau Sakura-chan? Aku merasakan suatu hal buruk yang akan terjadi padamu, aku tahu ini hanya misi solo dan sangat mudah. Tapi aku ingin sekali menemanimu," ujarnya sambil menatap Sakura lekat-lekat.
Sakura tertegun. Ia tahu Naruto bukanlah cenayang. Tapi setiap firasat buruk yang dikatakannya selalu membuahkan hasil. Apakah itu berat atau ringan pastilah terjadi dan mau tidak mau kali ini Sakura harus berfikir ulang untuk menerima misi solo ini karena menyangkut dirinya.
Setelah berfikir sejenak, akhirnya Sakura memantapkan hati untuk tetap menerima misi ini. Toh hutannya tak terlalu jauh dari Konoha, pikirnya.
"Aku akan tetap memerima misi ini, Naruto. Terima kasih karena mau mengkhawatirkanku," jawab Sakura. Entah kenapa ia sulit sekali untuk tersenyum walaupun akhirnya ia paksakan agar tidak membuat Naruto makin khawatir.
Setelah selesai makan di ichiraku, Sakura segera pergi ke gerbang desa dan menjalankan misinya. Ia berhenti sejenak lalu berbalik badan. Entah mengapa ia merasa tidak akan pernah kembali lagi ke desa yang telah membesarkannya itu. Namun dengan cepat ia menggelengkan kepalanya dan kembali berpikir positif. Baru saja ia berbalik badan untuk pergi, Sakura di kagetkan dengan seorang gadis cantik dan dua pemuda yang sangat dikenalnya. Sambil mengelus dada Sakura mendelik tajam pada anggota tim sepuluh itu.
"Ino-pig, Shikamaru, Chouji. Kalian hampir membuatku mati ditempat!" geram Sakura.
Ino-Shika-Cho baru saja pulang dari misinya. Mereka terlihat sangat lelah apalagi Shikamaru yang sepertinya sudah tidak sabar bertemu dengan ranjang dan bantal yang sudah menunggu dirumahnya. Wajahnya terkantuk-kantuk. Chouji terlihat sedikit lebih kurus –tolong catat, SE-DI-KIT!– karena Chouji sepertinya hanya kehilangan berat badannya satu kilogram kurang satu ons. Mungkin karena ia kehabisan stok keripik kentang atau mungkin tidak mendapatkan pasokan makanan yang cukup untuknya –tolong beri penekanan pada kata cukup–. Sedangkan Ino terlihat seperti orang yang tidak mandi berbulan-bulan saking dekilnya. Mungkin karena Ino sering jatuh saat memakai jurus dari klannya. Pasti setelah sampai di rumahnya Ino akan menghabiskan berbotol-botol sabun cair dan shampo lalu berendam di bathup nya kurang lebih 24 jam.
"Ngh? Aku baru saja ingin memanggilmu tapi kau keburu menoleh," sahut Ino. "Kau mau pergi misi, forehead?" tanyanya.
Sakura mengangguk pasti. "Hu'um. Aku diperintahkan untuk pergi ke hutan sebelah barat Konoha untuk mengambil beberapa tanaman untuk antidot."
Ino hanya ber'oh'ria menanggapi jawaban Sakura. Sepintas Ino merasakan sesuatu yang akan terjadi pada sahabat pinknya ini tapi ia sendiri tidak tahu apa itu. Ino segera menepis pikiran liarnya itu dan langsung mengajak Shikamaru dan Chouji agar segera pulang.
"Kami pegi dulu, forehead. Sepertinya Shikamaru sudah rindu dengan bantal dan futonnya. Chouji juga sepertinya ingin bertemu dengan koleksi keripik kentangnya. Aku juga ingin cepat - cepat sampai dirumah dan berendam air hangat. Yaampun tubuhku kotor sekali," Ucap Ino dalam satu tarikan nafas lalu begitu penuh harap dan berbinar diakhir kalimat. Shikamaru hanya memutar mata ngantuknya bosan. Mendengar ocehan para gadis memang merepotkan, pikirnya.
"Ck, mendokuse. Kami pergi dulu Sakura," kata Shikamaru sembari berjalan menjauhi dan melambaikan sebelah tangannya.
"Aku juga sangat lapar," gumam Chouji lesu sambil mengusap perut gembulnya.
"Jaa nee forehead," pamit Ino riang dengan agak dipaksakan. Ia masih memikirkan perasaan tidak enak tentang Sakura dan Ino berharap tidak ada malaikat lewat yang mencatat pikiran negatifnya.
Sakura mengangguk mengiyakan. Ia menatap punggung teman-teman sebayanya itu yang pergi menjauh lalu pergi meninggalkan desa untuk menjalankan misinya selama dua hari.
.
.
.
.
TAP TAP TAP
Suara langkah kaki melangkah dengan pasti tanpa ada rasa takut sedikit pun terdengar nyaring di sebuah hutan yang sepi. Tempatnya yang jauh dari keramaian kota membuat hutan ini menimbulkan kesan misterius walaupun sebenarnya itu tidak benar. Karena jika ditelusuri lebih dalam lagi mata kita akan dimanjakan dengan pemandangan air terjun yang tidak terlalu tinggi dengan airnya yang berwarna biru jernih sampai-sampai dasarnya terlihat. Ikan-ikannya yang mempunyai beragam warna terlihat menari-nari dengan indah. Rumput hijau yang terbentang luas membuat pemandangan ini terlihat lebih sejuk.
Kembali pada pejalan kaki tadi. Setelah seharian berjalan, kunoichi Konoha ini akhirnya menemukan tumbuhan yang dia cari untuk membuat antidot sesuai dengan perintah Tsunade. Tumbuhan itu tidak terlalu mencolok bahkan tergolong sulit ditemukan jika tidak teliti mencarinya. Tingginya hanya setinggi setengah betis orang dewasa dengan batang berair dan bercabang. Daunnya sedang. Buahnya seperti buah cherry tapi berwarna hijau dibungkus dengan daun tipis warna hijau muda seperti bunga tulip yang masih kuncup.
Yang dibutuhkan Sakura untuk membuat antidot hanya daun dan buahnya. Sedangkan batangnya yang berair bisa langsung di konsumsi tanpa diolah lebih dulu. Sakura mengambil tempat seperti toples berukuran sedang untuk menaruh tanaman tersebut. Daun dan buah dijadikan satu sedangkan batangnya dipotong menjadi lebih kecil dan di tempatkan di tempat yang berbeda. Karena dipikir sudah cukup Sakura memutuskan untuk pergi.
Baru saja Sakura ingin pegi dan kembali ke Konoha, matanya melihat pemandangan indah yang sayang untuk dilewatkan. Sakura melihat air terjun indah yang sebelumnya sudah disebutkan di paragraf sebelumnya. Sakura sudah sering melewati hutan ini namun tidak sekali pun dirinya melihat pemandangan yang sangat memanjakan mata. Mungkin karena dirinya selalu ditemani Naruto dan Kakashi jika melewati hutan ini sehingga dia tidak mempunyai kesempatan untuk menelusuri hutan ini lebih jauh ini.
"Indah sekali," gumamnya takjub.
Ia menghampiri air terjun itu. Matanya tidak bisa berpaling dari keindahan alam yang diciptakan Kami-sama dengan sangat sempurna. Dengan wajah sumringah Sakura mendekati air terjun itu dan membentangkan tangannya sambil memejamkan mata. Tempat seperti ini sangat nyaman tanpa gangguan bising dari manusia yang banyak berkeliaran di Konoha.
Sakura melepaskan sepatu boot khasnya lalu mencelupkan kedua kakinya ke dalam air jernih nan segar itu. Tubuhnya yang tadi terasa pegal dan agak linu karena berjalan seharian tanpa istirahat perlahan menghilang karena sensasi segar yang ditimbulkan oleh air itu. Entah mengapa hatinya merasa tentram berada di tempat ini.
Sayang seribu sayang, jika saja ia tidak sedang dalam misi, sudah dipastikan nona Haruno ini akan menghabiskan harinya untuk menjelajahi hutan ini. Siapa tahu masih ada tempat yang lebih bagus untuk di jadikan tempat istirahat sejenak dari aktivitas padatnya tanpa ada orang yang mengganggunya.
Tiga puluh menit kiranya cukup untuk sekedar menikmati istirahatnya. Kini tubuh mungil nan berotot itu sedikit lebih segar dari sebelumnya. Setelah membereskan semua barangnya dan memakai kembali sepatu bootnya, dengan berat hati Sakura pergi meninggalkan tempat itu. Namun, baru lima langkah Sakura beranjak, ia merasakan cakra yang tidak dikenalnya yang menguar cukup kuat. Karena merasa terancam, Sakura memakai sarung tangan hitamnya lalu mengambil kunai di tasnya yang tersemat di pinggang belakangnya.
Matanya membelalak sempurna saat mengetahui siapa pemilik cakra itu. Pastilah lawannya itu tidak bisa diremehkan begitu saja jika dilihat dari reaksi mata Sakura yang seakan-akan ingin keluar dari tempatnya dan jantungnya yang sudah dipompa secepat mungkin.
Disanalah mereka. Dua orang anggota dari organisasi kriminal kelas S yang amat sangat terkenal dikalangan masyarakat sipil apalagi shinobi datang dengan wajah tanpa ekspresi. Akatsuki. Salah satu dari dua orang itu mempunyai rambut spike berwarna orange sedangkan yang lainnya tidak memiliki rambut tetapi seperti robot hidup. Mereka berdua memiliki banyak sekali piercing yang tersebar di seluruh tubuhnya. Bahkan mata mereka berdua sama. Berwarna ungu dengan banyak lingkaran-lingkraran hitam di dalamnya. Satu yang Sakura ketahui mata mereka berdua. Mata itu adalah rinnegan. Meski tidak tahu bagaimana kekuatannya, Sakura yakin seratus persen bahwa di dalam mata itu banyak sekali jurus berbahaya nan mematikan mendiaminya.
"Haruno Sakura. Kunoichi Konoha yang dididik langsung oleh hokage kelima dan teman dekat dari Uzumaki Naruto si bocah kyuubi. Senang bertemu denganmu," ujar pria yang memiliki rambut dan lagi-lagi tanpa ekspresi alias datar.
Sakura agak gentar saat mendengar bariton yang sangat berat keluar dari mulut pria itu. Hatinya semakin was-was karena yang dia hadapi sekarang ini adalah Akatsuki.
"Siapa kalian?" mereka yang ditanya hanya diam dan sukses membuat Sakura geram. Namun tak lama kemudian salah satu dari mereka menjawab.
"Kami adalah.. Pain," sahutnya dingin dan tanpa ekspresi yang berarti.
"Apa maumu?" tanya Sakura membentak. Sedangkan yang dibentak hanya memasang wajah datarnya.
"Dimana bocah kyuubi itu?" Sakura tahu siapa yang dimaksud olehnya yaitu Naruto dan dia tidak akan memberitahukan dimana sahabat baiknya itu. Lebih baik dia mati daripada harus menyerahkan nyawa Naruto demi keselamatannya.
"Tidak akan kuberitahu pada manusia kriminal sepertimu," serunya lalu melemparkan kunai yang sedari tadi telah ia siapkan.
"Shinra Tensei," ucap pria berambut spike itu tanpa bergerak sambil melebarkan kedua matanya.
Bukannya mengenai lawannya, kunai itu malah langsung berbalik ke arahnya bahkan sebelum kunai itu menyentuh ujung bajunya. Namun dengan cepat Sakura menghindar dan mendarat di dahan pohon yang besar. Gadis ini sangat heran. Bagaimana mungkin kunai itu berbalik menyerangnya padahal jelas-jelas pria itu tidak menyentuh benda itu sama sekali.
Sakura mengumpulkan cakranya di tangannya lalu melompat dari pohon itu dan menyerang kedua anggota Akatsuki itu. Tapi tubuhnya malah terlempar sangat jauh dan punggungnya mendarat dengan sukses pada batang pohon yang keras. Rintihan kesakitan terdengar jelas dari bibir mungil itu. Namun Sakura tidak menyerah begitu saja. Ia terus berusaha mencari kelemahan dari kedua orang ini walaupun terlihat amat sangat sulit.
Pertarungan sengit itu berlangsung sangat lama. Bahkan Sakura merasa cakranya kini sudah mulai habis tapi kedua orang itu masih belum mengeluarkan setengah dari cakranya.
Sakura sudah mengetahui kelemahan shinra tensei itu. Jutsu itu hanya bertahan dengan interval waktu 5 detik. Setelah itu baru bisa menyerangnya namun itupun harus dilakukan dengan cepat karena kalau tidak shinra tensei akan kembali aktif. Biarpun sudah mengetahui kelemahannya, tetap saja menyerang anggota akatsuki itu sangat sulit dilakukannya. Pertama karena dia seorang perempuan, kedua karena dia melawan tanpa teman alias sendirian.
Yang bisa Sakura lakukan hanyalah menghindar dari serangan-serangan dari benda hitam panjang seperti besi yang selalu digunakannya untuk menyerang.
'Sial, cakraku sudah menipis. Bagaimana aku mengalahkannya?' Sakura membatin. Otak cerdasnya berpikir keras tapi tetap tidak membuahkan hasil dikarenakan tubuhnya yang sudah terlalu kelelahan sehingga membuat kerja otaknya juga ikut melemah. Satu-satunya yang lewat di otaknya adalah kekuatan tinjunya yang diajarkan oleh Tsunade-shishou.
Dengan sisa kekuatannya Sakura mengeluarkan tenaga monsternya di dekat pria itu. "SHANAROOOO!" teriaknya. Kali ini, serangan Sakura sedikit mengenai anggota akatsuki itu. Namun sayang, dirinya sekarang benar-benar sudah kehabisan tenaga. Bahkan untuk berdiri pun dia harus berpikir dua kali.
Pain yang berambut orange itu menghampiri tubuh Sakura yang tidak berdaya. Diacungkannya besi hitam pekat yang sedari tadi ditangannya ke arah dada kiri Sakura yang didalamnya terdapat jantung gadis pink itu.
Sakura pun hanya bisa pasrah. Dia mengetahui kecerobohannya dalam menghadapi anggota krimninal S ini. Dalam hati ia mengutuk dirinya berkali –kali dan ia mengingat kata-kata Naruto yang melarangnya untuk pergi.
'Maafkan aku, Naruto,' gumam Sakura dalam hati. Perlahan Sakura memejamkan matanya seperti ia sudah tau bahwa setelah ini ia akan mati. Dan benar saja, pria berwajah datar, dingin nan irit bicara itu melepaskan besi hitam panjangnya tepat menghunus jantung si cantik bersurai pink itu.
'Selamat tinggal,' dan itulah kata terakhir Sakura yang sempat terucap walau dalam hati.
.
.
.
.
TBC
.
.
Gomen semuaaaaa.. tadinya mau dibikin one shoot aja tapi otak udah ga bisa diajak kompromi lagi. Trus masalah ending emang sengaja sedikit saya gantung biar minna penasaran hehe. Disini Sakura juga agak ceroboh waktu ngelawan Pain. Palingan fic ini bakalan jadi twoshoot kalo engga threeshoot. No flame just concrit. For reader reviuw please?
