With You

(Long Distance Sequel)

By: Nichan_Jung

Cast: Jeon Wonwoo dan Kim Mingyu

Other Cast: Find by yourself

Genre: Romance, Fluff

Rate: T

Warning: EYD berantakan, Typo bertebaran

Summary:

Perpisahan itu mengajarkan mereka bagaimana seharusnya sebuah hubungan itu terjalin. Bukan hanya ungkapan-ungkapan cinta dan sentuhan fisik semata, lebih dari itu rasa percaya, kesabaran, kesetiaan, kejujuran dan harapan adalah landasan yang harus selalu dipertahankan. Lalu akhir yang bahagia akan menyertai setiap detik perjalanan hidup keduanya.

= M-W =

Seharusnya hari ini Wonwoo sudah berada di rumah mewahnya di Seoul sana. Namun lihatlah dia sekarang, masih dengan baju tidur berwarna biru muda polos dan bergelung dengan nyamannya dalam pelukan seorang pria yang terlalu tampan, bahkan saat bangun tidur di pagi hari seperti inipun aura ketampanannya tidak berkurang sedikitpun. Malah Wonwoo menyukai saat-saat seperti ini. Saat dimana wajah itu adalah gambaran pertama yang dilihatnya saat mengawali harinya.

Lelaki tampan itu -Kim Mingyu- mengeratkan pelukannya pada tubuh kecil Wonwoo. Keduanya masih sangat malas untuk beranjak dari kasur dan selimut yang sangat nyaman ini. Meskipun di luar sana deru kendaraan dan bisingnya kota sudah merayap masuk perlahan ke pendengaran mereka.

Wonwoo memainkan jari-jari lentiknya di wajah Mingyu. Meraba setiap pori dan lekukan wajah terkasihnya. Pahatan wajah Mingyu terlalu sempurna. Mungkin Tuhan terlalu berbahagia saat menggoreskan keindahan memabukkan ini. Mingyu-nya adalah kesempurnaan. Bahkan terkadang Wonwoo takut menyentuh Mingyu terlalu kasar, takut merusak kesempurnaan itu. Jemarinya hanya mengelus dengan lembut dan penuh kehati-hatian, mengelus dengan penuh kasih sayang. Mendapat perlakuan seperti itu dari kekasihnya, Mingyu mendaratkan sebuah kecupan manis di dahi Wonwoo.

"Pagi Hyung." Suara Mingyu masih terdengar agak serak, khas bangun pagi.

"Mmm... Pagi Mingyu." Jawab Wonwoo ceria.

"Kenapa kau terdengar sangat bahagia, Hyung?" Kening Mingyu berkerut mendapati nada ceria dari suara tersayangnya.

"Tidak apa-apa, aku hanya senang karena melihatmu di pagi hari seperti ini." Jawab Wonwoo dengan wajah merona, dia malu sebenarnya.

"Hehehe... Nanti kau akan menemukan wajahku di setiap pagi seumur hidupmu, kau tidak akan bosan kan, Hyung?" Mingyu menatap dalam wajah Wonwoo.

"Tidak akan pernah." Geleng Wonwoo. "Itu impian ku sedari dulu, kau ingatkan?" Lanjut Wonwoo.

"Tentu saja, itu impian kita berdua lebih tepatnya." Timpal Mingyu seraya menyentil halus hidung Wonwoo.

"Hahaha..." Wonwoo hanya tertawa menanggapi Mingyu. Mereka berdua sangat berbahagia, bukan?

"Jadi apa rencana kita hari ini, Hyung?"

Wonwoo menoleh ke arah Mingyu. "Rencana? Memangnya kita tidak akan pulang ke Seoul hari ini?" tanya Wonwoo. Dikiranya nanti malam mereka akan berangkat ke Seoul dengan penerbangan terakhir.

"Kau tidak mendengarkan aku ya, sayang?" Tanya Mingyu gemas.

"Heh? Yang mana?" Wajah Wonwoo benar-benar blank.

"Kemarin aku bilang kita memiliki waktu liburan yang panjang sebelum kembali ke rumah. Bahkan Appa Jeon sudah mengijinkannya." Mingyu heran dengan kekasihnya ini, apa saking bahagianya karena bertemu kemarin sampai-sampai dia tidak mendengarkan bagian yang penting ini. Benar-benar.

"Benarkah? Kita bisa liburan? Keliling Jepang?" Tanya Wonwoo antusias.

"Kemanapun yang kau inginkan." Jawaban Mingyu membuat Wonwoo sangat senang. Dia memeluk kekasihnya dengan sangat erat. Mingyu pun tertawa bahagia.

"Baiklah, ayo kita bangun, mandi, dan sarapan. Setelah itu kita akan memikirkan akan pergi kemana saja. Deal?" Ujar Mingyu seraya mengangkat tangan kanannya.

"Deal!" Jawab Wonwoo dan memukulkan telapak tangannya ke telapak tangan Mingyu. Kebiasaan dari dulu. Keduanya pun segera beranjak dari kasur empuk mereka, milik Wonwoo lebih tepatnya. Wonwoo menuju kamar mandi terlebih dahulu, sementara Mingyu menuju dapur untuk sekedar membuatkan sarapan sederhana; telur dadar, roti dengan selai coklat keju, dan segelas susu vanila untuk Wonwoo dan secangkir kopi untuk Mingyu.

Mereka menikmati sarapan sederhananya setelah Mingyu selesai mandi. Susu dan kopi sudah agak menghangat. Tapi itu tidak mengurangi rasa bahagia keduanya. Jika bersama dengan orang yang kita cintai, segala jenis makanan akan terasa lebih enak. Tentu saja itu bukan hanya sekedar kiasan belaka. Bersama dengan orang-orang tersayang menciptakan dopamin berlebih sehingga sensasi bahagia akan terus dihasilkan oleh otak.

Selama makan tidak terjadi pembincangan yang berlebihan. Dari kecil keduanya sudah diajarkan untuk tidak banyak bicara di meja makan. Saat ini Wonwoo dan Mingyu berada di sofa ruang tengah, menikmati susu dan kopi yang masih tersisa. Wonwoo bersandar manis di dada bidang Mingyu, sementara Mingyu mengelus surai hitam Wonwoo dengan penuh kasih.

"Kita akan kemana hari ini?" Mingyu mengawali pembicaraan.

"Sebenarnya aku tidak ingin pergi terlalu jauh dan lama. Meskipun selama di sini aku tidak pernah jalan-jalan tapi aku benar-benar sedang tidak ingin pergi. Aku lebih menginginkan jalan-jalan di Korea saja. Aku rindu suasana Korea." Ujar Wonwoo.

Mingyu yang mendengarnya dapat mengerti bagaimana kerinduan Wonwoo. Tiga tahun jauh dari keluarga dan teman-temannya tentu saja membuatnya sangat-sangat merindukan semuanya.

"Tapi aku ingin kita tetap berlibur." Ujar Wonwoo cepat. "Kita bisa berkeliling Tokyo saja, bagaimana?" Tanyanya meminta persetujuan Mingyu.

"Tidak masalah, aku akan mengikuti kemanapun kau ingin pergi, Hyung." Jawab Mingyu.

"Tapi kau sudah jauh-jauh ke sini, tentu kau menginginkan liburan yang lama kan Mingyu-ya?" Wajah Wonwoo berubah sendu.

"Sejujurnya aku memang ingin berlibur ke beberapa daerah di Jepang bersama dengan mu, Hyung. Tapi kita bisa ke sana lain kali. Kau tentu sangat merindukan keluarga dan teman-temanmu kan?" Mingyu mencoba menjelaskan. Ia tahu, Wonwoo selalu memikirkan perasaannya.

"Benarkah? Kau tidak apa-apa?" Sebenarnya Wonwoo memang sangat ingin segera pulang.

"Tentu. Kita bisa kembali saat kita bulan madu nanti."

"Haish, Kim Mingyu jangan bercanda." Wonwoo memukul perut Mingyu.

"Aku tidak bercanda, Hyung. Aku serius." Balas Mingyu.

"Hah, terserah kau saja." Wonwoo menyamankan kembali posisinya dalam dekapan Mingyu.

= M-W =

Acara kencan Wonwoo dan Mingyu ditutup dengan makan malam sederhana di sebuah restoran. Sebenarnya tidak bisa dikatakan sederhana juga, Mingyu diam-diam mereservasi sebuah meja di salah satu restoran di Tokyo Tower. Setelah makan mereka menuju ke puncak menara. Ada banyak orang di sana, terutama pasangan.

"Kau tidak bilang kita akan ke sini."

"Anggap saja ini kejutan, hehe." Mingyu mengelus jemari Wonwoo.

"Pemandangannya bagus." Mata kecil Wonwoo menelusuri pemandangan malam yang begitu indah. Gedung-gedung pencakar langit dihiasi lampu-lampu. Jauh di bawah sana, jutaan lampu bersinar seperti bintang di langit malam. Indah.

"Kau selalu tahu hal-hal indah dan menakjubkan, Kim Mingyu." Wonwoo tersenyum ke arah Mingyu.

"Ini malam terakhir kita di Tokyo, besok kita akan kembali, tentu saja aku ingin memberikan yang terbaik kepadamu, Hyung." Mingyu menarik tangan Wonwoo dan meremasnya lembut. Wonwoo tersipu, merona.

Pemandangan dari atas Tokyo Tower ini benar-benar sangat indah. Tidak heran jika tempat ini menjadi salah satu icon wisata yang wajib dikunjungi di Tokyo, terutama di malam hari. Tempat ini sama indahnya dengan Namsan Tower di Seoul. Wonwoo mengulas senyum tipis saat mengingatnya.

Sepanjang hari ini mereka sudah mengunjungi berbagai tempat dan mencicipi makan berbagai jenis makanan dan jajanan di Tokyo. Mereka jalan-jalan ke Universal Studio Japan, Harajuku Street, Shibuya, Ikebukuru, dan Odaiba. Yang membuat Wonwoo tidak kalah senang adalah saat ke Jiyugaoka Sweet Food, disana ada banyak sekali makanan penutup yang manis dan enak, ditambah dengan ukiran dan warna yang menarik. Wonwoo menikmati berbagai macam makanan manis dan itu membuatnya senang. Tidak hanya itu, Mingyu yang sangat tahu jika Wonwoo yang tidak bisa memakan makanan laut membawanya ke restoran ramen. Di sana Mingyu dapat melihat Wonwoo makan dengan sangat lahap.

Ada satu kejadian yang membuat Mingyu tertawa senang bahkan jika mengingatnya sekarang. Hal itu saat dia mengajak Wonwoo untuk berkencan di Disneyland Tokyo dan Yoyongi Park. Saat itu Wonwoo bersikeras tidak ingin ke sana karena dia bukan anak kecil dan bukan seorang gadis yang akan tertarik dengan nuansa taman yang cenderung manis. Wonwoo lupa jika dia memiliki sebuah taman di rumahnya di Seoul, yang bahkan bunga-bunga di dalamnya dia tanam sendiri. Mingyu benar-benar gemas.

Malam semakin larut dan udara semakin dingin. Mingyu merapatkan baju hangat yang dipakai oleh Wonwoo, kemudian kembali menggenggam tangan Wonwoo dan memasukkannya ke dalam saku depan baju hangat yang digunakannya. Mereka berbagi kehangatan bersama.

Wonwoo tentu tidak akan pernah melupakan kencannya setelah tiga tahun ini. Perlahan dia mengeratkan genggaman tangan Mingyu. Desir darah yang dipompa jantung melaju dengan cepat ke seluruh tubuh Wonwoo, menciptakan suasana hangat. Dia menyukai saat-saat bersama dengan Mingyu seperti ini.

"Ayo pulang, ini semakin dingin." Ajak Mingyu. Wonwoo hanya mengangguk mengiyakan. Tangan mereka masih menyatu sepanjang jalan menuju apartemen Wonwoo. Malam ini benar-benar indah dan berkesan bagi keduanya. Dan malam berlalu seiring dengan keduanya yang melaju menuju ketenangan di dalam tidur, mencoba untuk saling memimpikan di dunia bawah sadar.

= M-W =

Seoul, 11.00 AM.

Wonwoo menghirup udara sebanyak-banyaknya. Inilah udara pagi di tanah airnya. Dia begitu berbahagia bisa kembali ke bumi tercinta. Terlebih disinilah kebahagiaan hakikinya berada.

"Sudah siap berangkat?" Mingyu sudah berada di samping Wonwoo kembali setelah tadi memasukkan barang-barang mereka ke dalam mobil. Tuan Park selaku sopir Mingyu memang sudah menunggu kedatangan mereka sedari pukul 10 tadi.

"Ayo kita pulang." Seru Wonwoo. Wajahnya menyiratkan rasa bahagia yang berlebihan. Tuan park hanya memandang ke arah kedua tuan mudanya itu.

"Paman, kita ke rumah Wonwoo dulu ya." Pinta Mingyu kepada tuan Park.

"Baik, Nak Mingyu."

"Terima kasih banyak karena sudah bersedia menunggu dan menjemput kami, paman?" ujar Wonwoo.

"Tidak perlu berterima kasih, nak Wonwoo. Ini memang sudah menjadi tugas saya dan saya dengan senang hati melakukan ini." Tentu saja Tuan Park tidak pernah merasa keberatan, keluarga Kim sudah sangat baik kepadanya begitupun dengan Mingyu dan juga Wonwoo.

Sesampainya di rumah Wonwoo, ayah dan ibunya sudah menunggu di gazebo kecil disebelah taman samping, taman Wonwoo. Begitu melihat mobil Mingyu, pasangan suami istri ini segera menyambut Wonwoo.

"Selamat datang kembali, sayang." Ibu Wonwoo memeluk anak lelaki kebanggaannya ini.

"Aku merindukan Eomma." Balas Wonwoo.

"Jadi kau tidak merindukan Appa, Wonie?" Tanya Tuan Jeon, menggoda anaknya. Wonwoo menoleh ke arah ayahnya dan melepaskan pelukan sang ibu.

"Tentu saja, siapa lagi yang akan kurindukan jika bukan Appa dan Eomma." Wonwoo memeluk ayahnya. Tuan Jeon menepuk-nepuk bangga punggung putranya. Sang Ibu hanya tersenyum seraya mengelus rambut Wonwoo.

"Sekarang dia tidak merindukanku lagi, Appa. Karena sudah ada kalian berdua bersamanya." Tiba-tiba Mingyu menyahut.

"Yaa... Kim Mingyu. Ini kan berbeda. Kau bicara apa sih." Wonwoo memandang tajam ke arah Mingyu dan mencibirkan bibirnya, imut. Tuan dan Nyonya Jeon hanya tertawa melihat tingkah kekanakan putra mereka. Padahal jelas-jelas Wonwoo lebih tua setahun dari Mingyu, tapi sikapnya kadang-kadang seperti anak kecil saat bersama dengan mereka dan bersama Mingyu.

"Mingyu-ya, nanti makan siang disini ya. Eomma akan memasakkan makanan kesukaanmu dan Wonwoo." Ujar Nyonya Kim dan menggandeng tangan kekar Mingyu.

"Baik Eomma, apapun untuk Eomma." Balas Mingyu seraya memberikan senyum termanisnya.

"Yaa, apa-apaan senyum seperti itu. Kau bahkan tidak pernah tersenyum seperti itu kepadaku." Nada bicara Wonwoo sarat dengan kecemburuan. Sontak saja hal itu membuat Tuan dan Nyonya Jeon beserta Mingyu tertawa terbahak.

"Karena hari ini Mingyu milik Eomma." Jawab Nyonya Jeon seraya mengedipkan sebelah matanya kepada Mingyu yang langsung dibalas kedipan pula oleh Mingyu.

"Kalian menyebalkan." Wonwoo melepaskan tangan ayahnya dan bergegas masuk ke rumah dengan kaki dihentak-hentakkan. Sangat menggemaskan. Ketiga orang tersayang Wonwoo hanya membiarkan Wonwoo dan tersenyum.

"Mingyu-ya, bagaimana rencana selanjutnya? Sudah kau persiapkan semuanya?" Tanya Tuan Jeon.

"Iya Appa, semuanya sudah beres, tinggal menunggu hari-H nya aja. Seungcheol Hyung, Hoshi Hyung, dan teman-teman yang lain sangat banyak membantuku." Jawab Mingyu.

"Syukurlah, Eomma sudah tidak sabar menunggu hari itu." Nyonya Jeon berbunga-bunga, rona bahagia terpancar dari wajah cantiknya.

"Kita semua menantikan hari itu, sayang." Timpal Tuan Jeon. Mingyu mengangguk setuju dengan calon mertuanya itu.

"Oh ya, sana kau susul Wonwoo. Dia bisa mengambek sepanjang hari jika kau tidak segera menemuinya." Perintah Nyonya Jeon dan langsung diiyakan oleh Mingyu.

Sementara di dalam kamar bernuansa biru muda ini, Jeon Wonwoo membaringkan tubuhnya. Sedari tadi dia menunggu seseorang mengetuk pintu kamarnya tapi sampai sekarang tidak satupun yang datang. Wonwoo semakin kesal. Entah bagaimana kedua orang tuanya begitu sangat dekat dengan Mingyu. Seingatnya dulu, hubungan mereka memang sudah baik tetapi masih sangat canggung. Bahkan Mingyu jelas-jelas mengatakan jika ia cukup takut dengan sang ayah. Tapi yang terjadi beberapa saat yang lalu benar-benar berbeda.

Sudah tak terhitung berapa kali Wonwoo menghembuskan nafas bosannya. Kamarnya tidak berubah sedikitpun, rapi, bersih dan nyaman. Semua perabotan tersusun rapi pada tempatnya. Hanya ada satu benda yang bertambah dan Wonwoo langsung tertarik pada benda tersebut.

Sebuah album foto. Wonwoo membuka cover album, di halaman pertama dia menemukan foto dirinya yang tersenyum manis ke arah kamera. Wonwoo ingat itu fotonya saat merayakan ulang tahun Mingyu, empat tahun yang lalu. Di lembar kedua lagi-lagi fotonya, hanya saja difoto itu ia tengah tertidur d dalam mobil dengan kepala terkulai ke kiri. Pasti foto ini diambil oleh Ibunya saat mereka liburan ke Changwon, mengunjungi kakek neneknya. Foto ketiga sampai foto kesepuluh semuanya adalah foto-foto Wonwoo sebelum berangkat ke Jepang.

Wonwoo terus menerus membuka halaman demi halaman. Kemudian dia melihat fotonya di bandara saat akan meninggalkan Seoul. Dibawah foto tersebut terdapat tulisan-tulisan kecil. Wonwoo membacanya. "Hari ini setengah jiwa dan nafasku akan berpisah denganku untuk sementara waktu, detik ini juga nafasku tercekat dan tubuhku melemah, kau tau seberapa esensial keberadaan dirimu, Jeon Wonwoo?"

Di foto selanjutnya ada tulisan lain, "Kau terlihat tampan dan sangat manis dengan seragam itu. Ah, bolehkan aku ke sana dan menculikmu. Kau sangat menggemaskan." Itu foto Wonwoo dengan seragam sekolahnya di Jepang.

"Kenapa wajahmu sangat pucat, Hyung? Kau sakit kan? Tapi kenapa kau menyembunyikannya padahal aku bisa melihatnya dengan sangat jelas, seolah kau persis berada di depan mataku. Bersabarlah, Hyung." Wonwoo terlihat pucat karena saat itu dia mengalami demam, bahkan dia tidak sekolah selama dua hari. Tapi dia memang tidak mengatakan hal itu kepada mingyu. Tidak ingin Mingyu mencemaskannya.

"Boneka dan bunga itu kehilangan daya tariknya. Keindahan dan keluguanmu mengalahkan kedua sumber keindahan dan kehangatan itu. Bagiku kau yang terindah, termanis, dan terhangat. Aku mencintaimu." Wonwoo tersenyum membaca tulisan tersebut. Dia menyukainya, tentu saja.

Foto-foto selanjutnya hanya ada dirinya dan kata-kata manis penuh cinta. Mata Wonwoo sudah berkaca-kaca. Rasa kesal dan cemburu yang sempat dirasakannya beberapa saat yang lalu menguap entah kemana. Saat ini yang memenuhi dada dan perasaannya hanyalah rasa syukur dan cinta mendalam kepada sosok lelaki yang sudah mengambil setengah jiwa dan nafasnya. Wonwoo merasa sangat bahagia. Dia benar-benar beruntung.

Sementara itu, Mingyu sudah berdiri di samping pintu dan menyandarkan tubuh tingginya pada dinding kamar Wonwoo. Dia melihat kekasih manisnya membuka album foto yang memang dibuat olehnya. Perlahan Mingyu mendekat. Wonwoo belum menyadari kehadirannya, sepertinya sang kekasih benar-benar terhanyut dengan apa yang dia temukan.

"Kau menyukainya?" Tanya Mingyu seraya memeluk Wonwoo dari belakang. Tubuh Wonwoo tersentak, namun beberapa detik kemudian dia membalikkan tubuhnya dan mendekap Mingyu sangat erat.

"Aku mencintaimu. Sangat. Selamanya." Suara Wonwoo teredam dada bidang Mingyu. Seulas senyum terlukis dari bibir Mingyu.

"Aku tahu." Jawab Mingyu. Kedua tangan kekarnya mengelus punggung dan rambut Wonwoo.

"Kau segalanya bagiku. Kau milikku. Demi Tuhan, aku mencintaimu." Wonwoo terus meracau. Setetes air mata mengalir di pipi mulusnya.

"Aku tahu." Lagi-lagi hanya itu yang Mingyu jawab.

"Jangan pernah meninggalkanku atau kau akan mati." Suara Wonwoo mulai terdengar sengau.

'Aku tahu."

"Kau hanya boleh menjadi milikku dan seumur hidupmu kau harus berada disisiku." Butiran-butiran bening itu semakin berlomba untuk memenuhi pipi tirus Wonwoo.

"Selalu dan selamanya." Mingyu mengeratkan pelukannya, dikecupnya puncak kepala Wonwoo berulang kali. tidak ada suara lagi yang terdengar dari bibir merah Wonwoo selain isakan-isakan kecil. Mereka terus hanya berpelukan selama beberapa waktu. Saat Wonwoo sudah menstabilkan nafas dan perasaannya, Mingyu membawanya untuk saling bertatapan.

"Air mata ini hanya boleh mengalir karena rasa bahagia, ingat itu kan?" Wonwoo mengangguk. Mingyu menghapus aliran kecil di kedua pipi Wonwoo. Kemudian dikecupnya kening Wonwoo.

"Aku akan selalu di sini, karena setengah jiwa dan nafasku ada pada tubuh ini." Ujar Mingyu seraya menyentuh pipi kanan Wonwoo. Tangan Wonwoo meraih tangan Mingyu kemudian mengecupnya penuh cinta.

Mingyu menarik tangannya, kemudian perlahan dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Wonwoo. Deru nafas dan kehangatannya menerpa satu sama lainnya. Mereka semakin dekat dan akhirnya kedua belah bibir itu saling bertemu. Mengecup, menyalurkan rasa rindu. Wonwoo menarik tubuh Mingyu semakin dekat. Kedua tangannya dikalungkan ke leher jenjang Mingyu. Sementara tangan Mingyu diletakkan di pinggang ramping Wonwoo dan menariknya perlahan. Mencoba untuk mengikis jarak antara tubuh keduanya.

Nafas mereka memburu. Keintiman yang diawali dengan kecupan berubah menjadi lumatan dan hisapan. Lelehan saliva membasahi sudut bibir keduanya, lalu kedua pasang mata yang tertutup menikmati permainan hormon yang terjadi di dalam tubuh masing-masing. Tangan Mingyu sudah berpindah-pindah tempat menyentuh segala hal yang bisa disentuhnya pada tubuh halus yang kekasih. Sementara Wonwoo pun tidak mau kalah, berulang kali dia mengeratkan pelukan dan menarik kepala Mingyu untuk semakin memperdalam kedekatan mereka, terkadang dia meremas rambut hitam kelabu Mingyu, seolah menyampaikan kepada pasangannya betapa dia menikmati segala sentuhan ini.

Mereka semakin terengah. Wonwoo akhirnya mengalah. Sebelah tangannya memukul pelan dada Mingyu. Paham dengan maksud kekasihnya, Mingyu melepaskan tautan bibir mereka. Benang saliva yang bening terbentuk saat kedua belahan itu terpisah. Wonwoo meraup udara sebanyak yang bisa ditampung paru-parunya. Sementara Mingyu masih menikmati wajah Wonwoo. Kekasihnya benar-benar menggoda dengan penampilan acak-acakan seperti itu. Mingyu menyukainya.

Jemari Mingyu mengelus bibir Wonwoo yang membengkak. Menghapus ciptaan mereka yang sebenarnya sangat nikmat itu. Saat jari Mingyu berada tepat di tengah bibir Wonwoo, dengan usil Wonwoo menjilat dan mengemut jari tersebut. Mingyu tersentak. Wonwoonya tidak pernah senakal ini sebelumnya. Namun kerlingan manja Wonwoo membuat Mingyu tersenyum. Paham jika kekasihnya hanya sedang menggodanya.

"Kita harus menghentikan ini, sayang. Jika tidak ..."

"Jika tidak kenapa? Wonwoo memotong ucapan Mingyu seraya mengalungkan tangannya kembali di leher Mingyu.

"Ouh, demi Tuhan Jeon Wonwoo, kau harus berhenti menggodaku. Aku sudah sangat kesusahan, sayang." Mingyu memejamkan matanya seolah menahan sesuatu.

"Bagaima jika aku tidak mau." Bukannya berhenti Wonwoo malah semakin mendekatkan tubuhnya.

"Kau benar-benar akan membuat Appa Jeon membunuhku, sayang. Kau ingin menjadi janda sebelum kunikahi." Wonwoo memukul pelan dada Mingyu seraya terkekeh. Kemudian dia menjauhkan dirinya dari Mingyu. Sejujurnya jika dilanjutkan, dia juga akan lepas kendali. Hormon itu benar-benar bekerja sangat aktif hari ini.

"Mingyu-ya, itu dari mu?" Jari Wonwoo menunjuk album foto yang sempat tergeletak di lantai karena pelukan tiba-tiba Mingyu yang menyebabkannya terjatuh.

"Iya, aku yang membuatnya. Kau menyukainya?"

"Mmm, ini sangat indah dan bagus. Aku menyukainya. Tapi kau telalu berlebihan, kata-katamu itu terlalu chessy." Ujar Wonwoo seraya menyentil dahi Mingyu.

"Benarkah? Padahal aku menulisnya dengan begitu tulus."

"Hahaha... kau berlebihan Kim Mingyu."

"Tapi kau menyukainya kan?" goda Mingyu.

"Tentu saja, kan aku sudah bilang jika aku menyukainya. Kau yang terbaik." Jawab Wonwoo dan menghadiahi sebuah kecupan untuk Mingyu.

"Kau semakin nakal Jeon Wonwoo."

"Kau tidak ingin menggantikan margaku dengan Kim?"

"Haruskah aku menggantikannya?"

"Jika tidak aku yang akan menggantikan margamu menjadi Jeon."

"Itu tidak akan pernah terjadi, Kim Wonwoo."

"Jeon Mingyu. Hahahaha."

Wonwoo tertawa sangat kencang. Dia begitu bahagia. Menggoda Mingyu adalah yang terbaik. Dan mendapatkan pelukan Mingyu adalah segalanya. Mingyu hanya mampu tersenyum dan mengeratkan pelukan pada tubuh kekasihnya. Melihat Wonwoo tertawa seperti ini sudah cukup baginya. Wonwoo itu sederhana dan Mingyu mencintai kesederhanaan Wonwoo. Akhirnya mereka terus saling berpelukan sambil sesekali Wonwoo menggoda kekasih tampannya itu. Setidaknya keluarga Jeon kembali terisi dengan tawa khas seorang Jeon Wonwoo. Di bawah sana, Tuan dan Nyonya Jeon tersenyum mendengar tawa bahagia anak kesayangan mereka. Seuntai doa terucap "Semoga Wonwoo dan Mingyu bisa terus bersama dan berbahagia di sepanjang hidup mereka."

=Tbc/End?=

Sequel LDR akhirnya selesai. Aduh, semoga sesuai dengan harapan kalian ya. Aku tidak tahu ini hanya akan sampai di sini atau akan ada part 2 nya, belum kepikiran. Intinya mah Wonwoo bahagia terus kalau bersama Mingyu.

Thanks buat member Meanie Shipper, kalian yang terbaik, ini selesai karena kalian. Berada diantara kalian benar-benar memberikan banyak inspirasi. Aku mencintai kalian.

Akhir kata, Mind to Review? Ga maksa sih, cuma berharap aja... :*

Balasan Review:

Sailing2000: Wonwoo memang manis banget, kayak madu :3 Makasih ya udah baca ^^

DaeMinJae: Wah sehati sama Wonwoo itu Jae, dia juga nangis hohoho. Makasih ya udah baca ^^

Kureyrey: Mereka ngapain di kamar? Ada deh, Wonn ga boleh tau, rahasianya Meanie itu hehehe. Makasih ya udah baca ^^

BSion: Iya, 3 tahun Bi, lama yak, ketika cinta berbicara jarak itu bukan apa-apa hahaha. Makasih ya udah baca ^^

KimEllin: Ini sequelnya .. semoga suka ^^ Makasih ya udah baca ^^

Leenhosh: Mingyu memang syial banget bikin gregetan. Berani nyubit Wonu ntar diamukin Mingyu lho. Terimakasih, aku suka dunia berlian ini. Makasih ya udah baca ^^

Macchiato119: kepanjangan yah? Itu karena aku terlalu gemes pada dua lelaki tampan ini (read: Mingyu Wonwoo). Silahkan dibaca berkali-kali jika tidak keberatan. Heheheh.. Makasih ya udah baca ^^

Skyblue phoenix: lebbih manis mana dari senyum Wonwoo? Hehe.. Video That XX memang fenomenal banget, panas liat meanie tabrakan kepala dan mata. Makasih ya udah baca ^^

Jungjaegun: iya, nanti meanienya ketemu lama kok, sepanjang hidup malah. Heheh. Makasih ya udah baca ^^

Youngchanl: Mingyu Wonwoo memang sangat keren. 3 tahun bukan apa-apa buat meanie. Makasih ya udah baca ^^

Lala: kayak es krim yang biasa dimakan Wonwoo yah, manis dan meleleh. V" Makasih ya udah baca ^^

Hoshilhouette: Tenang Tam, rate nya masih aman kok. Karena Mingyu memang sangat tau Wonwoo jadinya dia bisa diandalkan disegala kondisi. Sebenarnya itu Mingyu udah ga kuat buat nahan diri. Cuma mau gimana, restu mertua yang paling utama, bisa aja Mingyu nyusul ke Jepang dan merawanin Wonwoo tapi abis itu dia bakal dilempar keluar galaxy sama calon mertua (ayah Wonwoo). Makasih ya udah baca ^^

Tinkuerbxlle: Lebih manisan yang mana dibandingkan Wonwoo? Hayoo jawab. Makasih ya udah baca ^^

Hiibiki kurenai: ini Sequelnya, semoga suka yah.. hahaha. Makasih ya udah baca ^^

SVTvisual: Sekali-kali Mingyu yang ditinggal, Win. Wonwoo emang menggemaskan dan Mingyu memang sweet banget sikapnya, Tapi maaf, Mingyu hanya untuk Wonwoo. Makasih ya udah baca ^^