Adalah sebuah hari yang lumayan lembab ketika Sehun dan Jongin baru saja menyelesaikan jam tambahan mereka sore itu. Keduanya berjalan berdampingan menuju gerbang sekolah dengan keheningan yang kebetulan menyambangi mereka hari ini. Mereka baru akan mencapai gerbang sekolah ketika Jongin mengusir keheningan di antara mereka dengan berhenti tiba-tiba dan mengambil sesuatu dari saku celananya.

Sehun menoleh pada Jongin, belum selesai ia mengucapkan kata "ada apa?" tahu-tahu Jongin sudah meraih satu tangannya dan meletakkan sebuah origami di sana.

Sehun menatap Jongin dengan sorot tanya yang kentara.

"Untukmu. Buka dan baca." Kata Jongin, ringkas. Lantas setelahnya ia berjalan pelan mendahului Sehun yang berdiri kebingungan.

Sehun menatap heran origami biru di tangannya. Bergantian, Sehun menatap punggung Jongin yang pelan-pelan melonggarkan jarak di antara mereka. Bersamaan dengan itu, Sehun merasakan angin menyentuh kulit pipinya bersama sedikit sisa tempias hujan yang terbawa.

Sehun mengeratkan hoodie-nya, juga mengenakan tudungnya saat dirasa sepertinya telinganya memerah karena dingin dan lembab. Lalu Sehun membuka origami itu hingga menjadi kertas yang penuh bekas lipatan tak teratur. Di antara bekas lipatan itu, ada sederet kalimat dengan abjad yang Sehun tahu benar merupakan tulisan tangan Jongin.

Sehun membacanya perlahan, memahami setiap kata yang bukan merupakan bahasa pertamanya.

Dan Sehun terdiam ketika mencapai kata terakhir.

Okay, Sehun admit that he is quiet mesmerized. Sedikit banyak terkesan atas apa yang telah dibacanya dan menimbulkan pemahaman untuknya sendiri bahwa Kim Jongin ternyata―hahaha―menggelikan.

Namun Sehun menyukainya.

Sehun kembali membaca deretan kalimat itu sekali lagi dan terkekeh seraya menatap punggung Jongin yang kian mengecil di depannya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Sehun berlari mengejarnya, tidak lupa memasukkan kertas pemberian Jongin secara asal di saku celananya.

Sehun mengalungkan lengannya dengan cukup keras pada leher Jongin begitu berhasil menyamai langkah pemuda tersebut. Ia tersenyum lebar menghadap Jongin yang menatapnya dengan dahi berkerut―namun, dengan senyum yang sama lebarnya.

Sedetik kemudian keduanya meledakkan tawa yang mungkin akan terus berulang untuk nanti, lalu hari selanjutnya, lalu hari setelah hari selanjutnya, dan juga selamanya.

Sehun maupun Jongin merasa bahwa, sore hari ketika hujan baru saja berhenti dan meninggalkan jejak air serta tempiasnya, juga kehangatan sinar matahari yang samar terasa, pula gurat jingga dan oranye yang menyebar memayungi mereka hari ini, tak pernah terasa semenyenangkan seperti sebelum-sebelumnya.

Dan juga Sehun berjanji akan menyimpan kertas origami Jongin dengan baik serta tidak akan membuat lipatannya bertambah dan membuat tulisan Jongin makin tidak terbaca.

.

.

.

"I thought love was just mirage of the mind, it's an illusion, it's fake, impossible to find. But the day I met you, I began to see, that love is real, and exist in me." - Chris Farmer

fin.