Gelap.

Tidak ada siapa-siapa disana, semuanya berwarna hitam pekat. Kemudian terdengar langkah kaki yang semakin lama semakin cepat, dia berlari.

Pria itu berhenti, menatap sekelilingnya dan tersenyum cerah ketika menemukan setitik cahaya di ujung sana.

'Aku akan sadar?' tanyanya dalam hati. Dia berlari lagi mendekati cahaya itu, semakin dekat cahaya itu semakin membesar dan menyilaukan mata, namun hal itu tak mematahkan niat sang pria untuk bebas dari kegelapan itu, dia terus berlari dan menembus cahaya terang yang hangat, senyumnya terkembang membayangkan kebebasan yang akan dia terima nanti.

'Aku sadar!'

.

Loving Ghost

Cho Kyuhyun, Lee Sungmin, other cast

Romance, Fantasy

Kyuhyun mengalami kecelakaan hebat hingga dia di rawat dirumah sakit. Secara ajaib jiwa Kyuhyun terpisah dari tubuhnya dan malah berada di rumah Sungmin. Apa reaksi Sungmin saat melihat sesosok roh berada di rumahnya? Apalagi roh itu selalu membawa kesialan saat bersama Sungmin.

All cast belong to God

The story belong to me

Boys Love! Typo(s). Dont like dont read. I've warned you.

Happy reading~!

.

Sungmin terbangun dari tidurnya. Matahari yang masuk dari celah-celah gorden memaksa matanya untuk bangkit. Dengan mengucek matanya Sungmin berjalan mendekati gorden dan membukanya. Segera saja sinar terang benderang menerobos masuk ke dalam kamar yang cukup kecil itu. Sungmin menutup matanya silau, bibirnya bergerak tak jelas menggerutu.

"Kenapa pagi-pagi begini matahari sudah terang begitu?! Mengganggu tidur saja!" gerutu Sungmin. Kakinya melangkah kembali ke kasur berniat melanjutkan tidurnya, namun dia teringat dengan tugas dari dosennya hari ini. Sungmin meraih jam weker dan menatapnya horror.

Pukul 7.45

Tentu saja Sungmin sudah telat. Dia berlari panik menuju kamar mandi, beberapa menit kemudian dia keluar dan kembali berlari panik menuju lemari untuk mencari pakaiannya. Sungmin mengambil asal pakaian itu dan segera mengenakannya, dia meraih arloji dan memasangkan di tangan kiri, lalu meraih kertas-kertas yang berserakan di meja dekat tempat tidurnya, itu tugasnya. Dia memasukan tugasnya kedalam tas lalu berlari keluar kamar.

dirumah itu hanya ada Sungmin sendiian, orang tuanya bekerja di Jepang. Sungmin bersikeras tinggal di Seoul untuk menyelesaikan sekolah, jadilah dia tinggal sendirian di Seoul. Orang tua Sungmin selalu memberikan uang berlebih kepadanya setiap bulan. Ini membuat Sungmin jengah, saking kebanyakan uang, pria manis itu sempat membagi-bagikan uangnya kepada teman-temannya hingga dia dikira stress.

Tidak ada waktu lagi untuk membicarakan uang Sungmin yang dibagikan. Dia mencomot roti di atas meja bekas sarapannya kemarin pagi, jangan tanya kenapa, Sungmin tidak ada waktu lagi membuat sarapan. Dengan mulut yang masih penuh roti, Sungmin meraup air putih segelas penuh sampai habis lalu berlari mengambil sepatunya di rak sepatu dekat pintu belakang.

Prang!

Sungmin terkejut mendengar sebuah suara pecahan dari ruang tamunya. Dengan cepat dia memakai sepatunya lalu berlari ke ruang tamu. Sungmin terbelalak kaget melihat guci kesayangan ibunya pecah berkeping-keping. Sungmin langsung berfikir Sen lah yang memecahkannya, namun dia kembali teringat, Sen baru saja kabur semalam. Jadi siapa yang memecahkannya?

Sungmin memandang berkeliling dengan was was sampai matanya menangkap sosok trasparan sedang terduduk sambil mengaduh-aduh mengelus pantatnya.

"Kau hantu?!" teriak Sungmin panik. Dia mundur beberapa langkah menjauhi sosok transparan tersebut.

Sosok itu mengangkat kepalanya, menatap Sungmin bingung dengan masih mengaduh pelan. Dia beranjak berdiri, kakinya melayang. Dia melayang mendekati Sungmin yang hampir mati ketakutan.

"Aku bukan han—"

"Jangan mendekat!" pekik Sungmin. Dia kembali mundur sampai akhirnya terhenti menabrak tembok. Sungmin benar-benar ketakutan. Padahal semalam dia tidak mimpi buruk amat, tapi kenapa sekarang dia malah bertemu hantu begini?

"Aku bukan hantu!" sosok itu berhenti mendekati Sungmin saat sadar pria manis itu sangat ketakutan, "a-aku ini.. aku hanya jiwa yang terpisah dari tubuhku. Yeah sepertinya begitu.."

Sungmin berfikir apa yang dikatakan teman-temannya bahwa dia stress itu benar. Sungmin mencubit pipinya berkali-kali berharap semuanya hanya mimpi, namun yang Sungmin dapatkan hanyalah sakit karena cubitan.

"Aku serius aku bukan hantu!" sosok itu berseru frustasi saat melihat ekspresi Sungmin yang sangat tidak percaya padanya.

"B-bagaimana bisa kau bukan hantu? Kau melayang! Dan.. dan.. kau transparan!" ujar Sungmin dengan sisa keberaniannya, bibirnya bergetar menahan takut. Matanya sesekali menatap kaki sosok itu yang melayang.

Tampak sosok seperti hantu itu menghela nafas putus asa, "apa aku mengerikan?" terdengar nada frustasi dari pertanyaannya.

Sungmin mengangguk heboh sembari menunjuk kaki yang melayang itu, "itu sangat menakutkan."

Sosok itu kembali menghela nafas, dia menatap Sungmin murung lalu menurunkan kakinya hingga menyentuh lantai, namun sosok itu terlalu menurunkan kakinya hingga kakinya tampak menembus lantai membuat Sungmin terpekik ngeri melihatnya.

"Oke oke, maafkan aku," sosok itu kembali melayang, namun dengan jarak yang lebih dekat dengan lantai.

Sungmin masih terdiam shock. Dia tidak percaya dia bisa melihat hantu, mengapa orang tuanya tidak memberitahunya bahwa dia memiliki indera keenam? Begitulah yang di pikirkan Sungmin.

"Aku.. aku masih tidak percaya.." cicit Sungmin. Dia makin memojok ke tembok, meringsut ketakutan.

"Bagaimana caranya membuatmu percaya?! Sekarang aku tanya, apakah ada hantu setampan diriku?" tanya sosok itu dengan narsisnya.

Sungmin baru menyadari sosok itu begitu tampan. Dengan hidung bangir, mata hazel yang tajam, rambut brunette yang tampak menawan serta bibir tebal yang tampak sexy. Namun Sungmin kembali bergidik ngeri saat melihat kaki sosok itu yang melayang.

"Kau.. kau memang tampan, tapi.. t-tapi.." Sungmin menghentikan ucapannya, dia berfikir apakah sosok ini memiliki perasaan? Dia takut sosok itu akan tersinggung.

Sosok itu menunduk dalam lalu melayang ke arah sofa dan mendudukan dirinya, tidak sepenuhnya duduk sih, dia masih melayang dengan posisi duduk. Sangat ganjil. Sungmin kembali bergidik.

"Aku tersesat disini. Aku hanya ingin minta tolong," ujar sosok itu murung membuat Sungmin sedikit iba. Tanpa sadar Sungmin telah melupakan tugasnya dengan dosen yang sangat garang.

Dengan tetap berada di pinggir tembok, Sungmin bertanya dengan ragu dan hati-hati, "kau.. ingin minta tolong apa?"

"Apa kau bisa membantuku?" tanya sosok itu mengabaikan pertanyaan Sungmin, wajahnya cerah kembali. Dia melayang mendekati Sungmin yang kembali ketakutan.

"Jangan dekat-dekat!" pekik Sungmin takut, "m-maksudku.."

"Aku mengerti," sosok itu berhenti tepat satu meter di depan Sungmin, "jadi, apa kau bisa membantuku?"

"Membantu bagaimana?!" tanya Sungmin kesal. Tampaknya dia sudah tak takut lagi pada sosok tampan itu.

"Tolong carikan dimana tubuhku berada."

Sungmin sedikit terkejut saat mendengar permintaan sosok itu, "bagaimana caranya?!"

Sosok itu mengangkat bahu acuh, dia menatap berkeliling pada ruang tamu Sungmin, "kau cari di rumah sakit pasien bernama Cho Kyuhyun. Itu aku."

"Tapi rumah sakit mana?!" Sungmin kembali bertanya dengan kesal. Dia sedikit menghentakan kakinya.

"Mana aku tahu! Aku tidak tahu apa-apa! Aku kecelakaan hebat dan tiba-tiba setelah itu aku berada di ruangan yang sangat gelap, sangat gelap! Sampai aku melihat setitik cahaya, aku mendekatinya dan..." sosok yang mengatakan dirinya Cho Kyuhyun itu memandang Sungmin garang berniat menakutinya, namun tampaknya Sungmin sudah tak takut lagi.

"Dan apa?!" kembali Sungmin membentak membuat Kyuhyun kembali menghela nafas.

"Dan aku langsung berada disini. Tepatnya di dalam guci yang pecah itu," tunjuk Kyuhyun pada guci yang pecah berkeping-keping dengan pandangan merasa bersalah, "maafkan aku.. kurasa itu guci mahal."

Sungmin teringat dengan guci itu. Itu adalah guci kesayangan ibunya. Ibunya sangat merawar guci tersebut. Sungmin sangat ingat saat ibunya akan pergi ke Jepang dia menitipkan guci itu kepada anaknya, kini bayangan ibunya yang sangat kecewa melintas di benak Sungmin membuat pria itu ingin menangis histeris.

"Kau bodoh!" alih-alih menangis Sungmin malah berteriak pada Kyuhyun dan maju berniat mencekiknya, namun tangannya menembus leher Kyuhyun. Sungmin geram.

"Kau tahu itu guci kesayangan ibuku!" bentak Sungmin sekali lagi, dia mencoba mencabik-cabik wajah transparan Kyuhyun namun tak berhasil. Dia seolah mencabik udara.

"Bisa mati aku jika ibu tahu.." akhirnya Sungmin terduduk lemas. Dia memeluk lututnya cemas, Sungmin sangat menyayangi sang ibu, tak terpikirkan pria itu akan mengecewakan ibunya.

Kyuhyun tampak sangat merasa bersalah. Secara tiba-tiba tubuhbya menjadi sedikit padat, namun tetap transparan. Dengan hati-hati Kyuhyun menyentuh bahu Sungmin untuk menenangkannya. Alih-alih tenang Sungmin malah memekik histeris, dia kembali takut pada sosok Kyuhyun.

"Bagaimana bisa kau menyentuhku?!" pekik Sungmin.

"Maafkan aku membuatmu takut, aku hanya ingin menenangkanmu," jelas Kyuhyun salah tingkah

"Dasar hantu bodoh," desis Sungmin kesal.

"Sudah kukatakan aku bukan hantu!" seru Kyuhyun tak terima, "aku belum mati tau!"

"Aku akan terus menganggapmu hantu!" teriak Sungmin kesal. Tanpa memperdulikan pecahan guci, Sungmin mengambil tasnya dan berlari keluar rumah mengabaikan teriakan Kyuhyun yang memanggilnya 'gembul'.

"Enak saja dia memanggilku gembul! Dasar hantu tidak tahu diri!" gerutu Sungmin kesal saat dia telah berada di dalam taksi menuju ke kampusnya. Sungmin membuka tasnya dan mencari-cari handphone, namun dia teringat sesuatu saat tangannya menyentuh kertas-kertas yang telah disusun. Tangannya bergetar hebat saat mengambil kertas itu keluar dari tas, Sungmin memandang kertas itu dengan ketakutan yang luar biasa. Dia belum mengumpul tugasnya.

Sungmin tidak berani melihat jam berapa sekarang, jadi dia berniat menanyakan pada supir taksi dengan terbata, "j-jam berapa sekarang, pak?"

"Sudah hampir jam sembilan," jawab sopir.

Sungmin seakan kehabisan nafas mendengarnya. Dia sangat yakin dia akan mati saat mengumpulkan tugas nanti, "b-baiklah terimakasih.."

Supir taksi mengangguk bingung melihat Sungmin yang tampak ketakutan, sesampainya di kampuspun Sungmin masih sangat ketakutan. Ketakutan Sungmin bertambah saat dia menyadari dia sedang berjalan menuju ruangan dosennya.

Tanpa di duga pria manis itu telah berada didepan ruangan dosen sangar yang paling ditakuti semua mahasiswa. Dengan gemetar hebat Sungmin mengetuk daun pintu sembari menunggu sahutan dosennya dari dalam.

"Masuk."

Setelah mendengar dosennya mengizinkan masuk, Sungmin segera masuk dengan ketakutan. Dia menunduk dalam sampai di depan meja kerja dosennya yang bertumpuk tugas.

"Dari mana saja, Sungmin?" suara dingin dosennya terdengar begitu jelas di telinga Sungmin, sangat menusuk.

"M-maafkan saya tidak mengikuti kelas anda, pak. S-saya sangat menyesal," cicit Sungmin berharap dosen botak itu berbaik hati hari ini, "s-saya kesini untuk mengumpulkan tugas saya."

"Berikan tugasmu," lengan dosennya terjulur meminta tugas Sungmin. Dengan cepat Sungmin memberikannya dan kembali menunduk. Dosen mengambilnya lalu memeriksa tugas itu.

"Cukup baik," ujar dosennya santai membuat Sungmin sedikit bernafas lega, "tapi kau harus membuatnya lagi sebanyak tiga kali lipat."

Sungmin terbelalak mendengarnya, rasanya dia ingin menangis darah saat itu juga, "a-apa pak? t-tiga kali lipat?"

Dosen Sungmin mengangguk santai, dia meletakan tugas Sungmin diatas tumpukan kertas lain, "itu hukuman untukmu karena telat mengumpulkan tugas. Kau mengerti?"

"Tapi pak..."

"Jika kau tidak keluar sekarang aku akan menambahnya menjadi enam kali lipat."

Sungmin tahu dosennya itu tidak pernah bercanda soal tugas, jadi Sungmin dengan segera mengangguk patuh. Lebih baik mengerjakan tiga kali lipat dari pada enam.

Sungmin keluar dari ruangan dosennya dengan lesu. Dalam hati dia sangat mengutuk Kyuhyun yang membuatnya telat begini.

"Hantu sialan!" cacian terus keluar dari mulut Sungmin, "semoga saja dia tidak kembali kepada tubuhnya! Biar saja dia koma terus menerus! Menyebalkan!"

"Kalau aku tidak kembali ke tubuhku, aku akan terus menghantuimu loh."

Sungmin hampir terjengkang ke belakang saat Kyuhyun tiba-tibs muncul di depannya.

"Pergi!" Sungmin berdesis dari ujung bibirnya agar tidak ada orang yang medengar, jika ada yang mendengar, gosip bahwa Sungmin itu stress pasti menguat.

"Tidak akan. Aku akan menghantuimu sampai kau membantuku," ujar Kyuhyun keras kepala. Dia melayang-layang pelan di depan Sungmin membuatnya jengah.

"Jangan harap!" desis Sungmin lagi, "sori saja membantu hantu menyebalkan sepertimu!"

"Sudah kukatakan aku bukan..."

"Sungmin!"

Ucapan Kyuhyun terhenti saat seseorang memotongnya memanggil Sungmin. Sungmin menoleh dan mendapati Donghae sedang berjalan ke arahnya. Senyum lebar merekah di wajah Sungmin, dia sangat berterimakasih pada pujaan hatinya yang telah menyelamatkan dirinya.

"Donghae?" Sungmin mendekati Donghae dengan senyum yang masih merekah.

"Mau ke kantin bareng?" ajak Donghae pada Sungmin, senyum tipis tercetak di wajah tampannya.

Sungmin mengangguk antusias, "tentu aku mau!"

"Kalau begitu ayo," Donghae menarik tangan Sungmin dengan lembut membuat pria manis itu merona. Sungmin menoleh ke belakang untuk memastikan Kyuhyun tidak mengikuti mereka, tapi Kyuhyun sudah tidak ada disana membuat Sungmin bernafas lega.

Lee Donghae adalah salah satu pria populer di kampus. Dia memiliki wajah yang begitu tampan, membuat siapa saja terpesona termasuk Sungmin. Sungmin sudah menyukai Donghae sejak pertama bertemu, mereka cukup dekat namun belum ada lampu hijau untuk Sungmin agar bisa mendapatkan Donghae.

"Mianhae aku hanya membelikan kimchi," ujar Donghae setelah mendudukan diri di hadapan Sungmin, dia meletakan nampan berisi dua piring kimchi dan dua gelas jus jeruk. Mereka sudah berada di kantin.

"Tidak apa-apa, aku suka kimchi," ujar Sungmin, dia mengambil piring dan sumpitnya lalu mulai makan.

Donghae hanya tersenyum melihat tingkah pria manis di depannya kemudian dia melanjutkan memakan makanannya.

Selama makan, tidak ada yang berbicara. Mereka berdua sibuk makan dan asik dengan pikiran sendiri-sendiri.

"Apa minggu nanti kau ada acara?" tanya Donghae setelah mereka menyelesaikan makannya.

Sungmin mengelap bibirnya dengan tisu lalu menggeleng semangat, "tidak ada acara, memang kenapa?"

Donghae kembali tersenyum membuat Sungmin benar-benar ingin pingsan rasanya, "boleh aku mengajakmu... umm.. kencan?"

Mata Sungmin hampir jatuh saking kagetnya mendengar ajakan Donghae. Beberapa kali dia menarik-narik telinganya, siapa tahu pendengarannya bermasalah, "m-maaf?"

"Aku ingin kita kencan hari minggu nanti," ujar Donghae, senyum masih terkembang di wajahnya.

Sungmin merasa dunia benar-benar indah. Ingin rasanya pria manis itu memeluk Donghae erat, tapi tentu saja itu akan langsung membuat Donghae ilfil. Segera saja Sungmin mengangguk sok anggun dengan senyum cerahnya, "tentu saja aku mau."

"Baiklah, kalau begitu hari minggu jam delapan pagi aku akan menjemputmu," kata Donghae sembari mengelap bibirnya dengan tisu.

"Oke.. umm.. aku permisi ke toilet sebentar."

Sungmin segera ke toilet saat Donghae mengizinkannya. Seperti yang di duga, dia jingkrak-jingkrak tak jelas setelah berada di dalam toilet.

"Akhirnya!" kepalan Sungmin meninju udara.

"Akhirnya aku bisa berkencan dengan Donghae!" ujar Sungmin semangat. Dia memandang berkeliling memastikan tidak ada siapa-siapa disana, kemudian kembali jingkrak-jingkrak setelah tahu tidak ada orang. Namun Sungmin salah, Kyuhyun tengah mengintipnya dari dalam bilik kamar mandi di toilet dengan senyum licik, kemudian sosok transparan itu melayang melewati Sungmin keluar toilet.

"Kenapa tiba-tiba aku merasa hawa dingin ya?" ujar Sungmin tiba-tiba, dia mengelus tengkuknya dan memandang toilet dengan horor.

Tak lama setelah itu Sungmin keluar dari toilet, dia mengira mungkin di toilet itu juga ada hantu sebangsa Kyuhyun yang akan menyusahkannya.

.

Kyuhyun merasa benar-benar jengkel melihat Sungmin yang mengabaikannya hanya karena Donghae mengajak makan bersama. Dia sedari tadi mengintip mereka dari balik counter kantin dengan cemberut, sampai dia melihat Sungmin yang berjalan ke arah toilet, Kyuhyun mengikutinya.

"Ikan amis itu akan mengajak Sungmin berkencan?!" gumam Kyuhyun semakin jengkel. Dia harus melakukan sesuatu agar acara kencan itu batal, dan senyum licik pun tercetak di wajah transparan Kyuhyun. Dia segera melayang melewati Sungmin menembus daun pintu toilet.

Di luar dia mencari-cari Donghae, pria yang menurutnya berwajah ikan amis. Kyuhyun ingin tertawa membayangkan bagaimana reaksi Donghae saat dia jahili.

Kyuhyun mendekati meja Donghae lalu mengambil botol saus secara diam-diam, Kyuhyun memandang berkeliling memastikan tidak ada yang melihat botol saus itu melayang, bisa heboh kantin jika melihatsebuah botol saus melayang sendiri tanpa ada yang memegangnya.

Kyuhyun membuka dengan hati-hati botol tersebut, hampir menuangkannya ke baju bagian belakang Donghae sebelum dia melihat Sungmin yang tak jauh dari sana tampak terkejut. Kyuhyun tahu Sungmin pasti melihatnya akan menumpahkan saus ke baju Donghae. Kyuhyun menyeringai lebar.

Dengan panik Sungmin mendekat secara hati-hati, matanya memandang Kyuhyun penuh dendam. Setelah dalam posisi aman, tangan Sungmin terjulur ingin mengambil botol tersebut sebelum Kyuhyun...

Terlambat.

Saus itu tumpah begitu saja di baju Donghae, Kyuhyun segera menyerahkan botol saus Sungmin yang tampak sangat shock lalu melayang pergi sambil tertawa-tawa.

Donghae segera berdiri saat merasakan punggungnya basah, dia berbalik dan menatap Sungmin yang memegang botol saus, "kau menumpahkan saus itu ke punggungku?"

Sungmin berjengit kaget saat mendengar suara Donghae yang dingin, Sungmin tahu Donghae marah. Sungmin menunduk dalam, "maaf.. a-aku.. aku tak sengaja.."

Seluruh kantin sekarang memandang mereka penasaran. Dengan melihat baju Donghae yang berlumuran saus dan botol saus yang di pegang Sungmin, mereka sudah dapat menyimpulkan apa yang terjadi.

"Bagaimana bisa kau tidak sengaja?!" Donghae melepas baju kemejanya memperlihatkan tubuhnya yang atletis, para perempuan berseru kaget bercampur genit. Donghae melemparkan kemejanya kearah Sungmin yang makin menunduk dalam.

"Aku pikir kau menyenangkan, tapi ternyata..." Donghae menghela nafas, "cuci bajuku yang itu lalu kembalikan besok. Acara hari minggu nanti batal."

Rasanya Sungmin sangat ingin menangis, baru tadi merasa menyentuh surga, tapi sekarang rasanya Sungmin dijatuhkan ke dalam neraka paling dalam. Sungmin meremas kemeja Donghae, matanya sudah berkaca-kaca.

"Hey Sungmin, ternyata kau benar-benar sudah stress ya?" ujar segerombolan perempuan yang menganggap diri mereka fans Donghae.

Sungmin tak menghiraukannya hingga perempuan-perempuan itu berjalan melewatinya. Ini semua gara-gara Kyuhyun, batin Sungmin. Matanya berkilat marah.

"Mati kau Kyuhyun," desis Sungmin menyeramkan, "dasar hantu gila!"

Setelahnya Sungmin berlari keluar kantin masih dengan mata yang berkaca-kaca.

.

Sungmin membuka pintu rumahnya dengan kasar. Dilemparkannya tas dengan asal ke atas sofa, lalu berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum, tetapi langkah Sungmin terhenti. Matanya memandang berkeliling dengan was-was, tidak ada lagi bekas pecahan guci dan serpihan beling, mendadak Sungmin kembali cemas. Hantu itu masih dirumah ini, pikirnya.

"Kau sudah pulang?" terdengar suara yang menurut Sungmin sangat menyebalkan dari belakang, Sungmin berbalik dan sangat terkejut melihat Kyuhyun yang melayang nyengir dengan kedua tangan yang memegang sapu.

"Bagaimana bisa kau memegang benda?!" raung Sungmin. Dia mendekati Kyuhyun dengan tampang hendak membunuhnya, "kau kan hantu gila!"

"Sudah kukatakan aku bukan hantu!" seru Kyuhyun masih tak terima. Dia meletakan sapu lalu tubuhnya secara ajaib berubah menjadi lebih transparan.

"Kau..." desis Sungmin menyeramkan, "telah menghancurkan semuanya..."

Kyuhyun sadar dia sudah keterlaluan, jadi dia memutuskan melayang mendekati Sungmin, "m-maaf, aku tak bermaksud."

"Kau memecahkan guci kesayangan orang tuaku, lalu membuatku telat, dan... KAU MEMBUATKU GAGAL BERKENCAN DENGAN DONGHAE!" teriak Sungmin, nafasnya tersengal memandang Kyuhyun yang tampak merasa tak bersalah saat Sungmin membahas Donghae.

"Kau tahu, aku tidak terlalu suka pada pria ikan itu," ujar Kyuhyun masih merasa tak bersalah, "dia itu tampaknya pengganggu."

"Beraninya kau..." desis Sungmin, dia sudah benar-benar marah pada hantu yang menurutnya gila itu.

"Baiklah baiklah aku tahu aku salah," sela Kyuhyun akhirnya. Dia menunduk, "aku sudah membersihkan rumahmu. Lihat kan? Sangat bersih."

"Aku tidak butuh semua itu," Sungmin masih berdesis marah.

"Maafkan aku, Sungmin. Aku hanya ingin kau membantuku," ujar Kyuhyun memohon. Dia melayang mendekati Sungmin.

"Bagaimana bisa aku membantumu jika kau seperti ini?!" entah sudah berapa Sungmin membentak Kyuhyun hari ini, dia tampak lelah.

"Jika kau tidak membantuku maka aku akan terus seperti ini," ujar Kyuhyun mengancam.

Sungmin menghela nafas dalam. Dia tampak mempertimbangkan sesuatu, kemudian mengangkat wajahnya menatap Kyuhyun sedikit curiga, "aku akan mencari rumah sakit tempat kau dirawat. Setelah menemukannya dan kau kembali ke tubuhmu jangan pernah temui aku lagi."

"Setelah sadar aku harus menemuimu, aku harus mengganti guci yang pecah itu," ujar Kyuhyun agak canggung, "dan kita akan menjadi teman."

Sungmin mendudukan dirinya di sofa dengan gelisah, "jika ibu tahu soal guci itu.. bisa mati aku."

"Untuk saat ini jangan beritahu ibumu," ujar Kyuhyun sembari ikut mendudukan tubuh transparannya di sofa, masih melayang, "memangnya beli dimana sih?"

Sungmin menatap Kyuhyun tajam. Dia masih marah pada Kyuhyun, "asal kau tahu, ibuku membelinya di Spanyol."

"Spanyol? Oh. Aku sering kesana untuk mengurus cabang perusahaanku yang ada disana. Mudah untuk menggantinya," ujar Kyuhyun santai.

Sungmin memandang Kyuhyun ngeri, segitu hebatnya dia? "Kau punya perusahaan?" tanya Sungmin hati-hati.

"Yeah aku CEO utama di Cho Corp," ujar Kyuhyun sembari mengangguk sok penting.

"Lalu kau pasti sudah tua," tebak Sungmin. Dia sedikit ragu pada tebakannya karena wajah Kyuhyun tidak ada tanda-tanda menua.

"Hey, umurku masih 25!" seru Kyuhyun tak terima, wajahnya cemberut.

Sungmin terbelalak. Dia tak percaya di umur Kyuhyun yang masih terbilang muda dia sudah menjadi CEO perusahaan, "pasti kau berbohong!" tuduh Sungmin tidak percaya.

"Tentu tidak! Jika kau tidak percaya, kau bisa datang ke kantorku nanti setelah aku sadar," ujar Kyuhyun, "ngomong-ngomong berapa umurmu?"

"Aku masih 20," jawab Sungmin. Dia berdiri beranjak ke dapur.

"Kau mau kemana?" Kyuhyun melayang mengikutinya dari belakang.

"Ke dapur. Aku ingin memasak," jawab Sungmin sekenanya. Dia mengambil bahan-bahan di dalam kulkas lalu meletakannya di atas meja makan.

Kyuhyun berjengit ngeri menatap semua bahan yang di ambil Sungmin, semuanya adalah sayur dan Kyuhyun membenci sayur.

"Aku tak suka sayur! Jangan masakan aku sayur!"

Sungmin memandang Kyuhyun aneh. Dia menggelengkan kepalanya heran dan mulai memotong wortel, "siapa yang akan memasak untukmu? Aku menasak untuk diriku sendiri. Lagipula apa kau bisa makan?"

Kyuhyun menepuk jidat, tampaknya dia lupa diri. Dia kembali melayang dan duduk di kursi tak jauh dari Sungmin, "kau benar. Aku tak bisa memakan. Haah.. aku rindu makanan kesukaanku."

Sungmin sedikit iba pada Kyuhyun, dia memandang Kyuhyun dengan agak ragu dan berkata,

"Kyuhyun, aku... akan membantumu."

Kyuhyun terlonjak, dia menatap Sungmin penuh terima kasih, "benarkah?"

"Yeah.. jadi kita akan mulai mencari besok. Hah.. rasanya aku benar-benar sudah gila," keluh Sungmin. Dia melanjutkan memasak tanpa menghiraukan Kyuhyun yang terus mengoceh menceritakan perusahaannya.

.

Terdengar bunyi benturan antara meja dan setumpuk kertas. Sungmin baru saja selesai makan malam dan sekarang dia berniat untuk mulai mengerjakan kembali tugas yang diberikan oleh dosen botak.

"Mau apa kau?" tanya Kyuhyun sembari menatap tumpukan kertas di atas meja.

"Mengerjakan tugas," jawab Sungmin singkat. Dia mulai sibuk mengetik di laptopnya.

"Aku teringat, jam segini biasanya aku masih bekerja di kamar kerja," curhat Kyuhyun masih dengan ocehan seputar kehidupannya.

"Bisakah kau diam? Aku butuh konsentrasi tanpa gangguan siapapun," ujar Sungmin sembari menatap Kyuhyun tajam.

Kyuhyun mengangkat bahu acuh. Dia membuka mulut hendak bercerita kembali namun kembali menutupnya karena melihat tatapan mengerikan dari Sungmin.

"Oke oke aku berhenti. Aku akan menunggu disini sampai kau selesai," ujar Kyuhyun menyerah. Dia menatap tugas Sungmin di monitor laptop.

"Kau tidur saja, aku akan lama," suruh Sungmin, jarinya masih sibuk mengetik tugas.

"Aku tak tahu apakah aku bisa tidur. Tapi aku akan coba," Kyuhyun berbaring di lantai dengan sedikit melayang lalu memejamkan matanya.

Sungmin terkikik geli melihatnya, dia kembali fokus pada laptopnya saat Kyuhyun menatapnya kesal. Tak lama kemudian Kyuhyun bangkit dan mendesah frustasi.

"Aku benar-benar tidak bisa tidur!"

"Kalau begitu temani aku saja," gumam Sungmin.

"Baiklah," Kyuhyun melayang dan duduk di sebelah Sungmin.

Tanpa sadar Kyuhyun memandang Sungmin begitu lama hingga yang dipandang merasa tak nyaman.

"Apa?" tanya Sungmin sedikit salah tingkah.

Kyuhyun menggeleng singkat dan tersenyum, "kau tidak marah padaku, kan?"

"Tadinya sih iya, tapi sekarang masih sedikit," ujar Sungmin acuh. Dia masih sibuk mengerjakan tugasnya.

"Aku tahu kau tidak marah padaku," ujar Kyuhyun percaya diri membuat Sungmin memutar mata malas.

"Terserah kau saja."

"Baiklah kalau begitu. Aku ingin berkeliling sebentar. Nikmati tugasmu," ujar Kyuhyun sembari melayang keluar kamar Sungmin menembus tembok.

"Hati-hati!" Sungmin geli sendiri dengan perkataannya. Apa yang harus dicemaskan oleh hantu Kyuhyun? Mungkin Sungmin berfikir Kyuhyun akan bertemu hantu yang lebih menyeramkan dari dirinya dan lari ngibrit.

"Dia itu hantu. Tapi masih saja menyangkal. Siapa tahu dia sudah mati di kecelakaan itu dan tidak sadar dia telah mati. Ada-ada saja."

Dan sepertinya kemarahan Sungmin kepada Kyuhyun telah sirna.

.

To Be Continued or Delete?

.

Yaaayyy saya kembali bawa fanfic baru. Ada yang suka fanfic ini? Ada yang mau fanfic ini lanjut? Kalo gitu revieww yaaa ^^

Oke sampai ketemuuu di chapter berikutnya.