FROM THE DARKEST SIDE
BY SANTHY AGATHA
Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Sehun sekarang selain rasa takut dan kegugupan yang menyesakkan dada
Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah itu, rasa gugup dan takutnya makin memuncak. Ibunya, yang menyetir di sebelahnya tampak tenang dan bahagia, tentu saja, kemewahan ini akan menjadi kehidupan barunya, hal yang diimpi-impikannya sejak dulu. Lagipula ibunya tidak perlu mencemaskan penampilannya, ia selalu terlihat cantik, muda, dan wangi, tidak pernah berubah sampai sekarang.
Ibunya melahirkan Sehun saat berusia sangat muda, 16 tahun. Dan sekarang di usia Sehun yang sudah 20 tahun, selisih usia itu sama sekali tidak kelihatan, mereka terlihat seumuran
Yah, penampilannya sekarang tidak bisa dibilang baik, Sehun menarik napas sambil mengamati dirinya sendiri. Dia tadi berdiri lama di depan lemari pakaiannya mencoba menemukan kemejanya yang terbaik, tetapi ternyata dia tidak punya satu kemeja pun yang baik. Gajinya sebagai staff administrasi biasa di sebuah biro wisata sama sekali tidak memungkinkannya membeli banyak pakaian. Dan ibunya sama sekali tidak bisa -Ri, ibunya melahirkannya karena kesalahan remaja di masa lalu, jadi dia tidak punya ayah yang mengakuinya.
Jin-Ri lalu meninggalkannya begitu saja, menitipkannya kepada kedua orangtuanya, lalu pergi merantau ke luar kota untuk melupakan masa lalu dan melanjutkan sekolah. Sejak saat itu Sehun dan Jin- Ri hanya bertemu saat Jin-Ri pulang liburan ke rumah. Sehun tidak pernah menganggap Jin-Ri sebagai ibunya. Selain karena Jin-Ri tidak mau dipanggil ibu, bagi Sehun orangtua sejatinya adalah kakek dan neneknya yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang sejak ia lahir sampai dia beranjak dewasa.
Lalu setelah dua tahun lalu, kakeknya meninggal dunia, disusul neneknya setahun kemudian. Sehun tetap tidak menggantungkan diri kepada ibunya, toh Jin-Ri juga tidak peduli.
Sehun menghidupi dirinya sendiri dan sama sekali tidak ingin terlibat dalam kehidupan ibunya yang saat itu sudah menjadi aktris ternama.
Sampai suatu ketika Jin-Ri menghubunginya, mengatakan bahwa dia akan menikah dengan salah satu konglomerat paling kaya dan paling ternama. Seorang lelaki yang berusia 4 tahun lebih muda darinya, dan mengundang Sehun untuk turut serta dalam persiapan acara pernikahannya.
"Bagaimanapun juga, meski kau adalah sebuah kesalahan akibat kebodohanku di masa lalu, kau adalah anakku," gumam Jin-Ri dengan logat seksinya. Sambil mengoleskan lipstik pada bibirnya yang indah pada pertemuan makan siang mereka setelah dua tahun lamanya tidak berjumpa.
"Lagipula, aku terlanjur menceritakan tentangmu pada Kris, tidak sengaja tentunya, tapi siapa yang bisa membohongi Kris? Dia tahu segalanya...," Jin-Ri tersenyum menerawang seperti orang dimabuk kepayang, "Dan Kris ingin melihatmu."
Jadi karena calon suaminya yang kaya itu ingin melihatku? Bukan karena dia ingin bersamaku di saat-saat bahagianya? Sehun menyimpulkan dalam hati, dan seberkas rasa nyeri mengalir di dadanya.
Memang dia sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari Jin-Ri, wanita itu terlalu egois untuk memikirkan siapapun selain dirinya sendiri. Tetapi kadangkala ada sedikit rasa di hatinya, yang ingin dicintai sebagai seorang anak.
Dan disinilah dia, datang dengan ibunya, yang begitu cantik dengan gaun sutra keemasan seperti sampanye, rambut tatanan salon, kulit selembut satin dan aroma minyak wangi mahal. Sedangkan dia hanya memakai sweater cokelat jeleknya serta celana skin jeans yang membuatnya seperti kutu buku yang tidak menarik, tanpa riasan.
Calon suami Jin-Ri pasti akan kecewa berat jika mengharapkan aku mengngagumkan seperti Jin-Ri, desah Sehun dalam hati.
Mungkin aku lebih mirip ayah, gumamnya menghibur diri, meski dia juga tidak tahu siapa ayahnya dan bagaimana wajahnya. Jin-Ri tetap menyimpan rahasia itu sampai sekarang seolah itu aib masa lalu yang tidak boleh dibuka. Kakek neneknya juga tidak pernah membicarakannya.
Lagipula, Sehun tidak berani bertanya lagi sejak insiden pada saat dia berumur sepuluh tahun dan mulai bertanya pada neneknya siapa ayahnya. Waktu itu neneknya langsung masuk ke kamar dan menangis, sedang kakeknya hanya mengelus kepalanya dengan wajah muram. Kesedihan yang menggantung setelah insiden itu begitu menyesakkan dada sampai berhari-hari. Dan mulai saat itulah Sehun belajar untuk tidak pernah bertanya lagi.
Rupanya calon suami ibunya ini sangat kaya, jarak pintu gerbang menuju rumah utama lumayan jauh dengan taman dan pepohonan yang indah di kiri kanan jalan. Ketika akhirnya mobil mereka berhenti, Sehun sempat ternganga, melihat rumah marmer putih bergaya ghotic dan renaissance yang megah di depannya.
Jin-Ri rupanya sangat bersemangat karena dia segera melompat keluar dari mobil begitu mobil itu berhenti. Dan mau tak mau Sehun segera mengikutinya.
Sepertinya mereka sudah ditunggu, atau ada kamera pengawas di depan pintu? Sehun mengedarkan pandangannya ke atas dengan curiga. Karena begitu mereka sampai di pintu di bawah kanopi dan pilar marmer yang indah, pintu itu langsung terbuka tanpa diketuk. Seorang pelayan pria setengah baya dengan penampilan yang sangat rapi sudah berdiri di sana.
"Miss Jin-Ri?" tanya pelayan itu dengan muka ekspresi sedatar batu hingga Sehun bertanya-tanya apakah itu ekspresi asli atau hasil latihan bertahun-tahun.
Jin-Ri mengangguk penuh percaya diri. Pelayan itu melihat ke belakang, ke arah Sehun dan mengangkat alisnya, tapi tidak berkata apa-apa. Mungkin dia mengira aku pembantu Jin-Ri, desah Sehun dalam hati.
"Saya Hankyung , kepala pelayan disini. Tuan Kris sudah menunggu di ruang utama, mari saya antar." gumam pelayan itu sopan sambil membalikkan tubuh dan membiarkan Jin-Ri dan Sehun mengikutinya.
Di sepanjang lorong itu Sehun terlalu sibuk terkagum-kagum dengan kemewahan interior dan perabot rumah mewah ini.
Ya, Jin-Ri pasti akan sangat bahagia disini, dia selalu ingin menjadi nyonya rumah yang kaya raya, impiannya sebentar lagi terwujud. Dan sudah pasti Sehun tidak masuk ke dalam daftar impiannya itu. Sehun tahu dia hanya dibutuhkan karena calon suami Jin-Ri yang kaya raya itu ingin mengenalnya. Setelah itu Sehun akan kembali ke kehidupan lamanya, dilupakan oleh ibunya.
Toh dia memang tak ingin terlibat,
Kenapa? Karena meskipun mewah dan mengagumkan, rumah ini terasa dingin dan kaku, begitu menekan jiwa. Berbeda dengan rumah neneknya yang diwariskan padanya, rumah itu kecil tapi hangat dan penuh ketentraman. Seberat apapun pekerjaannya, Sehun selalu merasa segala kelelahannya hilang ketika pulang ke rumah itu. Karena itulah meskipun kagum, Sehun sama sekali tidak tertarik untuk tinggal di rumah seperti ini.
Hankyung membuka sebuah pintu yang sangat besar dan mempersilahkan mereka masuk. Jin-Ri langsung melangkah masuk dengan bersemangat,
"Darling," serunya mesra lalu menghambur ke pelukan pria bersetelan resmi yang berdiri di tengah ruangan.
Pria itu membalas pelukan Jin-Ri , tapi matanya menatap tajam ke arah Sehun.
Dan Sehun ternganga melihat sosok calon suami Jin-Ri untuk pertama kalinya, semula dia pikir laki-laki itu adalah lelaki botak berjenggot yang gendut, tidak tampan tetapi sangat kaya. Tetapi lelaki yang berdiri di depannya ini sama sekali tidak gendut, dia tinggi atletis bahkan sepertinya tidak ada lemak berlebih di tubuhnya, dan jas yang pastinya dijahit khusus itu menempel pas dan indah di tubuhnya yang berotot tetapi ramping itu. Hey.. Lagipula dia mengharapkan apa? Lelaki ini baru 32 tahun!
Matanya cokelat gelap, begitu juga dengan rambutnya yang cokelat dengan sedikit warna keemasan. Tentu saja begitu, dari literatur bisnis yang memuat tentang jajaran pengusaha-pengusaha sukses, Kris Wu selalu dibahas. Pengusaha berusia 32 tahun, pria setengah Yunani yang sangat menarik. Tapi mereka tidak memasang fotonya di literatur itu, jadi Sehun tidak pernah bisa membayangkannya.
Lelaki ini tidak bisa dibilang tampan, sosoknya terlalu keras untuk digambarkan dengan kata 'tampan', tetapi ada kharisma tersendiri yang membuat semua orang pasti akan menoleh dua kali ketika berpapasan dengannya.
Lelaki itu melepaskan Jin-Ri yang menggelendot dengan mesra di pelukannya, lalu melangkah mendekati Sehun.
"Dan ini pasti Sehun," bahkan aksen suaranya begitu mempesona. Sehun menyadari dia ternganga ketika Siwon mengulurkan tangan untuk bersalaman, dengan gugup disambutnya jabatan itu. Tangan lelaki itu ramping, tapi menggenggam tangannya dengan mantap.
"Iya, ini Sehun, putra kecilku," Jin-Ri berkata seolah-olah mereka ibu dan anak yang sangat akrab, "Dan Sehun, perkenalkan ini calon ayah tirimu."
Sehun menganggukkan kepalanya, sedikit gugup ketika menyadari Kris menatapnya dengan sangat tajam, sangat meneliti, sampai dia salah tingkah. Adakah yang salah dengan rambutnya? Bajunya? Ataukah Kris sedang mencari kemiripannya dengan ibunya dan tidak berhasil menemukannya?
"Hmmm karena umurku hampir 32 tahun, kurasa aku pantas-pantas saja mempunyai putra seumuranmu, tapi kau boleh memanggilku dengan Kris saja."
Tentu saja, lelaki dengan vitalitas semacam ini pasti malu dipanggil 'papa' oleh Remaja berusia 20 tahun seperti dirinya.
"Nah karena kalian sudah berkenalan bolehkah aku memintamu menemaniku berkeliling rumah ini? Kita akan tinggal di sini setelah menikah bukan? Dan wow, rumah ini indah sekali Kris ."
Lelaki itu menatap Jin-Ri tanpa ekspresi."Tentu saja sayang," gumamnya lalu menggamit lengan JIn-Ri . Kris memang mengatakan sayang, tapi tampak begitu dingin.
Tiba-tiba Sehun merasa sedikit antipati kepada Kris , dia terlalu dingin dan tak berperasaan seperti suasana di rumah megah ini.
Jin-Ri menoleh pada Sehun, "Kau ingin ikut, Sehunku?" suaranya begitu penuh kasih tapi matanya memperingatkan, dan Sehun mengerti isyarat itu. Ibunya ingin berduaan dengan kekasihnya dan tak ingin Sehun mengganggu. Lagipula Sehun juga tidak tertarik melihat-lihat isi rumah ini,
"Tidak terima kasih, kalau boleh saya ingin menunggu di sini saja," Sehun tadi sempat mengamat-amati ruangan dan menemukan rak buku yang penuh di dinding. Rasanya lebih menarik duduk dan membaca, sepertinya koleksi buku di rak itu sangat menarik, kalau dia diijinkan, dia ingin membacanya.
"Tapi kau akan tinggal di sini juga, jadi sebaiknya kau ikut agar lebih mengenal rumah ini," sahut Kris tajam.
Kata-kata itu membuat Jin-Ri dan Sehun sama-sama terkejut, rupanya Kris sudah menarik kesimpulan yang salah selama ini tentang hubungan Jin-Ri dan Sehun.
Jin-Ri dengan muka pucat segera menyahut, suaranya sedikit melengking karena gugup, "Darling, kau salah, Sehun tidak akan tinggal dengan kita setelah kita menikah nanti."
"Kenapa tidak?" lelaki itu mengernyitkan kening, tampak tidak senang, "Dia putramu bukan?"
"Iya...tapi...tapi..." suara Jin-Ri hilang karena kebingungan, "Tapi Sehun lebih suka hidup mandiri, dia sudah punya pekerjaan tetap kau tahu. Dan dia merasa nyaman tinggal di rumah warisan orangtuaku, bukan begitu Sehun?" sekali lagi Jin-Ri menatapnya dengan tatapan memperingatkan.
"Tentu saja." jawab Sehun dengan cepat, selain karena dia tidak ingin tinggal di rumah ini, dia tak mau Jin-Ri marah padanya karena mengacaukan seluruh rencana masa depannya.
Kris menatap Sehun dan Jin-Ri dengan tajam dan penuh perhitungan, lalu bergumam,
"Well, kita bahas mengenai pengaturan itu nanti," kata-katanya menunjukkan masalah itu sama sekali belum selesai. Yah, rupanya selain dingin dan kaku, lelaki ini juga arogan.
"Baiklah Sehun, kalau kau ingin tetap disini, aku akan meminta pelayan mengantarkan segelas cokelat panas dan kue untukmu. Kau boleh membaca atau melihat televisi untuk mengisi waktumu." Matanya menunjukkan ke arah televisi plasma yang menempel di dinding yang sama sekali tidak Sehun perhatikan karena perhatiannya terpusat pada rak buku yang penuh itu.
Sehun menatap Kris dengan gugup. "Kalau boleh... Kalau boleh saya ingin membaca buku-buku di rak itu," pintanya pelan.
Jin-Ri tertawa cekikikan seperti anak kecil. "Membaca?" gumamnya dalam tawa, "Begitu banyak hiburan di rumah ini dan kau memilih membaca?" Nada mencemooh terdengar jelas di suaranya hingga pipi Sehun memerah.
Tapi Kris hanya berdiri di situ dan menatapnya datar. "Setidaknya putramu memilih hiburan yang paling bermutu di antara semuanya" kata-katanya diucapkan dengan nada biasa-biasa saja, tetapi arti yang tersirat di dalamnya membuat tawa Jin-Ri terhenti dan wajahnya merona malu. Dalam rasa malunya itu, Jin-Ri melirik Sehun dengan jengkel.
"Silahkan, baca saja semua buku yang kau inginkan," senyum tipis muncul di bibir Kris , lalu menggandeng Jin-Ri , membawanya pergi ke luar ruangan.
Sehun merasa sangat lega ketika ditinggalkan sendirian, dengan penuh rasa tertarik, ditelusurinya buku-buku di rak raksasa itu. Kebanyakan buku berbahasa asing, dan merupakan versi asli. Setelah meninggalkan buku-buku literatur bisnis, Sehun tertarik ke sederetan buku sastra lama. Diambilnya salah satu buku, dan tersenyum.
Well, kapan lagi dia bisa membaca buku-buku versi asli ini dengan gratis? Karena sudah pasti dia tidak akan mampu membelinya...
Ketika dia masuk, didapatinya pemandangan indah terpampang jelas di depannya. Sehun, Pria itu tertidur di kursi santai dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya. Sebelah lengannya lunglai di sandaran kursi dan kepalanya miring setengah tertunduk. Dia tidak dapat menahan keinginan untuk mengawasi lebih dekat. Dengan langkah pelan tak bersuara, seperti singa mengintai mangsa, didekatinya Pria itu. Dia berusaha sedekat mungkin, karena hasratnya mendorongnya untuk lebih mendekati Pria itu.
Ah, betapa cantiknya, wajahnya polos tanpa polesan apapun, tapi kulitnya begitu lembut, seperti bayi dengan semu kemerahan yang membuatnya tergoda untuk menyentuhnya, menyusurkan jemarinya di kulitnya yang bersemu kemerah-merahan itu.
Dan bibirnya... Astaga bibir itu, begitu ranum, basah bagai kelopak mawar yang baru mekar. Tanpa polesan sedikitpun, tetapi tetap begitu indah.
Matanya menyusuri seluruh keindahan di depannya. Sudah berapa lama dia menunggu saat-saat ini? Menunggu saat-saat Namja ini berada begitu dekat dengannya?
Ya, namja ini membuatnya terbangun setelah ditidurkan dengan paksa sekian lama.
Akhirnya dia tidak dapat menahan godaan, dibungkukkannya tubuhnya melingkupi namja itu. Kemudian bibirnya menyentuh bibir lembut namja itu dengan halus tapi penuh hasrat.
"Kau milikku Sehun, ingat itu "
"Kau milikku Sehun, ingat itu."
Bisikan itu begitu lembut sekaligus tegas, seperti dibawa oleh tiupan angin ke telinganya. Sehun tergeragap, mengerjapkan matanya dan langsung terduduk tegak. Matanya memandang sekeliling dengan bingung. Dia masih sendirian di ruangan ini. Tapi tadi jelas-jelas ada yang berbisik di telinganya, dan kata-katanya itu masih terngiang jelas.
Apakah dia bermimpi ?
Sehun mengernyit. Lalu menyentuh bibirnya. Terasa hangat... Seperti ada yang menyentuhnya sebelumnya. Jantung Sehun berdetak cepat. Apakah mimpi bisa terasa sejelas itu? Suara bisikan itu begitu nyata. Sentuhan di bibirnya pun masih terasa hangat.
Tapi... Tidak mungkin kan ada orang masuk kemari dan menciumnya begitu saja? Dengan putus asa Sehun menatap buku di pangkuannya. Sebuah novel sastra romantis karya pengarang Rusia. Ah, aku pasti terbawa alur novel ini, gumam Sehun dalam hati, menarik napas lega. Sekali lagi dia memandang sekeliling, ruangan masih sepi. Tadi dia pasti tertidur cukup lama. Tapi Jin-Ri dan Kris belum juga kembali.
Sehun mengangkat bahunya. Well mereka kan pasangan kekasih yang akan menikah, pasti akan lupa waktu jika sedang berduaan. Dengan pelan Sehun berdiri, berusaha melemaskan tangan dan kakinya yang kaku. Lalu dia berjalan mengitari ruangan yang luas itu.
Ruangan ini didesain untuk bersantai. Meskipun di sudut sana terdapat meja kerja yang sangat besar, tapi di sisi lain benar-benar penuh dengan perabotan dan fasilitas yang menunjang kenyamanan.
Dengan tertarik, Sehun mendekat ke arah meja kerja Kris . Ada sebuah bingkai foto yang di letakkan terbalik begitu saja. Sengaja? Atau memang terjatuh? Sehun mengambil bingkai foto itu dan menegakkannya lagi. Matanya mengamati bingkai foto di dalam sana, foto keluarga. Sepertinya itu gambar kedua orangtua Kris dan dua orang anak laki-laki berusia sepuluh tahunan, yang berambut cokelat itu pasti Kris dan ...kakak laki-lakinya? Sehun mengernyit. Tapi kenapa kedua orangtua Kris asli Korea? Dan kakak laki-lakinya juga terlihat seperti orang Korea asli. Sedangkan jelas-jelas ada darah asing yang mengalir di tubuh lelaki itu, bahkan majalah-majalah bisnis itupun menyebutnya setengah Yunani.
"Itu orangtua dan kakak angkatku, mereka yang mengasuhku ketika kedua orangtuaku tewas karena kecelakaan pesawat."
Suara yang muncul tiba-tiba di belakangnya itu membuat Sehun terlonjak kaget, membalikkan badan, dan langsung menabrak tubuh kokoh yang berdiri di belakangnya.
Kris langsung memegang kedua pundak Sehun, menjaganya agar tidak terjatuh,
"Maaf aku mengejutkanmu", gumamnya datar.
Sehun mengangguk, mundur menjauh, melepaskan diri dari pegangan Kris , "Maaf... Saya ... saya lancang, saya melihat foto ini dan tertarik..."
Kris mengangkat bahu. "Tidak apa-apa, mereka adalah orangtua dan saudara yang kusayangi. Meskipun aku tetap menggunakan nama asli keluargaku, mereka sudah seperti orangtua kandung bagiku."
Sehun tersenyum getir, setidaknya Kris lebih bahagia darinya. Lelaki itu kehilangan kedua orangtuanya, tetapi tetap merasakan kasih sayang dari orangtua barunya. Sedangkan dia? Ibunya masih hidup, tetapi sang ibu sama sekali tidak mau repot-repot mengurusi kehidupannya.
Omong-omong tentang ibunya... Di mana Jin-Ri ? Sehun mengedarkan pandangan ke balik punggung Kris , tetapi Kris memang datang sendirian.
"Jin-Ri menunggu di ruang makan, aku memanggilmu untuk makan siang bersama", gumam Kris, menyadari kebingungan Sehun, lalu membalikkan tubuh. "Ayo, kita ke ruang makan."
Mau tak mau Sehun mengikuti Kris melangkah ke ruang makan, lelaki itu lalu melambatkan langkahnya sehingga bisa berjalan berjejeran dengan Sehun.
"Senang tadi?"
"Apa?" Sehun terlalu kaget mendengar pertanyaan Kris yang tiba-tiba sehingga tidak mencerna kata-kata Lelaki itu.
Kris tersenyum tipis. "Di antara buku-buku itu—"
"Oh iya." jawab Sehun buru-buru, "Saya menemukan banyak buku edisi asli yang sekarang sudah sulit ditemukan. Tadi saya terlalu asyik membaca dan bahkan sempat ketiduran." pipi Sehun merona.
Kris menoleh dan menatap Sehun,"Tapi tidak ada sesuatu yang aneh terjadi padamu kan?"
Sehun termangu, pertanyaan macam apa itu? Yang aneh malahan pertanyaan yang diajukan Kris padanya ini. "Aneh?" ulangnya bingung.
Kris mengalihkan tatapannya. "Sudahlah, lupakan." lelaki itu lalu melangkah mendahului Sehun. Meninggalkan Sehun termangu kebingungan.
Aneh? Apa maksud Kris?
Tengah malam dan ruangan itu gelap gulita. Kris memasuki ruang kerjanya dan menghempaskan jasnya di kursi dengan jengkel. Rencananya berhasil tentu saja. Dia sudah berhasil membujuk Jin-Ri dan Sehun menginap di rumahnya selama akhir pekan ini.
Yang tidak diduganya adalah sikap pantang menyerahJin-Ri. Begitu Sehun berpamitan untuk tidur di kamarnya, Jin-Ri langsung berusaha mati-matian untuk merayunya. Perempuan itu terang-terangan menunjukkan kalau dia tidak keberatan tidur bersama Kris sebelum pernikahan mereka.
Tentu saja rayuannya tidak berhasil. Kris menggunakan alasan kelelahan untuk mengusir Jin-ri agar kembali ke kamarnya sendiri. Dia memang lelah, tapi seandainya dia tidak lelahpun, dia tidak pernah berminat tidur denganJin-Ri.
Bukan Jin-Ri yang diinginkannya...
"Sampai kapan kau tahan dengan wanita murahan itu?" suara itu terdengar begitu sinis penuh ejekan. Dan Kris langsung berhadapan dengan sosok di kegelapan yang menatapnya.
"Bukan urusanmu," balas Kris dingin, "Lagipula, bukan saatnya membahas tentangJin-Ri, aku meminta penjelasanmu tentang apa yang kau lakukan pada Sehun tadi siang."
Sosok di kegelapan itu tertawa mengejek, sengaja membuat Kris marah. "Kau tidak bisa menyalahkanku, aku sudah menanti begitu lama untuk melihatnya," sanggahnya tidak peduli.
"Kau tidak cuma melihatnya, kau menciumnya", geram Kris marah, "Kau benar-benar tidak punya otak ya?"
"Aku memang tidak punya otak. Kau selalu bilang aku lebih mirip binatang," sosok di kegelapan itu mengacuhkan kemarahan Kris, "Aku menginginkan Sehun, jadi aku akan memilikinya, sesederhana itu."
"Kau harus menunggu sampai rencanaku membuahkan hasil!" sela Kris tak sabar.
Lagi, sebuah tawa mengejek menggema di ruangan yang gelap pekat itu.
"Kau bilang itu rencana? Merayu ibu namja itu untuk kau nikahi? Kau bilang itu rencana? Kau tahu tidak, aku harus menahan jijik ketika melihat kau harus mencium perempuan murahan itu, berpura-pura menikmati mencumbunya," sosok di kegelapan itu menyeringai marah, " Jin-Ri adalah perempuan murahan yang menjijikkan, membayangkan dia ada di rumah ini membuatku muak."
"Kau harus tahan. Rencanaku ini sudah berhasil menggiring Sehun masuk ke rumah ini."
"Lalu bagaimana kau menyingkirkan Jin-Ri? Kau harus segera melakukan sesuatu Kris sebelum aku mulai kehilangan kesabaran, cara Jin-Ri meremehkan dan menghina Sehun secara tersirat seharian tadi benar-benar mengusik kemarahanku, dan kau tahu kan bagaimana kalau aku marah?" sosok di kegelapan itu mulai terlihat mengancam.
Kris mengernyitkan kening, "Tak akan kuizinkan kau bertindak semaumu sendiri."
"Kalau begitu sebaiknya rencanamu segera membuahkan hasil! Kau tahu sendiri kan akibatnya kalau aku sampai turun tangan? Aku tidak suka ada yang menyakiti milikku, aku akan melakukan apapun untuk membalaskannya."
"Sehun bukan milikmu."
"Dia akan menjadi milikku. Aku sudah mengatakan janji adalah milikku," sosok di kegelapan itu berucap penuh keyakinan.
Kris menggeram marah, "Kau harus menunggu. Aku tidak mau kau berbuat seperti siang tadi, mendatangi Sehun dan menciumnya. Menciumnya! Apa kau sadar semuanya akan berantakan kalau saat itu Sehun terbangun?"
Sosok di kegelapan itu terkekeh, "Aku hanya mengucapkan selamat datang."
"Kalau begitu jangan sampai kau ulangi lagi. Biarkan aku menangani semuanya dulu. Setiap kau ikut campur hasilnya malah berantakan karena kau mahluk kejam yang tidak pernah memakai perasaan. Aku tidak mau terpaksa menyembunyikan kejahatanmu lagi, mengerti? Jadi tahan dirimu," geram Kris mengancam.
Sosok di kegelapan itu mengangkat bahu, "Baik. Aku akan kembali ke tempatku, duduk di kegelapan dan mengamati semuanya dalam diam. Tapi kesabaranku ada batasnya KRis , kau tahu itu kan? Kau pasti tahu apa yang akan terjadi kalau aku kehilangan kesabaran."
Kris mengernyit mendengar kekejaman yang tidak disembunyikan itu, lalu memegang pangkal hidungnya yang terasa nyeri. Ini harus segera di selesaikan. Segera! Sebelum dia, mahluk kejam itu, turun tangan dan mengacaukan semuanya ...
T.B.C
Aku baru dapet ijin sama kak santhy untuk remake novel ini , butuh perjuangan buat bisa dapet ijin dari nya . isi , ide , latar semuanya punya kak santhy , aku hanya me remake ulang atas ijin nya . jadi kalian berminat ?
