"BEDEVIL"
Disclaimer : This all Story is MINE.
Summary : Jatuh cinta memang tak selamanya berjalan mulus. Seorang Kim Kibum malah ingin menjadikan orang yang di sukainya membenci dirinya. / boyslove. Yaoi. / Kim Kibum X Cho Kyuhyun.
Warning : Jangan marah karena Fi bawa ff baru lagi xD. Typos.
.
.
.
.
.
Tak merasakan didikan dan kasih sayang seorang Ayah sedari umur enam tahun, Kim Kibum kini tumbuh sebagai remaja yang angkuh dan sangat nakal. Entah di sekolah manapun ia tinggal, semua guru telah banyak ia taklukan. Kenakalannya bertambah sangat menjadi-jadi saat para guru yang memperlakukannya dengan buruk kemudian meminta maaf padanya setelah tahu bahwa ia telah kehilangan Ayahnya sejak kecil. Kelakuannya di sekolah menjadi semakin semena-mena baik kepada gurunya maupun siswa yang lain. Sering membolos, membully teman maupun gurunya, membawa narkoba ke sekolah menjadi kegiatannya sehari-hari. Tak ia pedulikan sama sekali tentang nilai-nilai sekolahnya, bahkan jika ia tak naik kelaspun, ia tak peduli. Eommanya sendiri, sudah menyerah mendidiknya dan ia menyerahkan Kibum untuk sepenuhnya dididik di sekolah dengan setiap bulan mengucurkan dana untuk kepentingan pihak sekolah, sehingga sudah jelas bagian mana sedari awal yang salah.
Kim Heechul, Eommanya sendiri sangat mencintai mendiang suaminya, Kim Hangeng, sehingga sampai kini ia tak pernah menikah sekalipun ia membutuhkan kebutuhan biologisnya sebagaimana manusia, kasihan sekali kisah cinta mereka yang berakhir seperti itu, terlebih untuk Kibum sebagai anaknya. Sebagaimana anak laki-laki pada umumnya, ia masih sangatlah butuh didikan seorang Ayah untuk membimbingnya ke jalan yang benar. Tetapi, Kim Heechul tak pernah memikirkan sampai seperti itu, baginya berperan sebagai sosok Ayah sekaligus Ibu untuk Kibum, sudahlah cukup. Pada kenyataannya tidaklah seperti itu.
.
.
Pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Sekolah sangatlah membosankan bagi seorang Kim Kibum. Semua kegiatan sama seperti kegiatan di hari sebelum-sebelumnya baginya. Berangkat sekolah dan belajar yang artinya harus duduk diam sepanjang hari memerhatikan guru yang mengoceh entah apa. Makanya untuk menghilangkan kebosanannya Kibum sering membully teman-temannya, jika moodnya sedang sangat buruk, kepala sekolahpun menjadi sasaran kejahilannya. Yang ia kejar hanyalah hiburan untuk kebosannya. Padahal di dalam dirinya disamping ia merasa senang dan terhibur, ia merasakan kekosongan teramat besar yang mengisi lubang hatinya. Ia bosan, semua orang sangat mudah ia taklukan hanya karena ia tak memiliki seorang Ayah.
Kibum tak pernah sekalipun memercayai teman. Baginya definisi teman adalah orang yang memenuhi kriteria untuknya mencapai satu tujuan. Jika tujuan itu telah terpenuhi, maka ia tinggalkan begitu saja atau jika ia sedang bosan maka orang itu menjadi sasaran berikutnya. Karena setiap teman yang pernah ia percayai pasti selalu mengincar uangnya atau hanya demi sebuah popularitas. Kibum benci itu. Membenci orang-orang munafik seperti itu, terlebih ia membenci dirinya sendiri. Kenapa ia terlahir seperti ini? Kenapa ia harus kehilangan Ayahnya? Untuk apa sebenarnya ia hidup jika ia menjadi orang yang tak dibutuhkan? Sebuah lubang kehampaan terbentuk tanpa terasa. Ibunya selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga ia jarang berada di rumah. Tak ada yang memasakkan makanan, tak ada yang memerhatikannya disaat ia bangun tidur sampai tidur kembali. Yang ada hanyalah para maid yang di gaji bukan untuk menjadi orangtuanya. Lalu untuk apa sebuah rumah besar jika Kibum merasa ia sendiri lagi? Kesepian, merasa di buang, adalah bayang-bayangnya setiap ia menginjakkan kakinya di rumahnya sendiri. Maka dari itu, ia selalu mencari perhatian dengan kenakalan-kenakalannya di sekolah.
Daripada ia bosan, lebih baik ia membolos hari ini. Itu adalah pilihan yang tepat. Kibum membelokkan langkahnya menuju pusat kota yang tak jauh dari rumahnya dimana disana, ia bisa menemukan tempat perbelanjaan dan toko-toko kecil lain.
Saat ia melewati toko roti kecil dengan dekorasi minimalis dan terlihat lucu di matanya, Kibum tertarik. Matanya terpaku pada jejeran kue kering dengan toping lucu dan beberapa cake yang terasa sangat menggoda selera. Ia sampai menempelkan mukanya di kaca seperti orang bodoh. Tatapan Kibum jatuh pada cake bertabur berbagai macam buah yang di tata apik dan pinggirnya di beri sentuhan krim berbentuk aneh berwarna sapphire blue, sedangkan keseluruhan cakenya berwarna putih. Bunyi lonceng menjadi penanda bahwa ada pelanggan yang datang. Kibum melihat sekeliling toko yang ternyata penuh oleh pelanggan yang lain. Apakah setiap harinya selalu seperti ini? Bahkan jam delapan saat ini masih terbilang sangat pagi. Kibum berjalan ke arah dimana cake yang menjadi perhatiannya itu di taruh. Ia mengamati lamat-lamat cake itu sehingga tak sadar bahwa ada salah satu pegawai toko yang mendekatinya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Kibum seketika mengalihkan pandangannya dari cake yang menarik minatnya itu ke arah orang yang mengajaknya bicara.
DEG. DEG. Suara detak jantungnya sendiri entah kenapa tiba-tiba terdengar sampai ke telinganya.
"..." tak ada jawaban apapun dari mulut Kibum. Sehingga memancing seulas senyum manis dari pegawai toko itu.
"Anda boleh mencicipi cakenya terlebih dahulu sebelum membelinya. Mari ikuti saya." Kata pegawai toko itu dan menggiring Kibum untuk mengikutinya ke meja bar di depan kasir dan mempersilahkan Kibum untuk duduk. Kibum menurut, entah kenapa ia sangat mudah sekali mengikuti instruksi dari orang itu. Biasanya ia akan menjadi raja dan mengikuti kemauannya sendiri sehingga sering membuat jengkel pegawai-pegawai toko yang lain. Berbeda untuk kali ini.
Satu potong cake yang Kibum lihat tadi kini sudah terhidang di piring kecil di hadapannya. Kibum melihat cakenya lalu beralih menatap pegawai toko yang tadi menarik perhatiannya.
"Bisakah kau mencicipinya untukku? Aku tak suka makanan manis." Kibum menggeser piring berisi cake itu ke hadapan orang itu yang sekali lagi menampilkan senyum manisnya sehingga membuat Kibum kembali terpaku menatap betapa indahnya orang di hadapannya.
"Cho Kyuhyun." Ejanya membaca nametag yang tercantum di baju pegawai itu.
"Baiklah." Orang itu tanpa protes menerima piring yang di berikan Kibum padanya dan memotong cakenya menggunakan garpu kecil lalu di masukkannya ke dalam mulutnya.
"Enak. Cake ini membuat setiap orang yang memakannya merasakan kenangan-kenangan lama yang sangat berharga karena rasanya tak pernah banyak berubah dan selalu enak. Mau coba?" Orang itu menyodorkan garpunya ke hadapan Kibum. Kibum melarikan pandangannya dari wajah manis orang itu ke arah garpu yang di pegangnya. Bukankah jika Kibum menggunakan garpu yang sama, itu artinya adalah ciuman secara tak langsung?
"Oh, aku lupa, akan kuganti garpunya." Buru-buru Kibum menarik tangan yang memegang garpu tadi tanpa mengalihkan tatapannya dari seorang Cho Kyuhyun.
"Akan kucoba. Tidak suka manis bukan berarti tak mau kan?" Kibum merebut garpu kecil itu dan perlahan melepaskan tangannya dari Kyuhyun meski tak rela.
"Enak. Aku memesan satu kalau begitu." Putus Kibum.
"Pesananmu akan segera datang adik kecil. Tunggu sebentar ya." Senyum orang itu dan berlalu ke arah dapur.
"Adik kecil?" Kibum menatap seragam high schoolnya dan mengumpati dirinya sendiri di dalam hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC.
.
.
.
.
Ini hanya Twoshot. Chapter selanjutnya akan di update besok atau besoknya lagi hehe^^
Maaf sekali lagi telah menelantarkan ff sebelum-sebelumnya. Salahkan saja otak Fi yg terlanjur mikir ff2 baru dibanding mubadzir lol
