HEAVY BLUE
Cast: Park Chan Yeol, Byun Baek Hyun Support Cast: Kang HyeBin, Jung SooYeon, Oh SeHun, Kris Wu Genre: SINETRON Length: Chaptered Rating: T
Warning (I): MAINSTREAM, TYPO, SUPER SINET, MPREG
Warning (II): Mual, kejang-kejang, isi perut jadi taruhan
Note: sayangi lambung anda sebelum terlambat!
"Baekhyun…"
Kapan terakhir kali suara itu memanggil namanya? Kapan terakhir kali sosok itu tertangkap retinanya? Kapan terakhir kali rindu itu memenuhi sudut hatinya?Baekhyun… tidak tau seberapa besar rindu itu membuncah dalam dirinya.
Pria itu… Park Chanyeol, kapan terakhir kali mereka bersitatap seperti itu? Dengan senyum sesumringah itu—
"Lama tidak bertemu Baekhyun."
Baekhyun selalu bilang Chanyeol adalah pria paling tampan yang pernah ia temui. Sejak pertemuan pertama mereka sampai detik berpijak kini, bagi Baekhyun semua masih sama seperti itu. Chanyeol tetaplah paling tampan, pria terbaik dalam hidupnya, pria yang paling ia cintai dalam hidupnya.
Degup jantung itu masih sama. Gesekan sol tebal sepatu Chanyeol menghentak detik, seolah berlomba dengan detakan jantungnya yang kian menggema. Baekhyun mematung diam, tubuhnya bereaksi kaku tanpa tau apa yang seharusnya ia lakukan.
"Lihat siapa yang datang bersama denganku kali ini?" Chanyeol menunjukkan raut wajah jenaka sembari berjalan memutar pada sisian mobil. Baekhyun masih diam namun tak mampu menghentikan mata mengikuti pergerakan Chanyeol.
Pintu mobil Chanyeol buka lalu menunduk masuk bersama seseorang dalam gendongan.
"Chanhyun kita…"
Juga… kapan terakhir kali sosok mungil itu ia lihat?
"Papa… Papa…"
Dan menggumankan namanya dalam celotehan.
Baekhyun rindu, terhadap apapun dan tak sadar menghempaskan dirinya akan ingatan masa lalu.
A PURPOSE
Semua bermula dari kemandulan Hyebin dan desakan Kris untuk seseorang bayi dalam silsilah keluarga Chanyeol. Sudah 2 tahun terlewati, semua berpikir karena profesi dan kesibukan yang Hyebin miliki membuatnya urung untuk memiliki anak dalam waktu dekat.
Semua memaklumi sampai Kris pikir semuanya mulai tak masuk akal dan inilah kenyataannya.
Duduk gelisah dalam diam terlihat jelas dari wanita itu. Chanyeol berada di sampingnya, duduk dingin dalam gelisah serupa menatap Kris di depannya.
"Carilah seseorang yang bisa melahirkan anak untukmu, jadikan dia istri kedua."
Itu adalah keputusan final yang Kris ambil. Hyebin tersentak kuat pun dengan Chanyeol yang berubah kaku pada tempatnya. Wanita itu menatap Chanyeol dan memberikan gelengan penuh harap akan penolakan.
"Itu gila, aku tak berpikir untuk menikah lagi!" Chanyeol menggengam jemari Hyebin dan meremasnya lembut. "Aku tak bisa mengkhianati Hyebin."
Kris mendesah dalam putaran mata, "Aku tak ingin memberimu pilihan, Chanyeol. Tapi cobalah berhenti hidup dalam cinta yang kau agungkan itu dan lihatlah realita." Kris menatap Hyebin sesaat sebelum terfokus pada anak sulungnya kembali. "Kau harus mengerti tentang posisimu sekarang. Aku tak bisa membantunya jika kau tak memiliki anak, kau harus memiliki seseorang yang memiliki nama sebagai pewaris kelak."
Sooyeon berdecih dalam hati akan penuturan itu. Kris selalu berbicara pada point, ia tak pernah menghabiskan waktu dalam basa-basi dan selalu berakhir dalam perasaan tak suka lawan bicaranya. Hyebin pun, matanya seolah terbakar menatap Kris dalam diam namun tak ada hal yang bisa ia lakukan untuk itu.
Sooyeon masih pada posisi yang sama, hanya terdiam sama seolah tak berniat hadir dalam pembicaraan itu.
"Cari wanita lain dan nikahi dia atau aku yang akan melakukannya untukmu." Kris bangkit dari duduknya.
"Ibu pengganti!" Hyebin tiba-tiba berseru membuat langkah Kris terhenti seketika. Pria setengah baya itu berbalik badan dengan satu alis pada keningnya. Chanyeol ikut menatap Hyebin, terkejut.
"Chanyeol tak harus menikah dengan wanita lain, kita bisa mencari Ibu pengganti yang bersedia melahirkan anak dari benih Chanyeol." Hyebin menggebu dalam semangat. Senyumnya tertarik lebar sampai bibirnya terasa sobek menggenggam tangan Chanyeol lebih erat.
"Sayang," Chanyeol menegurnya. "Apa kau baru saja memintaku tidur dengan orang asing?" Chanyeol bertanya tak mengerti.
Hyebin menggeleng, "Ini lebih baik daripada kau harus menikah dengan wanita lain bukan?" matanya menatap Chanyeol memelas.
"Lalu membiarkan wanita itu menggali lubang uang untuk menutupi rahasia kalian?" Kris balas menyambut dengan nada serupa.
Hyebin sontak terdiam. Jaman sekarang bermain rahasia adalah pekerjaan sempurna dengan uang berlimpah. Para simpanan melakukan itu untuk menutupi aib pengusaha dengan ancaman akan membongkar apapun yang mereka ketahui.
Tak ada jaminan walau nominal telah ditetapkan, usulan Hyebin itu jelas takkan Kris setujui dengan mudah.
"Bagaimana dengan carrier?" Chanyeol menyelutuk dalam pikirannya.
"Tidak!" Hyebin mencetus dalam penolakan segera. Matanya lebar menatap Chanyeol terkejut dan menggeleng kuat-kuat. "Chanyeol kau pasti sudah gila. Mau ditaruh dimana mukaku? Aku seorang wanita tidak bisa memberimu anak lalu digantikan oleh seorang carrier?" wanita itu menatap Chanyeol tak percaya.
"Dengar," Chanyeol meremas pundak Hyebin, memaksa wanita itu menatapnya kembali. "Aku tak bisa melakukannya dengan wanita lain sayang, hanya kau satu-satunya wanita yang kucintai dan melakukan itu dengan wanita lain aku benar-benar tak bisa." Chanyeol berujar dalam frustasi.
Hyebin ikut mendesah dalam frustasi yang sama. Telapak tangan menangkup wajahnya dan menggeleng dalam gumanan disana.
Sooyeon menatap menantunya itu dalam prihatin namun lagi memilih diam pada tempatnya. Kris hanya melihat sekilas sebelum menaikkan dagu kembali lalu berujar dengan dingin.
"Seorang istri atau carrier, kau harus memilih salah satunya." Kepala keluarga itu beranjak pergi benar tak peduli bagaimana pasangan itu mengerang dalam kebimbangan.
Hyebin menangis dan Chanyeol memeluknya erat disana.
"Kita hanya perlu mencari seorang carrier," Chanyeol berucap lembut dengan usapan menenangkan pada wanita itu. "yang muda, polos yang tak mengerti pola yang sebenarnya. Carrier yang bodoh yang melahirkan anak kita. Lalu setelah dia melahirkan kita akan menendangnya kembali ke jalanan dan membuat semuanya menjadi normal kembali."
…
Carrier yang muda, polos… seseorang yang bodoh yang tak paham bagaimana dunia bermain sebenarnya.
Angel Heaven adalah tujuan Chanyeol. Sebuah yayasan panti asuhan yang didirikan oleh Sooyeon turun temurun dari silsilah keluarga Jung. Yayasan itu tak hanya menampung para yatim dan piatu dan para anak yang memiliki masalah pada perkembangan mental saja namun juga memfasilitasi mereka dalam pendidikan.
Bayi terbuang sampai remaja belasan tahun yang memilih tinggal berada disana. Seorang gadis atau carrier, mereka berada disana. Chanyeol tak memikirkan tempat manapun lagi kecuali Angel Heaven dengan seorang carrier yang ia cari.
Langkahnya tenang menapaki lorong dengan gelak tawa anak-anak. Taman bermain terlihat ramai, canda tawa bersemerbak di udara. Chanyeol bertahan disana, penat beban kepalanya terangkat perlahan hanya untuk pemandangan anak-anak itu menumpuk pasir dalam baskom.
Senyumnya tertarik perlahan dan tak sadar bagaimana bola mata itu tertarik pada sosok yang lain. Seorang anak laki-laki, Chanyeol menebak umurnya belasan… remaja laki-laki dengan senyum secerah matahari—seorang carrier.
Tubuhnya mungil, kulitnya putih bersih dengan rambut hitam berkilau di terpa matahari pagi. Matanya sipit namun cantik, pipinya penuh dengan bibir tipis dan kecil membuatnya terlihat menggemaskan. Dia cantik.
Chanyeol menatapnya lama dengan ketukan hati berbicara tentang apa yang tengah ia cari.
Sebuah bola tiba-tiba meluncur dan berhenti tepat di ujung kaki Chanyeol. Si pemilik bola menuju sosok yang Chanyeol perhatikan dan mengatakan bolanya yang ia tendang terlalu jauh dan takut untuk mengambilnya sendiri.
"Hyung akan mengambilnya untukmu." Ia berbicara menenangkan lalu menuju Chanyeol untuk mendapatkan bolanya kembali. Chanyeol membungkuk dan meraih bola itu dalam genggaman tangan.
"Selamat pagi," sosok itu menyapa. Chanyeol terdiam membiarkan lantunan suara lembut itu menyapa pendengarannya. Mata bulat pria itu menatapnya dalam—mencermati apapun yang ada pada paras si mungil itu. "Paman bolehkah saya mendapatkan bolanya kembali?" ia berbicara seperti anak-anak, ceria sekali.
"Tentu." Chanyeol memberikan bola itu kembali dan di terima tanggap olehnya.
"Terima kasih!" serunya senang. "Semoga hari Paman menyenangkan." Ia berpamitan dan berlari masuk pada taman kembali. Chanyeol memperhatikan lagi, mematung dengan suara-suara menyenangkan itu berdentum di dalam kepalanya.
Mengapa terdengar menyenangkan sekali?
"Chanyeol?" Sooyeon memanggilnya dengan kerutan kening berjalan menghampiri pria itu. Wanita yang menjadi orangtua Chanyeol menatapnya bingung bertanya apa yang dilakukan anaknya itu disana.
"Apa yang kau lakukan disini?" Chanyeol hanya menatap Sooyeon sekilas dan lagi melempar pandangannya pada tempat semula.
"Kau berada disana juga semalam, mengapa masih bertanya?" ketus suara Chanyeol menyahut.
Sooyeon tertegun, sedetik kemudian menegang dalam keterkejutan.
"DIsini bukan tempat untuk tujuanmu Chanyeol."
"Aku sudah menemukannya." Chanyeol memotong. Dagunya menunjuk sosok remaja laki-laki itu dengan dagu dan menatap Sooyeon kembali. "Berapa umurnya?"
Sooyeon mengikuti arah maksud Chanyeol. Pundaknya menegang lebih keras dan menggeleng cepat dalam penolakan.
"Chanyeol dia bukan—"
"Mengapa bukan?" Chanyeol memotong. "Mengapa? Apa dia anak kesayanganmu disini?"
Sooyeon mencolos. Matanya menatap sosok yang sama bersama degup jantung yang bertalu.
"Dia masih anak-anak Chanyeol…" Sooyeon berucap rendah. "Dia masih 17 tahun."
"Dia sudah legal, tentu saja." Chanyeol berujar keras kepala.
"Dia memiliki masalah dalam polah pikirnya, dia memiliki cacat—"
"Wah, itu benar-benar sempurna!" seru Chanyeol memotong ucapan Sooyeon untuk kesekian kalinya. "Kita bisa memanfaatkannya tanpa harus takut ia akan membuka mulut untuk itu."
"Chanyeol!" Sooyeon menyergah. Nafasnya naik turun dengan rahang mengeras menatap Chanyeol tak suka.
Pria berumur 27 tahun itu tersenyum, sedikit banyak merasa terkejut dengan bantahan Sooyeon. Ia menegakkan tubuh lalu menyimpan kedua tangannya pada saku celana.
"Akan kukatakan pada Ayah jika aku sudah menemukannya." Sooyeon tersentak kuat dan menggeleng dalam seruan penolakan lagi. Chanyeol hanya menatapnya dengan senyum miring lalu beranjak pergi.
…
Dan Chanyeol pun sama bukanlah seseorang yang suka berbasa-basi dan mengulur perkataannya sendiri. Ia menemui Kris dan mengatakan ia menginginkan seorang carrier di yayasan milik Sooyeon. Pria itu sedikit terkejut dan berubah sangsi tiba-tiba.
"Dia cacat?"
Chanyeol menggeleng. "Dia terlihat normal, fisiknya sempurna." Ingatannya bermain akan sosok itu. "Dia sempurna yang aku inginkan."
"Kau sudah membicarakannya dengan Ibumu?"
"Ya," angguk Chanyeol. "Hubungan kami tidak pernah baik karena itu kupikir Ayah harus membicarakan ini padanya."
…
Dan itu merupakan mimpi buruk bagi Sooyeon.
Sooyeon berubah urung untuk pulang karena prasangka tentang apa yang Chanyeol katakan sebelumnya. Chanyeol menjadi mudah tertebak dan Sooyeon tau apa yang Chanyeol katakan pada Kris. Itu jelas akan menjadi sulit untuknya.
Satu jam telah berlalu dan nyatanya Sooyeon masih berada di yayasan tanpa berniat untuk kembali. Sekolah yayasan telah selesai dan riuh suara anak-anak terdengar pada gedung asrama. Langkahnya tertarik kesana sedang mata mencari satu sosok paling besar di antara anak rawatnya.
Anak itu berada disana, membantu mengambilkan buku pada rak atas lalu membagikan satu persatu pada adik-adiknya. Beberapa merengek di minta agar dibacakan dan beberapa lagi menariknya keluar dari perpustakaan dan bermain di sudut.
Sooyeon tak mampu menahan diri untuk sebuah senyum dan melambai ketika anak itu tak sengaja melihat padanya.
"Baekhyunie…"
Anak itu bangkit segera dan berlari menghampiri Sooyeon lantas memberikan bungkukan badan dalam sapaan. "Nyonya masih disini?"
"Hm," angguk Sooyeon. "Tidakkah seharusnya Baekhyunie selesai? Ini sudah masuk jam malam." Sooyeon mengetuk jam tangannya.
Anak yang Sooyeon panggil sebagai Baekhyun itu menggeleng, "Aku sudah berjanji pada Hana untuk membacakannya cerita hari ini."
"Ah, seperti itu…" Sooyeon berguman paham.
"Nyonya tidak pulang?" Baekhyun bertanya lagi.
"Ya, sebentar lagi. Kembalilah, bacakan Hana cerita dan segera beristirahat oke?"
Baekhyun mengangguk cepat dan meninggalkan Sooyeon bergabung dengan anak-anak kembali.
Senyum Sooyeon meluntur hilang lalu diikuti dengan debaran tak mengenakan itu menghampiri kembali.
Bagaimanapun… ia takkan membiarkan Chanyeol melakukan ini bukan?
Tidak untuk Baekhyun.
…
Kris nyatanya telah menunggu kepulangan Sooyeon dan tanpa basa-basi menembak wanita itu dalam pertanyaan tentang carrier yang Chanyeol katakan. Sooyeon sudah tak terkejut, ia hanya tak tak memiliki kesiapan apapun untuk membicarakan hal itu.
"Dia masih anak-anak Kris." Sooyeon berujar dengan nada lelah. "Dia bodoh, IQ-nya berada pada batas rata-rata."
"Itu akan bagus untuk membuatnya bungkam." Kris mengatakan hal serupa akan Chanyeol.
Sooyeon menatap suaminya itu dalam colosan hati tak percaya dan lagi memberikan gelengan. "Siapapun, kumohon jangan Baekhyun."
"Mengapa dia tidak?" Kris berjengit satu alis. "Apa karena anak itu terlihat seperti dirimu?"
Sooyeon tersentak. Matanya melebar sempurna dan Kris melihat itu dengan bibir tertarik miring.
"Benar ternyata," Kris mendesah sekali dan berdiri menghadap Sooyeon. Kedua pundak wanita diremasnya pelan dan menatapnya langsung pada mata. "Maka dia akan baik-baik saja sama sepertimu. Kau hidup dengan baik selama ini, Sehun juga. Lalu apa yang harus kau khawatirkan?"
Sooyeon mengkhawatirkan banyak hal. Terlebih ini adalah Chanyeol… sifat semaunya dan menyerahkan Baekhyun yang bahkan tak mampu membedakan mana arah utara dan selatan, bagaimana mungkin Sooyeon melakukannya.
Sooyeon menyayangi Baekhyun dan telah menganggap remaja itu seperti anaknya sendiri. Menyerahkannya pada kandang singa dan dimaanfaatkan atas alasan materi, bagaimana mungkin Sooyeon tega melakukan hal itu.
"Kumohon jangan lakukan ini padaku, Kris." Sooyeon meminta. "Siapapun… asal bukan Baekhyun."
"Hanya sampai dia melahirkan bayi Chanyeol, itu bahkan tak sampai setahun dan semuanya akan baik-baik saja. Apa yang begitu kau khawatirkan, hm?"
Sooyeon menunduk dan menggigit bibirnya.
"Aku akan menjamin semuanya akan baik-baik saja. Setelah dia melahirkan bayi Chanyeol, aku akan menjamin kehidupannya. Dia tak harus tinggal di yayasanmu lagi, aku akan memberinya rumah untuk ia tinggali dan memberikan uang sebanyak yang ia butuhkan. Apa yang harus kau resahkan?"
Orang-orang seperti Kris dan Chanyeol takkan mengerti seperti apa arti kehidupan yang sebenarnya. Mereka buta dalam kata menghargai bahkan untuk mempertahankan satu nyawa bukan masalah walau melenyapkan nyawa yang lain.
Yang mereka butuhkan saat ini adalah bayi untuk yang bisa menguatkan posisi Chanyeol dalam daftar pewaris. Mereka hanya memikirkan bagaimana bayi itu lahir dan takkan menghabiskan waktu untuk Baekhyun dan bagaimana anak itu hidup di masa depan.
"Sayang…" Kris memanggil Sooyeon lembut, sudah lama sekali sejak hari terakhir dan Sooyeon tak mampu menampik desiran darah dalam hatinya. Kris membawa tubuhnya dalam pelukan dan memeluknya erat sembari berbisik,
"Bawa anak itu padaku, kau akan melakukannya bukan?"
Sooyeon mencoba melepaskan pelukan itu namun Kris menahannya lebih kuat disana. "Lakukan, atau Sehun—"
Lalu menindas kelemahan terbesarnya.
Kris bukanlah seseorang yang suka berbasa-basi dan selalu menembak pada tujuan rencananya. Pria itu tidak pernah berubah dan selalu seperti itu.
…
Baekhyun berbalut selimut biru lembut ketika ia datang ke yayasan pertama kali. Tubuhnya panas dan dokter bilang nyawanya bisa saja tak tertolong jika Sooyeon tak membawanya lebih cepat. Bayi Baekhyun sembuh seminggu kemudian dan ia tumbuh dengan sehat setelahnya.
Semua orang di yayasan menyayanginya. Baekhyun baik, dia patuh dan selalu memiliki ribuan kata Ya untuk setiap permintaan juga ajakan. Bahkan ketika anak-anak lain seumuran dengannya memilih untuk keluar dari yayasan, Baekhyun memilih tinggal dan membantu merawat anak-anak yang lain.
Sooyeon menyayanginya. Di waktu sela mereka menghabiskan waktu membicarakan hal-hal yang terjadi di yayasan. Mereka dekat, benar-benar dekat sampai Baekhyun pun mempercayai jika Sooyeon mengatakan A adalah satu-satunya huruf yang tersisa di dunia.
Sooyeon menemui Baekhyun pagi itu. Sooyeon bilang mereka akan pergi ke suatu tempat dan Baekhyun tanpa bantahan memberikan anggukan dan pergi.
Kediaman Chanyeol adalah tujuan. Rumah besar itu terlihat sepi dan Baekhyun menyimpan tanya siapa yang pemilik tempat itu. Di depan pintu seseorang menyambut mereka. Dia seorang pria dan tak asing terlihat.
"Itu Paman yang kemarin…" Baekhyun berbisik dalam hatinya.
"Hai, kita bertemu lagi." Chanyeol tersenyum dengan cara yang Sooyeon benci.
"Selamat pagi…" Baekhyun menyapa sopan. Sooyeon tanpa alasan melihat itu dengan terluka. Perasaannya tercubit sakit dan ingin bertahan disana lebih lama. Wanita itu mendesah pelan dan menarik tangan Baekhyun membuat anak itu menatap padanya.
"Baekhyun sementara waktu kau tinggal disini, oke?" Sooyeon berbicara cepat tak ingin memperdengarkan suaranya yang bergetar. "Mulai hari ini kau… bekerja pada Chanyeol."
Baekhyun menatap Sooyeon bingung, "Bekerja?"
Sooyeon menggangguk, "Ya, bekerja. Hanya…" Sooyeon melirik Chanyeol yang memperhatikan mereka sedari tadi sesaat. "Hanya dengarkan apapun yang Chanyeol katakan."
Baekhyun menatap Sooyeon semakin tak mengerti. Raut kesedihan wanita itu membuatnya bertanya namun tak jadi ia lakukan ketika tangannya ditarik Chanyeol tiba-tiba dan membuat lengannya sakit dicengkram pria itu terlampau kuat.
"Nah, Baekhyun." Chanyeol berucap. "Selamat datang di rumahku."
Cocot: Hai, pertama-tama aku minta maaf karena lagi-lagi buat cerita dengan tema mainstream kayak ini. Aku sebenarnya ragu untuk post ini tapi kepala aku cenat cenut mikir ide yang terus-terusan nongol dan ga dituang dalam tulisan. Ide ff dengan tema simpanan berkarakter dominan submissive I know udah terlalu pasaran dan aku harap kalian bisa dewasa ga langsung men judge aku plagiat (lagi) hanya karena tema super mainstream yang aku pilih ini.
Aku udah mikirin idenya dari pas ngerjain fic Broken Parts sampe hari ini dan rasanya akan sulit bagi aku untuk ngerjain fic chapter yang lain kalo ga kembangin ide ini terlebih dahulu. Ibaratnya kayak kamu deg deg an ke A tapi malah di suruh jadian sama si B, kemana-mana pasti tetep mikirnya ke A terus kan ya "_"
Lalu yang kedua aku mau bilang kalo karakter dominan ga melulu harus dengan sifat kejam, emosian, suka main tangan. Karakter dominan adalah si pemegang control, si pemegang kendali, pemimpin dan ga harus dia itu jahat dan emosian kan. Ibaratnya lagi kaya cewe yang identik dengan sifat lemah lembut toh ada juga cewe yang jahatnya nauzubillah minzalik. Begitu juga dengan karakter submissive yg ga melulu si lemah tertindas, tapi dalam fic ini Baekhyun lagi dan lagi aku buat dengan karakter serupa dan aku ga bisa nahan diri kalo aku emang suka karakter Baekhyun menye-menye yang kayak gitu di fanfic wkwkwkwk ples jiwa mpregku yang makin hari makin ga jelas kadarnya doh -_-
Dan terima kasih udah nyempetin waktu baca ini dan sampe ketemu di chap 2!
