Hana Hime
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
Story (Hana Hime) by Aoi YU Hara
Original Idea by Aoi YU Hara
Genre : Romance and Fantasy
Warning : OOCness, Sakura-centric, prolog ; setting loncat-loncat, etc
_Prolog_
Malam hari yang sunyi bahkan suara hewan pun tak terdengar seperti malam-malam biasanya. Bulan yang bertengger di langit pun, cahayanya tampak pudar. Tidak terlalu berbeda dengan Kediaman Hyuuga atau bisa disebut Istana Hyuuga di daerah tersebut. Istana yang biasanya ramai itu kini terlihat sangat sepi, beberapa penjaga yang biasanya ada di pintu gerbang pun kini tak ada. Hanya satu dua penjaga yang terlihat berkeliling.
Di kegelapan malam ini, sesosok bayangan hitam terlihat mengendap-endap, sosok itu terlihat berlari kecil ke arah istana. Meloloskan diri dengan apik dari salah satu penjaga yang lewat. Kemudian meloncati gerbang yang tidak terlalu tinggi. Dengan penuh kewaspadaan sosok itu berjalan ke salah satu pohon. Sosok yang kita awalnya sendirian itu ternyata menggendong bayi yang berkisar berumur satu tahun. Bayi nan mungil itu diletakkannya di bawah pohon sakura, menyelimutinya dengan kain berwarna merah muda dengan corak bunga sakura.
"Maaf," ucap sosok itu sebelum ia meninggalkan Kediaman Hyuuga.
Tak berselang lama, beberapa orang yang salah satunya adalah pemimpin Hyuuga yaitu Hyuuga Hiashi tampak sedang berjalan-jalan dan tak butuh waktu lama hingga dia sampai di pohon sakura dan menemukan bayi itu.
Tanggal 28 Maret tahun dimana bunga sakura tumbuh dengan lebatnya, Sang Raja, Hiashi menemukan bayi di bawah pohon sakura yang tersiram cahaya bulan dengan cantiknya. Dengan kebaikan hatinya, Hiashi merawat bayi itu hingga dewasa.
Hingga kini gadis yang ditemukan oleh Hiashi telah menjadi sosok gadis yang cantik dan pintar juga kuat. Menjadi salah satu pengawal pribadi sang putri, Hyuuga Hinata bersama dua orang lain yang bernasib hampir sama dengannya.
Tak lupa juga dengan nama yang diberikan oleh Hiashi kepadanya yaitu Haruno Sakura. Sangat cocok, bukan untuk gadis manis berambut merah muda itu?
.
=0o0=
.
Bertahun-tahun telah berlalu hingga Sakura kini berumur 17 tahun, menjalani perannya sebagai pengawal pribadi Sang Putri, mengawal Sang Putri jika sedang keluar istana dan tentu mengawalnya juga saat di istana. Kebersamaan mereka dari sejak kecil membuat mereka menjadi sangat dekat, lebih seperti saudara. Bersama 2 pemuda lain, mereka menjadi teman dekat, dua pemuda lain yang nasibnya hampir sama dengannya pun, membuat Sakura dan kedua yang lain saling membantu dan melengkapi.
Seperti halnya pada misi kali ini, mengawal Hinata ke rumah sahabatnya yang juga salah satu petinggi di daerahnya. Setelah satu minggu kunjungannya di kediaman sahabatnya, Shimura Sai, Hinata akan kembali hari berikutnya.
Malam terakhir di kediaman Shimura, dimanfaatkan Sakura untuk berlatih keahliannya bermain pedang yang menurutnya masih payah, nyatanya tidak. Sakura adalah salah satu prajurit wanita terbaik di Istana Hyuuga. Namun, sifat Sakura yang tidak pernah merasa puas akan dirinya membuatnya berlatih dan terus berlatih.
Di tempat latihan yang ada di Kediaman Shimura, Sakura melatih keahliannya. Mengulang jurus pedangnya beberapa kali, menghunus pedangnya ke depan seakan-akan ada musuh di hadapannya. Gerakannya yang dibuatnya sangat cantik layaknya seorang pemain utama di sebuah pertunjukan opera.
Peluh yang membanjiri sekujur tubuhnya, tak membuatnya berhenti berlatih. Ia tidak akan pernah merasa lelah jika belum puas. Puas akan hasil latihannya. Diayunkan lagi pedangnya dan memutar tubuhnya ke belakang kemudian diayunkan lagi.
CTRANK! Bunyi pedang beradu meramaikan suasana tempat latihan yang awalnya hanya diisi Sakura saja.
"Sa-su-ke?" ucapnya terbata-bata. Sial! Rutuknya dalam hati. Tubuhnya sudah pada batasnya. "Apa-hosh-yang kau laku-hosh-kan disi-hosh-ni?" Sakura menurunkan pedangnya, menjadikannya sebagai tumpuan tubuhnya.
"Kau berlatih berapa lama?" tanya pemuda bermata onyx itu sambil menatap Sakura dengan intens.
"En-hosh-tahlah." Sakura mengusap keringat yang membanjiri kepalanya dengan tangan lainnya yang bebas. Namun, tangan lain menghentikannya. Tangan milik Sasuke.
Tangan kanan Sasuke menurunkan tangannya, lalu ia merogoh sakunya, mengambil sapu tangan berwarna biru tuanya dan mengusap keringat yang menetes-netes di wajah Sakura. Mengusapnya dengan penuh kehati-hatian. Sakura yang diberlakukan seperti itu menjadi terpaku, menatap ke wajah Sasuke.
Sasuke yang menyadari emerald milik Sakura menatapnya membuatnya menghentikan aksinya, meletakkan sapu tangannya ke tangan Sakura yang bebas pedang. "Lanjutkan sendiri," kata Sasuke dengan wajah datar.
"Eh?" Sakura mengerjap-erjapkan matanya, ia mengangkat tangan kirinya, menatap sapu tangan Sasuke yang kini berada di tangannya. "Te-terimakasih," ujarnya gugup. Kemudian ia menuju ke bangku terdekat, menenggak air minum yang dibawanya tadi yang masih terisi penuh lalu mengusap keringatnya yang masih menetes dengan sapu tangan Sasuke.
Sasuke berjalan ke arahnya dan duduk di sampingnya, tanpa Sakura sadari, Sasuke menatapnya dengan ekspresi yang tak terbaca.
"Sakura," panggilnya.
"Hm?"
"Sekarang tengah malam."
Sakura menurunkan tangannya, menatap wajah Sasuke yang kini sudah menghadap ke depan. "Lalu?"
"Cih! Kau lupa atau bodoh?"
"Hei! Kenapa malah mengataiku? Memangnya kenapa kalau sekarang tengah malam?"
Sasuke memalingkan wajahnya, "Sekarang kan..."
"Sakura?" Sakura mengalihkan perhatiannya dari Sasuke, menatap pintu masuk yang kini sudah berdiri sesosok pemuda berambut merah.
"Gaara!"
Gaara, pemuda berambut merah itu memasuki tempat latihan, menuju sisi bangku yang lain tanpa menatap Sasuke. Jadi sekarang Sakura diapit 2 pemuda-ehem!-tampan.
Keheningan tiba-tiba menyelimuti 3 pengawal pribadi Sang Putri. Sakura merasa tak enak jadinya.
"Eh, tadi apa yang akan kau katakan Sasuke?" tanya Sakura kepada Sasuke yang kini menjadi perhatian Sakura dan Gaara.
"Tidak jadi," jawabnya dingin.
"Dasar!" Sakura beralih menatap Gaara. "Ada apa, Gaara? Ada yang aneh dengan wajahku?"
Semburat merah super tipis muncul di kedua pipi Gaara. "Ti-tidak." Ia memalingkan wajahnya. "Err, Sakura. Ada yang ingin ku katakan."
"Apa?"
"Kau ingat kalau kau—"
"Selamat ulang tahun."
"—berulang tahun."
Dan ucapan Sasuke yang memotong perkataan Gaara sukses membuat dua pemuda ini saling menatap tajam.
"Eh, apa?"
"Tidak," ucap 2 pemuda itu bersama-sama. Sakura mengangkat alis bingung tapi sedetik kemudian wajahnya berbinar.
"Oh ya! Hari ini aku berulang tahun, ayo ucapkan selamat padaku!"
Gaara dan Sasuke memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan ketika tangan mereka berdua diapit oleh Sakura.
"Hei, ayolah. Kalian jahat sekali tidak mau mengucapkan selamat pada sahabat kalian ini," rajuk Sakura.
Gaara dan Sasuke mendengus, mereka berdua menolehkan wajahnya, menatap Sakura yang sudah berseri-seri. Kekanakkan! Ucap Sasuke dalam hati. Manis. Kata Gaara dengan senyum super tipisnya.
"Selamat/Selamat ulang tahun," ucap 2 anak manusia itu berbarengan lagi. Mereka berdua saling mendelik lagi.
"Wah hebat, kalian berdua yang mengatakannya pertama kali. Terimakasih, teman-teman," ucap Sakura tulus.
Dan tanggal 28 Maret yang dijadikan Sakura sebagai hari ulang tahunnya diakhiri dengan senyum tulus di kedua sahabatnya. Sahabat yang bernasib hampir sama dengannya. Melewati hari yang sulit bersama mereka. Saling melengkapi. Itulah yang terjadi di antara mereka. Namun, tentu ada kalanya kisah persahabatan diganggu oleh kisah hati mereka. Jadi, bagaimana dengan kisah hati Sasuke dan Gaara?
.
=0o0=
.
Di lain tempat, beratus-ratus mil jauhnya dari Kediaman Shimura, sebuah rumah yang berada di tengah-tengah hutan tampak gelap. Hanya cahaya lilin kecil yang menerangi salah satu ruangan di rumah itu.
"Sudah 16 tahun berlalu, takdirnya semakin dekat," ucap sesosok bayangan yang terlihat sedang menatap bulan dari jendela rumah itu.
Sosok lainnya yang duduk tak jauh darinya tampak sedang menyesap ocha. Setelah meletakkan cangkirnya, ia menatap sosok di dekat jendela. "Kau harus segera mengambilnya kembali sebelum ditemukan mereka," kata sosok itu dingin.
Sosok di dekat jendela tersenyum tipis, terlihat sebelah mata kirinya terdapat bekas luka. "Aku tau meskipun sebenarnya aku tidak ingin hari ini datang dengan cepat tapi takdirnya sudah ditentukan sejak dia lahir."
"Jadi, kapan kau akan memulai rencanamu?"
"Tidak lama lagi. Hana Hime akan segera kembali untuk menjalani takdirnya." Mata kiri milik sosok di dekat jendela tampak terbuka, menampakkan mata semerah darah dengan simbol aneh.
"Butuh bantuan?"
"Tidak. Akan aku ambil sendiri apa yang telah ku titipkan pada istana itu," katanya dengan sorot mata tajam, memandang lurus ke arah bulan di langit dengan kedua matanya yang berbeda warna.
"Semoga berhasil—"
.
.
.
"—Kakashi."
.
=0o0=
.
TBC
A/N :
Aoi : My first FanFic in FFN! Yeay! Masih pendek? Kan prolog, nanti di chapter-chapter berikutnya akan tampak apa peran masing-masing. Nanti juga ada beberapa casting baru. Em aku lemparkan mic ke tokoh utama, silakan bicara, Sakura-san.
Sakura : Ehem! Sebagai tokoh utama yang statusnya masih nggak jelas (lirik Aoi) dan alur yang benar-benar, entahlah Aoi niat buat nggak. Udah deh cepetan lanjut ke chapter berikutnya.
Sasuke : Aoi-san, ceritanya disini aku rebutan Sakura sama Gaara? Astaga! Nggak mungkin! (diragukan yang bicara Sasuke, sejak kapan Uchiha bicara 'Astaga' dan 'Nggak mungkin'? #geplaked)
Gaara : Iya, aku juga ingin menanyakan hal yang sama dengan Sasuke.
Aoi : E-etto, itu akan terjawab di chapter depan, jadi mohon bersabar dan untuk chapter berikutnya akan rilis sesuai keinginan Author dan keinginan Reader untuk me-review. Selain itu harap review-nya jangan bikin sakit hati, yaa, Aoi kan masih new di FFN XDD
Kakashi : Siapa aku? Dimana aku? Kenapa aku begitu? (Kakashi terkena syndrom sinetrones #AuthorDitendangFCKakashi)
Aoi : (Mengabaikan yang diatas) Jadi...
Sakura, Sasuke and Gaara : Mind to review?
.
.
Sign,
Aoi
