Author: aurorarosena
Cast: GOT7, BTS, etc.
Pairing: MarkBam; Slight Cast: Taekook, JunHwan, Meanie Couple, JackGyeom
Rate: T - M
Genre: school-life, romance, friendship.
Disclaimer: casts aren't mine, storyline/plot is mine.
Warning: typo(s), indonesian, bahasa amburadul/?, etc.
Please leave this story quickly if you don't like the casts, pairing, and author :)
.
.
.
.
This is the first day of my life
Swear I was born right in the doorway
I went out in the rain suddenly everything changed
They're spreading blankets on the beach
Author POV -
Bambam menggigit bibir bawahnya hingga nyaris menghancurkan lipstick tipis yang sudah terpoles rapi di bibir berwarna peach nya. Dia masih seperti bermimpi, hanya saja tidak percaya bahwa hari ini akan benar-benar terjadi kepadanya.
Setahun yang lalu Bambam adalah seorang bocah berumur enam belas tahun yang baru saja melepas seragam SMP dan menggantinya dengan seragam SMA, saat itu juga dia jatuh cinta dengan Mark di waktu yang nyaris bersamaan, setelah itu mereka menjalin hubungan asmara yang mungkin bisa dibilang tidaklah mudah untunk mereka. Beberapa bulan yang lalu, di hari ulang tahunnya yang ketujuh belas, Bambam mendapatkan sebuah hadiah terindah di dalam hidupnya; ketika sang kekasih Mark melamar untuk kedua kalinya. Benar, umurnya masih tujuh belas, masih sangat muda, tapi Mark benar-benar ingin membuat Bambam seutuhnya menjadi miliknya, dan kiranya Mark berhasil mewujudkan keinginan itu.
Ujian kenaikan kelas sudah mereka tempuh, dan tentu saja mereka berhasil melampauinya. Kini Bambam bukanlah lagi seorang hoobae yang bisa seenaknya diinjak-injak, Bambam sudah kelas sebelas, itu artinya Bambam sudah punya hoobae lain yang mungkin bisa Bambam injak-injak juga seperti yang Mark lakukan terhadapnya setahun yang lalu. Tapi tidak, Bambam hanya tidak suka melakukannya.
Dan hari ini... hari di mana ia akan resmi menjadi milik Mark seutuhnya, benar-benar terjadi.
Bambam melihat dirinya sendiri di hadapan meja berkaca cermin yang memantulkan bayangan dirinya memakai setelan tuxedo berwarna putih dan dasi kupu-kupu hitam di atas kancing kerahnya. Lampu bulat yang mengelilingi di sekitaran cermin membuat Bambam dapat melihat make-up tipis yang tertera di wajahnya, yang mana membuat dirinya terlihat semakin molek. Ia duduk di depan meja berkaca itu, melihat dirinya sendiri nyaris berkeringat dan bergetar. Berkali-kali Bambam menghembuskan nafas untuk menenangkan jantungnya yang meledak-ledak, tapi itu sulit.
Karena dia masih tujuh belas.
"Kau terlihat sangat tampan." ujar seseorang. Bambam nyaris meloncat dan refleks menoleh ke belakang, ternyata sudah ada Jackson yang berjas dan berdasi dengan snapback berwarna hitam.
Yours is the first face that I saw
I think I was blind before I met you
Now I don't know where I am
I don't know where I've been
But I know where I want to go
"Uh, hey," Bambam berdiri, tersenyum ragu ketika melihat Jackson berada di sana.
"Gugup?"
"Hm." gumam Bambam seraya mengangguk.
"Mark ada di ruang rias pengantin yang lain, dia benar-benar tampan seperti pangeran. Sungguh." kata Jackson seraya terseyum lebar. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana untuk menyembunyikan kegugupan.
"Terima kasih sudah mau datang." ucap Bambam seraya menahan air mata.
"Heey, aku pasti datang, masa aku tidak datang ke acara pernikahan sahabatku sendiri." Jackson merapikan rambut Bambam di dekat telinganya.
Mereka saling menatap satu sama lain. Bambam tidak percaya bahwa Jackson akan berada di sana, tersenyum dan turut berbahagia walaupun Bambam tahu hatinya mungkin masih tersakiti. Bambam sudah tidak sanggup menahan air mata yang betumpuk di atas kelopaknya, sebisa mungkin ia berusaha untuk tetap tersenyum.
"Ada apa?" tanya Jackson lembut.
"Hyung..."
"Hey," mereka saling berpelukan dan Jackson membiarkan Bambam menangis di dadanya, di jasnya, di pelukannya. Jackson tidak tahu persis apa yang Bambam rasakan saat ini, apakah dia menangis karena bahagia atau justru karena melihat dirinya hadir di pernikahan Bambam. Semakin erat Bambam memeluk Jackson, mungkin karena rasa penyesalan yang mencapai klimaksnya hari ini. "Bambam, kau akan merusak eye-linermu." kata Jackson sambil tertawa, walaupun sebenarnya ia ingin menangis.
"Hyung," suara Bambam bergetar akibat tangisan, "terima kasih sudah mau datang. Terima kasih."
"Aku pasti datang." jawab Jackson, ia mengelus punggung Bambam dengan perlahan.
"Hyung," Bambam melepas pelukannya dan melihat ke arah wajah Jackson dengan seksama, "percaya padaku, kau akan mendapatkan seseorang yang terbaik untukmu, untuk bersanding denganmu, dia akan menjagamu dengan sangat baik. Itu pasti."
"Pasti." Jackson mengangguk dengan yakin. Di balik senyum manisnya, tersimpan sebuah harapan besar yang menyebutkan bahwa ia ingin Yugyeom menjadi takdirnya seperti Bambam menjadi takdir untuk Mark. "Sekarang sudah ya menangisnya? Kau harus terlihat segar di pelaminan nanti."
"Ne hyung."
Jackson menggenggam kedua telapak tangan Bambam dengan penuh sayang. Mungkin hubungan mereka memang hanya sekedar kakak-adik, sunbae-hoobae, atau pertemanan biasa, tapi justru itu yang membuat mereka bisa lebih dekat dengan satu sama lain, tanpa predikat kekasih yang menyatukan merka. "Congratulation, Kunpimook Buwakhul, adikku Bambam. Trust me, everything will be alright."
Perlahan namun penuh dengan keyakinan, Bambam menganggukan kepalanya. Tanpa seizin Bambam, Jackson mengecup lembut dahi Bambam dan membuatnya sedikit tercengang. Namun Bambam percaya bahwa itu adalah sebuah tanda kasih sayang yang mungkin akan Jackson berikan untuk terakhir kalinya.
"Hah, tampan sekali." Jackson mengagumi Bambam tepat di depan wajahnya.
Senyuman Bambam kembali secerah lilin yang menyinari gelapnya suasana. "Hyung, aku gugup."
"Aku tidak tahu apa rasanya menikah, tapi gugup itu pasti. Semua pengantin merasakannya."
"Begitukah?"
"Mark tadi nyaris ngompol karena dia selalu loncat-loncat untuk menghilangkan rasa gugupnya."
Mereka berdua tertawa bersamaan.
"Kupikir dia akan selalu tenang seperti biasanya." jawab Bambam.
"Dia mengucapkan sepuluh kata per detiknya, hari ini dia cerewet sekali." Jackson mencoba untuk menghilangkan kegugupan Bambam, dan rasanya itu berhasil. "Nanti kalau sudah punya anak, biarkan aku dan Yugyeom menggendongnya ya."
"Ne, itu pasti." Bambam tersenyum lebar.
"Hah," Jackson mengela nafas sambil merilekskan bahunya, "tidak kusangka kau akan menikah secepat ini."
"Hyung nanti menyusul, ya?"
Jackson mengangguk, "ne, pasti. Chukkae Bamie, jadilah suami yang baik untuk sahabatku." tangan Jackson merapikan rambut Bambam yang sedikit berkeringat setelah menangis."Ready?"
"Ready."
And so I thought I'd let you know
That these things take forever
I especially am slow
But I realize that I need you
And I wondered if I could come home
Bambam merangkul lengan sang ayah, bahkan mencengkramnya. Sang ayah dapat merasakan betapa bahagia sekaligus gugupnya Bambam, daritadi Bambam hanya menggigit bibir dan mengeluarkan senyuman masam di wajahnya. Di ujung karpet putih yang terhampar panjang di atas rumput segar nan hijau, Bambam dapat melihat seseorang menggunakan setelan tuxedo yang hampir sama, hanya saja berwarna hitam dan rambutnya berkilauan di bawah sinar mentari jam sepuluh pagi. Bambam memilih untuk tidak melihatnya sekarang.
"Sudah siap?" tanya sang ayah.
"Yah... siap."
"Jangan panik ya, ikuti saja langkahku."
"Iya."
Sang ayah dan anaknya berjalan perlahan menuju ke pelaminan yang masih beberapa meter jaraknya, mengikuti dan menyamakan langkah mereka dengan alunan piano klasik yang mengiringi. Gugup, ingin rasanya Bambam menikah dengan Mark tanpa ada sesi itu, dengan semua mata yang tertuju padanya di kedua sisi.
Berbeda dengan Mark yang berdiri di atas pelaminan, menunggu mempelainya untuk datang dan saling mengikat diri satu sama lain. Senyuman di bibirnya tidak pernah terlihat sebelumnya, dan itu menunjukkan bahwa dia adalah orang yang paling bahagia hari ini.
Tidak jauh dari jarak pandang Bambam, ia melihat keempat sahabatnya berada di kedua sisi, duduk berdampingan bersama pasangan mereka masing-masing dan saling melempar senyum. Bambam juga merasa lebih baik ketika Junhoe melambai ke arahnya dan berbisik: fighting. Senang sekali bisa melihat mereka hadir di sana untuk menyaksikan moment terpenting di hidup Bambam.
"Phao," bisik Bambam seraya mereka berjalan.
"Hm?"
"Seingatku, aku meminta suasana berwarna biru untuk temanya, kenapa sekarang jadi hijau?"
"Mark menggantinya menjadi hijau agar lebih cocok dengan suasana outdoor yang segar ini. Lagipula Phao lebih cocok dengan warna ini." jawab ayahnya.
"Kok dia tidak bilang aku, sih?!"
"Seleramu itu kacau, untung suamimu berkelas."
"Kok Phao membela dia?!"
"Ssshh! Kau ini sedang menikah, nanti saja komplainnya."
"Ih." Bambam mem-poutkan bibirnya. Jaraknya dengan Mark kini sudah semakin dekat, hingga akhirnya Bambam harus naik ke altar dan berpindah tangan, dari lengan sang ayah kini menjadi di dalam genggaman tangan Mark.
Mereka saling berhadapan, menatap mata berkilauan mereka satu sama lain. Tak ada yang dapat membuat Mark tersenyum selebar itu kecuali melihat Bambam berada di satu pelaminan dengannya, orang yang dia cintai, Bambam.
"Tampan sekali." bisik Mark, tidak ada jawaban dari Bambam selain senyum malu-malu.
"Saudara-saudara sekalian, di hari yang berbahagia ini kita berkumpul untuk menyaksikan persatuan dari dua insan, dua mempelai, Mark Tuan dan Kunpimook Buwakhul." kata sang pengkothbah. "Mohon satukan tangan kalian, dan ulangi setelah saya."
Mark dan Bambam saling berpegangan tangan, lalu sang pengkothbah mengucapkan satu persatu kalimat yang diikuti oleh Mark untuk pertama kali. "Aku, Mark Tuan, menyatakan kau, Kunpimook Buwakhul, untuk menjadi suamiku. Aku berjanji akan mencintaimu, di dalam susah dan senangku, di dalam sehat dan sakitku. Aku akan mencintaimu hingga akhir hidupku."
"Aku, Kunpimook Buwakhul, menyatakan kau, Mark Tuan, untuk menjadi suamiku. Aku berjanji akan mencintaimu, di dalam susah dan senangku, di dalam sehat dan sakitku. Aku akan mencintaimu hingga akhir hidupku."
Setelah mereka saling mengucapkan janji suci di hadapan semua orang, mereka saling memakaikan cincin di jari manis masing-masing, yang mana adalah sebuah simbol akan pernikahan yang suci dan resmi. Mereka percaya bahwa cincin itu akan mengikat cinta mereka hingga selamanya. Cincin itu berbentuk bulat, tidak memiliki sudut, itu berarti tidak memiliki akhir di sisinya, dengan perumpamaan itu, Bambam berharap kalau cinta mereka akan menjadi hal yang sama; tidak akan ada akhirnya.
"Sekarang kalian boleh mencium satu sama lain."
Sebuah kalimat yang paling ditunggu oleh mereka, terutama oleh Mark. Tanpa menunggu lagi, Mark langsung mencium bibir Bambam dengan lembut dan perlahan di atas pelaminan. Semua orang bersorak, bertepuk tangan, bahagia, menitikan air mata haru, mengucapkan kata-kata harapan yang mungkin akan mendampingi hari-hari mereka nantinya sebagai suami istri (atau mungkin suami-suami).
Pernikahan yang mungkin terlihat tabu atau aneh di mata orang-orang, namun yang satu ini menerima banyak kebahagiaan dan dukungan dari semua orang. Siapa yang kini tidak bahagia melihat Mark dan Bambam akhirnya bersatu secara resmi? Saling memiliki seutuhnya? Tidak perlu banyak kata yang musti diucapkan, sebuah senyuman di wajah mereka pun sudah menjelaskan semuanya berjalan dengan kebahagiaan. Mark dan Bambam, pantas mendapatkan semua kebahagiaan itu.
Remember the time you drove all night
Just to meet me in the morning
And I thought it was strange you said everything changed
You felt as if you'd just woke up
And you said "this is the first day of my life"
I'm glad I didn't die before I met you
But now I don't care I could go anywhere with you
And I'd probably be happy"
.
.
.
.
"Akhirnya mereka menikah juga." kata Jungkook seraya meminum seteguk air dari gelas tinggi.
Di sampingnya, Taehyung duduk seraya memperhatikan Jungkook dengan seksama. "Kau mau menikah juga?" tanya Taehyung.
"Dengan siapa?"
"Dengan hyung lah, masa dengan yang lain." Taehyung meraih tangan Jungkook dan mencium punggung telapaknya lembut. "Mau menikah dengan hyung?"
Blush~~ pipi Jungkook seketika menjadi kemerahan seperti bunga mawar. Cara Taehyung mengucapkan kalimat itu membawanya terbang, seakan-akan hal itu akan terjadi saat itu juga. Jungkook tahu, cinta mereka tidak akan berjalan secepat perjalanan cinta Mark dan Bambam, namun setidaknya Jungkook juga tahu bahwa Taehyung mencintainya lebih dari apapun yang ia tahu.
"Hyung kan harus menyelesaikan kuliah dulu, habis itu bekerja lalu menikah." kata Jungkook.
"SMA masih setahun," Taehyung menggunakan jarinya untuk berhitung, "kuliahnya empat tahun, bekerjanya bertahun-tahun. Nanti kalau Kookie diambil orang lain bagaimana?"
"Hehe, aniyoo, hyung jangan berkata seperti itu. Aku akan menjadi milik hyung hingga Tuhan berkata lain." kata Jungkook, lalu mengkaitkan tangannya di lengan Taehyung.
"Would you still love me the same?" Taehyung bertanya dengan intens, matanya tertuju, membidik ke arah mata Jungkook sedalam mungkin.
Jungkook mengangguk dengan yakin, "iya." katanya dengan pelan. Lalu Taehyung mengecup pipi Jungkook sebagai sebuah simbol yang melukiskan bahwa Taehyung sangat mencintainya. Mungkin di antara kebahagiaan besar Mark dan Bambam, ada kebahagiaan kecil yang terselip di tengah-tengahnya; salah satunya Taehyung dan Jungkook, atau mungkin pasangan-pasangan lain yang berada di sana.
"Hey, kalian tidak ambil makanan? Enak-enak, lho." Junhoe seketika datang membawa sepotong kue di atas piring lalu duduk di antara mereka.
"Kalau ada Jinhwan hyung hanya mengambil sepotong kue, kalau tidak ada Jinhwan hyung pasti dengan pisau-pisaunya sudah dia makan." goda Mingyu.
Jinhwan yang duduk di samping Junhoe hanya dapat melirik kekasihnya dengan tatapan yang sinis, namun berakhir dengan tawaan yang krispi.
"Mingyu, berhenti membocorkan aibku kepada Jinhwan hyung!" protes Junhoe.
"Katanya kau mau diet?" tanya Jinhwan seraya mengelus tengkuk Junhoe dengan lembut.
"Mana bisa diet? Setiap hari melihat wajah hyung yang manis, itu lebih dari sekedar mengkonsumsi gula." balas Junhoe.
"Jadi maksudmu aku penyakit? Aku menyebabkanmu diabetes?"
"Aniyo," Junhoe menelan kuenya, "hyung justru sebuah kesehatan untukku. Melihat hyung itu sebuah kebahagiaan, kebahagiaan itu membuat kita sehat. Jadi hyung adalah kesehatanku."
"Yah, gombal lagi." ujar Yugyeom setelah menyaksikan skenario romantis antara Junhoe dan Jinhwan, semuanya tertawa gemas melihat kelakuan Junhoe yang menjadi raja romantis terhadap kekasihnya, si imut Jinhwan.
"Hello, gentlemen." Mark seketika datang menghampiri mereka di meja bundar yang telah disediakan khusus untuk mereka. "Wonwoo, terima kasih ya sudah datang dari Incheon hanya untuk pernikahanku, aku tahu kau pasti lelah."
"Chukkae, aku tidak tahu kalau kau akan menikah secepat ini." Wonwoo dan Mark saling berjabat tangan dan memberikan kepalan tangan satu sama lain. Semenjak Wonwoo dan Mingyu berpacaran, Wonwoo jadi sering mengunjungi Seoul hanya untuk bertemu dengan Mingyu, namun seiring waktu ia menjadi dekat dengan para top lainnya dari North High School.
"Menyusul ya!" Mark melemparkan wink.
"Hyung, kemana Bambam?" tanya Mingyu.
"Dia sedang menemui keluarganya dari Thailand." jawab Mark.
"Lalu, sudah ada rencana untuk bulan madu?" Jaebum bersuara. "Di mana? Kapan? Apa yang kalian lakukan?"
"Kalau di mana dan kapannya kami belum tahu," Mark berjinjit-jinjit seraya memikirkan jawab yang terbaik, "tapi kalau soal apa yang akan kami lakukan... sudah jelas lah."
Para top tertawa bersamaan mendengar jawaban Mark, sementara para bottom hanya saling melempar tatapan curiga dan pura-pura tidak mengerti apa yang mereka maksud.
"Pelan-pelan saja, di rumah baru kalian juga bisa." kata Taehyung di sela-sela tawanya.
"Eeey, kalau didengar tetangga kan tidak enak."
"Memangnya kau jago main?" tanya Jackson. Setelah seribu tahun tidak berbicara, akhirnya dia dapat berpadu dengan pembicaraan mereka.
"Kau meragukan aku?! It's hard, long and strong down there." Mark menunjuk ke arah bawah.
"Bajingan!" ujar Jaebum seraya tertawa.
Mereka memiliki waktu yang indah hari itu, hingga tak terasa waktu berlalu dengans sangat cepat dan sudah saatnya Mark dan Bambam mengunjungi rumah baru mereka.
Semua orang menaburkan bunga ketika mereka keluar dari pagar taman sebagai sebuah ucapan perpisahan yang menyenangkan. Di hadapan mereka sudah ada mobil-tepatnya mobil Mark, yang disulap menjadi mobil cantik khas pengantin layaknya mobil yang baru mereka beli sebagai hadiah pernikahan. Orang tua Mark sudah menawarkan mereka untuk membeli mobil baru yang lebih bagus, tapi Bambam menolak dan membiarkan mobil sport Mark yang keren menjadi korban dekorasi pernikahan.
"Eh, hyung," Bambam berhenti tiba-tiba. "Tunggu sebentar! Aku mau bertemu dengan teman-temanku dulu."
"Ne."
Buru-buru Bambam berlari ke arah keempat temannya. "Ada apa?" tanya Jungkook.
"Kita bertemu di sekolah, ya!? Pokoknya seperti biasa." kata Bambam, hampir saja ia lupa untuk bernapas.
"Iya, itu pasti. Sudah sana, kasihan suamimu menunggu." jawab Yugyeom.
Bambam memeluk mereka satu persatu. "Oke!"
..
..
MarkBam's house
..
..
"Hyuuung! Kita punya alat penyedot debu!"
"Baguslah, jadi kita tidak perlu repot-repot menyapu."
"Peralatan dapurnya juga lengkap. Ya ampun, aku jadi tidak sabar besok memasak sarapan untuk kita."
"Hey, hey, hey, tenang." Mark mendekap Bambam dari belakang untuk menenangkannya sejenak.
Rumah mereka memang tidak besar, lagipula hanya untuk ditinggali oleh dua orang. Tapi bagi Mark dan Bambam, itu bukanlah masalah, selagi mereka tinggal bersama, rumah mereka pun nyaman untuk sepasang pengantin baru dan muda. Gaya rumahnya terlihat klasik namun tetap modern, perabotan rumahnya yang lengkap namun juga tidak heboh, yang pasti cukup untuk menghidupi mereka.
"Santai. Sekarang taruh barang-barangmu, lalu kita duduk dulu."
Di tangan Bambam ada panci kecil dan sebuah spatula, sudah terlihat sekali bagaimana bersemangatnya Bambam hingga barang yang tidak penting pun menempel di tubuhnya. Ia menaruh panci dan spatula itu di atas counter dapur lalu duduk bersama Mark di sofa ruang tamu yang sudah ditata dengan rapi.
"Beres-beresnya nanti saja."
"Habisnya Bambam gemas, semuanya lengkap. Bambam jadi tidak sabar ingin membangunkan hyung pagi hari esok untuk sarapan."
"Jangan khawatir, kau akan melakukannya setiap hari."
"Tidak kusangka, kita akan serumah, berdua." kata Bambam.
"Lalu? Apa yang akan kau lakukan jika kita sudah serumah? Hanya berdua saja?" Mark menatap Bambam secara seduktif, otaknya itu kini sudah mulai diaktifkan lagi.
"Kita bisa makan bersama, membereskan rumah bersama, masak bersama-"
"Tidur bersama, mandi bersama." Mark menginterupsi. Dari cara bicara dan kata-kata yang Mark ucapkan, Bambam mengetahui persis apa yang sebenarnya suaminya itu inginkan.
"Iya, kita akan melakukan segalanya bersama." Bambam mengangkat kedua alisnya, sebagai sinyal bahwa ia setuju degan apa yang Mark bicarakan.
"Cium aku!" seru Mark. Bukan hal yang aneh lagi untuk Bambam mendengar Mark berbicara seperti itu, nyaris setiap hari Mark mengatakannya. Tanpa mengatakan apapun lagi, Bambam mencium bibir Mark dengan perlahan dan lembut, tapi Mark membuatnya menjadi ciuman yang panas, ciuman yang penuh gairah dan membara-bara.
Bambam menjatuhkan dirinya di atas tubuh Mark dan membiarkan ciuman mereka berlanjut, beberapa telapak tangan Bambam mengelus dada bidang Mark dan menggelitiknya dengan jari-jari lentik itu. Tidak mau kalah, tangan Mark lama-kelamaan turun dari punggung hingga ke bokong montok milik Bambam. Beberapa kali ia remas kedua bulan itu, bahkan memukulnya dengan pelan.
"Aduh, kenapa dipukul?" keluh Bambam di antara ciuman mereka.
"Gemas, hyung tidak tahan."
Bambam sudah tahu apa yang seharusnya dia lakukan; ia membantu Mark melepas tuxedonya, ia membuka kancing kemeja Mark satu persatu hingga menunjukkan dada bidang dan perut yang berlapis chocolate abs miliknya. Dari leher, Bambam mengecup bahkan menghisap hingga meninggalkan bekas di sana; tanda bahwa Mark adalah miliknya. Lama-lama Bambam turun kebagian dada, Bambam dapat mencium aroma parfum Mark yang sexy nan menggoda itu, hingga membuatnya betah untuk memainakn bibirnya di tubuh Mark.
"You like it, chagi?" tanya Mark dengan bangga.
"Uhum." Bambam bergumam seraya mengangguk. Mark puas melihat Bambam yang telaten menggunakan tangan dan bibirnya. Lagi, Bambam tidak akan berhenti hanya sampai di sana; begitu Bambam turun lebih jauh dan bertemu dengan chocolate abs milik Mark, tanpa gentar Bambam menggunakan lidahnya untuk merasakan "chocolate" itu.
"Ahhh... that's right baby..." desah Mark kenikmatan seraya mengelus rambut Bambam dari atas. Perut Mark sudah basah dengans saliva Bambam, namun menurutnya itu belum cukup, bagian lainnya pun harus dibasahi juga.
Drrtt! Drrtt!
"Shit!" Mark langsung menyumpah ketika ponselnya bergetar. Ia mengambil ponsel itu dari atas meja dan melihat siapa yang mengganggu kesenangannya. "Chagi,"
"Hm?"
"Wanna talk to this person?"
"Siapa?"
Mark menyerahkan ponselnya kepada Bambam. Tertera nama Jaebum di sana.
"Kenapa harus aku?"
"Just pick it up!" Mark memaksa.
Bambam menggeser icon berwarna hijau untuk mengangkat panggilannya, sementara Mark menyibukkan dirinya dengan membuka satu persatu pakaian Bambam, "yoboseyo?"
"Yak! Ini Bambam? Kemana suamimu? Dia meninggalkan dompetnya di sini."
"Ah? Begitu ya... kalau begitu... uhmm... hyung..." bisik Bambam.
"Apa dia sedang mandi?"
"Aniyo, dia-aaahhh... hyungghh..." Bambam mendesah tiba-tiba saat lidah Mark menyentuh nipple di dadanya.
"Yak! Yak! Yak! Tunggu! Kalian sedang apa?"
"Ani.. aahh.. kami sedang.. sshhh... Mark hyunggghhh aaahh..."
"Mwoya!? Yak!? Apa kalian sedang melakukannya!? Yak! Ini belum sehari dari pernikahan kalian!"
"Aahh.. hyunggh... simpan saja... ngghh... dompetthhh ngghh..."
"MARK TUAN! YAK! KAU DI SANA?! MARK-"
Bambam lekas menutup sambungannya dan melempar ponsel Mark entah kemana. Otak Bambam seketika membeku saat lidah Mark bermain di sana, menghisap nipple kecokelatannya dengan penuh gairah. Bambam menekan kepala Mark, seakan memintanya untuk terus melakukannya, atau bahkan lebih jauh.
Mark menghentikan aksinya lalu menatap wajah Bambam dengan smirk menggoda namun penuh kejutan. Rasanya semakin bersemangat ketika melihat Bambam menggigit bibir bawahnya seperti mengatakan bahwa ia menikmati hal itu.
"Hihi, you like it, right?"
Bambam mendengus, "...sepertinya iya."
"That look makes me wanna do more than this."
"Hft, untung kita sudah menikah."
Mark terkekeh, "apa yang tadi Jaebum bilang?"
"Dia bilang dompetmu ketinggalan di sana."
"Yang penting kau tidak ketinggalan."
"Oh iya, hyung," Bambam mengalungkan tangannya di leher Mark. Ia mengubah wajahnya menjadi sedikit muram dan ragu, Mark dapat merasakan perubahan yang drastis itu hingga membuatnya bertanya-tanya. "Hyung, aku kan tidak bisa hamil. Kalau kau ingin punya anak, bagaimana?"
"Kita kan sudah bicara tentang ini." Mark mendekap pinggang Bambam. "Kita akan mengadopsi anak."
"Hyung tidak akan mendapat anak dari orang lain kan?"
"Tidak akan. Tidak akan pernah. Kita akan mengadopsi anak. Tunggu hingga aku lulus ujian akhir, setelah itu kita mengadopsi anak, kita akan menjadi keluarga yang bahagia."
Kau tidak tahu apa yang kukhawatirkan.
.
.
.
.
- To be continued -
Question: Kira-kira apa yang Bambam khawatirkan? A) Mertua yang bakal marah karena gak bisa kasih keturunan, B) Mark bakal punya anak dari orang lain. Ya ampyun jadi juga ini sequel :') niatnya gak bakal panjang-panjang sih, NIATNYAAAA, cuma mau nambah konflik dikit sama bikin JackGyeom bahagia HAHAH abis itu mah udah dah ganti cerita/? Bagi yang udah baca FF AS1 kalian DAEBAKKK! Bagi yang baru baca, silahkan atuh di review dulu atau mungkin baca FF AS1 dulu biar tau kenapa Mark sama Bambam nikah:') Sekali lagi, terima kasih atas support kalian yang bikin FF ini jadi bersequel. Coba direview siapa tau sequel ini pantas dilanjutkan atau tidak/? Sip! Wassalamm~~~
