Takdir yang Menyebalkan

Ini fanfict pertama ku
Hehehehe
untuk yang pertama ini aku membuat DRAMIONE, aku suka pairing nya.

Latar: tahun ke-7 sebelum pertempuran melawan Voldemort.

Disclaimer: seandainya HARRY POTTER punya saya, Hermione akan menikah dengan Draco, *ngarep*
tapi ini tetap punya tante J K ROWLING. Saya hanya pinjam karakternya.

summary: takdir yang selalu mempermaikan perasaan mereka, akankah dapat menjadi sesuatu yang pantas untuk di pertahankan? (maaf, summary nya gaje banget)

kata kunci: "DON'T LIKE DON'T READ"
tapi mohon tanggapannya,*tampang polos memohon*

warning: bahaya, tekan back atau anda akan mual dan membanting fanfict gaje saya.

Rated: untuk saat ini rating T, tapi pada chapter berikutnya tidak dapat di pungkiri akan rating M, karena terdapat kata-kata kasar dan makian yang tak pantas. *author di hajar*

ok
selamat membaca.

Chapter 1
.

.
.

HERMIONE POV

aku benci takdir yang
telah mempertemukan ku dengannya, kenapa harus bertemu, kenapa harus berbeda, kenapa enam tahun yang lalu kami harus saling menyapa?

FLASHBACK ON

saat itu aku di Diagon Alley bersama kedua orang tua ku, aku heran kenapa seorang muggle-born seperti ku bisa jadi penyihir. Tapi kedua orang tua ku tampak senang mengetahui putrinya dapat bersekolah di Hogwarts, sekolah terkenal di dunia sihir.

Hari itu aku berkeliling mencari buku yang menarik, tapi tampaknya semua lezat untuk dibaca. Ketika hendak menjangkau buku di rak yang tinggi aku bertemu denganya, rambut pirang platinanya tertata rapi dan wajahnya yang putih, mulus bagai porselen, sungguh suatu maha karya atau sebuah sihir terindah yang pernah kulihat ada padanya. Dia menjulurkan tangannya ke buku yang kupilih dan memberikan buku itu pada ku.

"Siswi kelas satu?" tanyanya ramah.

"I-iya!" entah kenapa aku jadi gugup begini.

"Kita seangkatan, ku harap kita bisa jadi teman baik nantinya!", sahut laki-laki itu, lalu segera pergi, tampaknya ia di tunggu ayahnya di luar toko, mereka tampak mirip dengan rambut pirang platina itu, namun rambut ayahnya lebih panjang.

FLASHBACK OFF

NORMAL POV

Hermione Granger gadis yang terbilang cantik, rambut pirang ke coklatan dan bergelombang. Badannya proposional, kulitnya putih dan mulus. Tidak hanya dari fisik saja yang membuat siswa di Hogwarts tergila-gila padanya, tapi juga karena otaknya yang jenius. Dia terbilang sebagai siswi terpintar di Hogwarts. Tak hanya
itu, ia salah satu dari trio emas Gryffindor, Hermione sahabat dari Harry Potter 'anak yang bertahan hidup' dan Ronald Weasley.

Hermione yang biasa di panggil Mione itu menjabat sebagai ketua murid puteri, sehingga ia jarang sekali dapat berkumpul di asrama
Gryffindor.

Waktu menunjukkan jam 08.00 malam, dengan berat hati ia harus pergi ke menara khusus asrama ketua murid. Ketika akan melewati
lukisan di pintu, ia sudah merasakan aura yang tak enak
dan ternyata firasatnya benar, ia melihat Draco Malfoy sedang bercumbu mesra dengan Pansy
Parkinson di sofa depan perapian.

"Ooh...god!" pekik Hermione tertahan, "potong dua puluh angka dari Slytherin karena Draco Malfoy membawa masuk siswi yang bukan ketua murid atau pun
prefek ke asrama ketua murid, dan potong masing-masing sepuluh angka
karena melakukan hal memalukan di sini!" kata Hermione
jengkel.

Draco Malfoy, ketua murid putera berambut pirang platina, berkulit putih, bermata abu-abu cerah itu terkejut dan
menoleh ke arah Hermione yang berada di samping sofa yang ia duduki dengan kening berkerut. Mata abu-abunya melihat kilatan kemarahan di mata coklat ketua murid puteri.

"Apa-apaan itu, hah?" ketus Draco.

" Jangan pura-pura tidak bersalah,Malfoy!" hardik Hermione tak kalah ketusnya sambil melipat kedua tangannya di dada.

Sementara sang ketua murid saling melempar makian, Pansy Parkinson berdiri dari samping Draco dan berjalan keluar dengan wajah
pucat pasi. Siswi Slytherin itu tidak berani membentak ketua Hermione seperti biasa.
*ehem! ==" mereka bercumbu hanya berdua-duaan dan pelukan di sofa saja,
tidak lebih loh!*

"Sekarang bisakah beri penjelasan, Malfoy?" tanya Hermione dengan nada sopan tapi memberi penekanan pada setiap kata-katanya.

"Kau mau penjelasan apa dari ku, Granger?" ketus Draco sambil menyeringai.

"Semuanya!", kata Hermione tak mau kalah.

"Kau cemburu pada ku?"

"Jangan harap,Malfoy!"

"Lalu kenapa kau kesal, hah?"

"Berhenti membela diri, Malfoy!" geram Hermione, "apa
kau mau aku memberimu detensi
atas semua itu?"

"Suka-suka aku mau melakukan apa!" sahut Draco dengan santai dan bangkit dari sofanya lalu berjalan menuju
kamar.

"MALFOY!" bentak Hermione yang sangat
kesal dengan sikap Draco yang cuek dan sok berkuasa, " kau
benar-benar menyebal kan!".

Draco Malfoy hanya menyeringai seperti
biasa dan segera menutup pintu kamarnya dengan kasar.

'Sungguh suatu kesalahan aku mengenalnya' gerutu Hermione dalam hati.

Entah takdir baik atau buruk yang telah mendatanginya dan
mempertemukannya dengan Draco Malfoy. Jika di tanya pada para siswi di Hogwarts, mereka pasti akan berteriak histeris dan berkata,
"Kau keberuntungan bagi ku...!" bisa di bayangkan.

Terkadang ia juga berfikir begitu, Draco Malfoy, sosok iblis berwujud malaikat, dia memang pantas menjadi Prince of Slytherin. Otaknya cerdas, tampan, dan kaya raya. Wanita mana yang tidak
terpikat olehnya, sang pewaris tunggal kekayaan Malfoy yang tidak akan habis untuk tujuh turunan. Tapi sifatnya benar-benar menyebalkan! Belakangan ia juga seperti berkepribadian ganda. Sifatnya dapat berubah-ubah kapan saja. Terkadang kekanak-kanakan dan suka sekali mengejek Hermione dengan sebutan yang sangat
kasar bagi Hermione. 'Mud-Blood' kata yang sangat di benci olehnya, tapi selalu melekat di bibir tipis Draco. Lalu ia juga bisa bersikap sangat
pendiam dan dingin, atau tampak sangat manja dan 'menggemaskan(?)'.

Senin pagi, pukul 07.00.

"Gawat, aku bisa terlambat ke kelas transfigurasi nih!" kata Hermione yang bergegas keluar dari
asramanya, berlari menuju kelas Minerva
Mcgonagall.

"Hey, Mione!" sahut Harry dari ujung koridor dan di ikuti oleh Ronald weasley.

"Oh, pagi Harry, Ron!", sahut Hermione tersengal-sengal karena berlari tanpa henti.

"Tenanglah Mione, kau pasti takut terlambat kan!", kata Ron mengernyit.

"Ya, aku memang takut terlambat Ron, ini sudah lewat dari jam 7." kata Hermione kesal.

"Tenanglah, belum terlambat!" kata Harry menenangkan lalu mereka berjalan menuju kelas transfigurasi. Di Hogwart, tak ada seorang pun yang tidak mengenal mereka, trio emas berbakat dari Gryffindor.

"Hahahaha", seperti biasa, Draco Malfoy si ketua murid putera tertawa melecehkan sambil menatap Hermione yang tengah berjalan ke bangkunya, saat itu prof. Mcgonagall belum datang hingga
mereka masih menunggu dengan
melakukan kesibukan masing-masing. Hermione hanya memutar bola matanya dan mendengus jengkel
ke arah Draco, ' mimpi buruk di pagi hari' itulah yang ada di otaknya. Baginya Melihat tingkah Draco Malfoy adalah suatu mimpi buruk yang harus di hapus dari ingatan, kebencian sudah terlalu mendarah daging dan tak dapat di pungkiri, ingin sekali ia memberi mantra kutukan bertubi-tubi ke arah malfoy laknat itu, menutup rapat mulutnya hingga tidak dapat mengeluarkan kata apa pun yang pastinya akan membuat telinga
Hermione merah saking kesalnya.

DRACO POV

Pagi ini Slytherin sekelas dengan Gryffindor dan itu artinya aku harus bertemu dengan mud-blood sok tahu segalanya itu. Melihatnya berjalan dengan bahagia dan di apit oleh Potter
dan si miskin Weasley benar-benar membuatku semakin
jengkel, bukannya aku cemburu tapi aku hanya tidak suka melihat senyum di bibir mereka, senyum
tanpa beban.

Agrr. . . Walau terus ku pungkiri tapi aku memang iri dan bertanya-tanya, kenapa Harry yg tidak punya orang tua dapat menyunggingkan senyum bahagia seperti itu, lalu Ronald
Weasley, anak dari keluarga Weasley yang miskin, aku herankenapa ia dapat di terima di Hogwarts.
Kemudian Hermione Granger, gadis mudblood yang seharusnya tak berada di sini.

Tapi dia di sukai dan di kelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dan yang ku benci adalah sifatnya yangg sok tahu itu. Apa pantas, aku seorang Malfoy
iri pada mereka? Jika orang-orang mendengarnya mereka akan menertawakan ku. Tapi ku akui itu benar, aku butuh kasih sayang bukan hanya dari ibu tapi juga dari ayah dan teman-temanku dan kasih sayang yang ku butuhkan adalah kasih sayang yang tulus. Kini aku menertawakan diri ku
sendiri, takdir ini begitu menyebalkan tapi ku pastikan aku
tidak akan meminta kasih sayang itu karena aku adalah Malfoy.

NORMAL POV

semua mata pelajaran telah di selesaikan, matahari telah bersembunyi dan di gantikan sang bulan, seluruh murid Hogwarts kini berada di aula besar untuk menyantap makan malam, tapi tidak semuanya. jika di
perhatikan dengan baik kita tidak akan menemukan ketua murid putera dan tidak ada yang tau dimana ia sekarang.

"Hai, Mione!", sapa Ginny ramah sambil menepuk pundak Hermione dari belakang dan membuatnya hampir tersedak oleh jus labu
yang di minumnya.

"Oh, Ginny...kau mengagetkan ku!" sahut Hermione seraya menatap Ginny si bungsu Weasley
yang duduk di sampingnya.

"Kalian tau apa yang ku dengar tadi?" katanya dengan nada
misterius berharap teman-temannya akan penasaran.

"Memang apa yang kau dengar Gin?" tanya Ron cuek sambil terus menyantap kalkun panggangnya.

"Ku dengar, sejak tadi Draco Malfoy menghilang, tidak ada yang tau dimana dia sekarang" jawab Ginny antusias, tapi hanya di respon biasa oleh Ron dan Harry.

"Ayolah Gin, itu bukan sesuatu yang penting!" celetuk Hermione.

"Mione benar!" timpal Ron sekenanya karena ia terus memaksa kalkun panggangnya untuk masuk ke mulut.

"Yah..." Ginny menghela nafas, "aku hanya memberi tahu, lagi pula para Slytherin sibuk mencarinya!"

"Ku rasa...dia di culik Nurgle!" sahut Luna Lovegood yang sudah
berada di belakang Ginny.

"Ku harap kau benar Lun!", kata Ron antusias, walau ia tidak tau apa dan siapa itu Nurgle yang pasti jika dia menculik Draco, Ron akan benar-benar bersyukur. Laki-laki berambut merah menyala itu menaruh dendam kusumat pada si bungsu Malfoy.

Sejenak semuanya hening namun detik kemudian mereka terkikik geli.

~JAM 8 MALAM~

"Aku ke perpustakaan dulu ya!" kata Hermione seraya berdiri dengan membawa sebuah buku tebal yang bisa ditebak bukanlah sebuah bacaan ringan.

"Seperti biasa Mione, berkencan dengan para buku?" ejek Ron, yang di ejek mendengus kesal dan segera melangkahkan kaki dengan perasaan bahagia ke tempat yang disukainya, perpustakaan Hogwarts!

"Malam miss. Granger!", sapa mrs. Pince si petugas perpustakaan.

"Malam", sahut Hermione ramah. Kini dia berjalan menuju rak buku yang tingginya hampir mencapai langit-langit. Ia meletakkan buku yang dibawanya tadi lalu mencari buku yang baru.

"Sial!" umpat seseorang dari balik
rak, dengan rasa penasaran yang besar, Hermione mencoba mencari tahu siapa dan apa yang terjadi di balik sana. Seketika Hermione mengernyitkan dahinya.

"Malfoy?", desisnya.

"Granger?" sahut Draco yang tidak kalah kagetnya.

"Huh, kau menguntit ku, hah?" kerutan dikening Hermione semakin bertambah.

"Jangan mimpi!" ketusnya lalu
membuang muka dari hadapan si pangeran Slytherin.

"Dasar mud-blood!" desis Draco lalu menutup buku yang tengah ia baca lalu pergi begitu saja.

Telinga Hermione terasa panas mendengar ucapan laknat si ketua murid putera, namun kali ini
ia sedang tidak ingin berdebat hingga ia tidak membalas hinaan itu.

Waktu sudah menunjukan jam 10 malam, tidak seharusnya ada siswa yang berkeliaran di lorong kastil, kecuali ketua murid puteri dan putera yang sedang patroli. Sepanjang perjalanan, mereka di hiasi dengan keheningan hanya suara langkah kaki menjadi musik
di malam yang sunyi.

"Aku ngantuk!" keluh Draco santai.

"Aku juga!" ketus Hermione.

"Huh, sudahlah!" Draco berhenti dan di ikuti Hermione.

"Kenapa lagi?" tanya Hermione kesal.

"Aku mau balik ke asrama, aku mengantuk dan tidak tahan berlama-lama bersamamu!" keluh Draco panjang lebar.

"Kau kira aku betah berlama-lama bersamamu, hah?" timpal Hermione kesal lalu berjalan kembali ke asrama ketua murid di menara tertinggi Hogwart, di ikuti Draco yang tengah menyeringai.

Sesampai di asrama, Draco segera menghempaskan tubuhnya ke sofa paling besar dan empuk diruang rekreasi.

"Kau bilang kau mengantuk, Malfoy?" kata Hermione dengan penekatan pada kata terakhirnya.

"Suka-suka aku!" ketus Draco. Hermione memutar bola matanya, dia benar-benar tidak tau lagi
harus bicara apa pada laki-laki itu.

"Ya sudah, terserah!" kata Hermione putus asa lalu memalingkan wajahnya dari Draco dengan jengkel.

Saat hendak pergi ke kamar, Draco menahan tangannya lalu menariknya mendekat ke sofa yang ia duduki.

"A-apa yang-?" kata-kata Hermione terputus saat melihat Draco dengan mata sayu memaksanya duduk lalu menatapnya lekat.

"Ng...aku belum ngantuk!" bisiknya manja. Hermione terasa tersedak mendengar Draco berkata dengan nada seperti itu.

"La-lalu kau mau apa, hah?" bentak
Hermione yang terdengar gugup namun terus berusaha agar nada suaranya tetap datar.

"Ng...kau juga tidak boleh tidur, bodoh!" kata Draco dengan nada lembut namun kata-katanya tetap terdengar kasar di telinga Hermione.

HERMIONE POV

Aku terus merutuki semua ini, dia benar-benar membuat ku gugub, jika berlama-lama lagi dia akan tau kalau sekarang aku sangat gugub. Ada apa dengannya, matanya sayu dan terlihat...manja?, demi kaus kaki Merlin, aku lebih suka melihat seringaiannya dari pada melihatnya seperti ini.

NORMAL POV

"Aku sudah ngantuk!" ketus Hermione lalu bangkit dari sofa.

"Disini saja!" kata Draco (baca: perintah)

"Aku tidak mau berlama-lama bersamamu!" bentak Hermione kesal. Draco menarik tangan Hermione untuk kembali duduk dengannya, tapi Hermione sudah
terlanjur jengkel mengeluarkan tongkat sihirnya lalu
mengacungkannya pada Draco.

"Lepaskan aku, Malfoy" bentak Hermione.

"Hei...turunkan tongkatmu itu!" bujuk Draco lembut, tapi percuma Hermione tidak akan menurunkannya sebelum ia dilepaskan.

DRACO POV

Aku tidak peduli lagi betapa konyolnya aku malam ini, tak apalah hanya malam ini. Aku sudah tidak tahan melihatnya, mungkin saja dengan ku perlakukan seperti ini ia tidak akan mau lagi mendekati ku, aku muak dengannya. Aku tak habis pikir, kenapa 'darah lumpur' sepertinya dapat menjadi ketua murid puteri, dia tidak pantas kan?

"MALFOY!" bentak Hermione lalu melepaskan diri dari ku dan langsung ke kamarnya.

Cih, liat saja nanti, akan ku kerjai kau habis-habisan mud-blood!

~ Bersambung ~

Wawawawwa

Bersambung ke chapter selanjutnya… itu pun jika reader mau lanjutannya, jadi mohon mohon mohon ripiu nya ya minna… m(_ _)m

Salam,

Ritsu ayumu ^^