The Bible Of Voodoo.

Pair: HunHan.

Main Cast: Luhan, Byun Baekhyun, Oh Sehun and other. (Seiring bertambahnya chap, tokoh juga akan bertambah)

This is BoyXBoy, Yaoi, Mistery-Horror-Supranatural.

Ret: M

Warning: Typo bertebaran dimana-mana, Bhs tidak baku, cerita gaje, OOC. Jangan membaca ini kala malam hari.

Summary:

Luhan dan Baekhyun adalah saudara kandung yang harus pindah ke desa tempat kakek dan neneknya tinggal. Tapi kejadian aneh perlahan muncul dan mengusik kehidupan mereka. Hidup mereka berubah kala menemukan kucing misterius yang mereka selamatkan ditambah kejadian mistis yang mereka alami ada kaitannya dengan masalalu sang mama. APA YANG SEBENARNYA TERJADI? IKUTI KISAHNYA DIBAWAH INI.

FF ini terinspirasi dari anime Ghost at School tapi alurnya mungkin akan sedikit berbeda, namun ada bagian dimana aku mengambil dari anime tersebut, dan FFku ini pure milikku, dan tokoh-tokoh yang ada disini milik keluarga mereka dan Tuhan YME.

... ... ... ... ... ...

Luhan pov.

Hari ini aku dan adikku Baekhyun pindah kerumah nenek yang ada di daerah pegunungan, tempatnya jauh dari kota. Suasana yang nyaman dekat dengan alam sungguh memanjakan mata. Bentangan pohon hijau tampak dimata bagai karpet berwarna senada serta awan cerah terlihat biru membentang. Baru pertama kali ini aku merasakan udara yang segar, bersih sertasejuk membuat semua saraf seakan rileks.

"Hyung, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan nenek.." Tanya adikku —Baekhyun. Saat ini kami tengah berada didalam mobil, itu berarti rumah nenek belum sampai.

"Bersabarlah sebentar lagi.. rumah nenek kira-kira masih 1 jam lagi dari sini." Jawabku tanpa memandang Baekhyun karna aku masih asik melihat pemandangan luar dari kaca jendela mobil.

"Huff... hah... satu jam lagi ya.. lumayan sih hyung." Jawabnya.

Kulihat wajahnya membrengut tak suka. Aku ingat kala kami waktu kecil dulu. Kira-kira usiaku masih 7 tahun dan Baekhyun adikku berusia 5 tahun. Selisih kami hanya terpaut 2 tahun, waktu itu papa dan mama mengajak kami kesini dan Baekhyun orang pertama yang berhasil merayu kakek dan nenek, Baekhyun memiliki daya pikat yang kuat, ia dengan manja disertai merajuk meminta ini dan itu kepada kakak dan nenek. Berbeda dengan diriku, aku termasuk hyung yang terbilang galak. Bukan galak tapi tegas, jarak usia kami hanya 2 tahun tetapi seperti memiliki selisih yang banyak dilihat dari tingkat kedewasaan kami berdua.

"Hyung, aku ingin makan stroberry dari kebun nenek... aku dengar musim ini mereka panen raya." Katanya.

"Baiklah.. kalau sudah sampai disana kau bisa meminta pada kakek dan nenek. Tapi ingat jangan berlebihan, aku tak ingin kau sakit." Ucapku padanya dan dia hanya membalas senyuman ala iklan pasta gigi melihatnya nyengir seperti itu aku memutar bola mataku malas.

"Hyung-hyung... tersenyumlah... jangan memasang wajah angker seperti ini.." Godanya membuat wajahnya sedingin es. Aku hanya mendengus "Berisik kau Baek, tidak lucu." Jawabku dingin.

"Hyung, dengar ya... jika kau ingin memiliki kekasih. Kau harus ramah jangan judes seperti itu, yang ada orang-orang akan lari hyung.." Aku langsung menatap wajahnya. "Maksudmu aku harus berlagak seperti uke-uke, menjijikan seperti pada umumnya, begitu?! Dengar ya Baek, aku ini manly, aku pria tulen dan jika aku jatuh pada pria, tak akan kubiarkan aku menjadi Uke. Aku akan menjadi Seme, camkan itu. Bahkan aku telah melatih diriku dengan latihan yang keras agar aku tidak dipandang rendah." Kataku mengegebu-gebu."

"Ara, araseo... kita lihat saja nanti siapa yang akan kalah. Wajahmu itu cocoknya jadi uke... bukan jadi seme hyung." Cibir Baekhyun.

"Sialan kau Baek."

Normal pov.

Luhan dan Baekhyun tiba di rumah kakek dan neneknya. Ternyata keduanya telah menunggu kedatangan cucu mereka yang nantinya akan tinggal disini. Karna papa mereka ingin Luhan dan Baekhyun lebih mengenal kampung halaman mamanya. Ditambah tuan Xi salah satu orang yang sibuk. Ia tak bisa mengontrol langsung polah tingkah kedua anaknya ini, oleh sebab itu mereka dititipkan disini. Setidaknya jika hidup didesa mereka bisa belajar saling menghargai dan lebih mencintai alam, lingkungan yang kian rusak oleh tangan-tangan manusia itu sendiri.

Ditambah tuan Xi ingin mengubah anak sulungnya —Luhan agar lebih peduli dengan sekitar. Ia melihat jika Luhan terbilang dingin, bahkan tuan Xi hampir jarang melihat Luhan tersenyum tulus. Senyuman Luhan terkesan dipaksaan. Sebenarnya jika ditelisik, kedua putranya lebih condong ke ibunya, Lee Yoona yang telah meninggal. Yoona meninggal 5 tahun yang lalu karna penyakit yang ia derita selama ini. Dan karna kepergian Yoona, tuan Xi dan kedua anaknya sangat kehilangan khususnya Baekhyun karna si bungsu sangat manja dengan mamanya itu.

"Aigoo... cucu-cucu nenek telah datang.. lama tak berjumpa kalian sudah besar ya... nenek tebak yang memakai eyeliner dimatanya pasti Baekhyun, iyakan?" Dan dengan senyum Baekhyun mengangguk jika jawaban sang nenek tepat sekali. "Yup! Tepat sekali nek..." Iapun berhambur memeluk sang nenek. Sedangkan sang kakek melihat cucunya Luhan yang berwajah datar namun memiliki wajah yang ayu, membuatnya bertanya-tanya jenis gender Luhan.

"Lu, kau tidak ingin menyapa kami..." Tanya sang Kakek.

"Annyeonghaseo..." Ucapnya seraya membungkukan badan, tanda penghormatan.

"Ayo Kalian masuk dulu, kalian pasti sangat lelah... " Ajak sang nenek masuk.

"NE...!" Jawab Baekhyun semangat.

Sang kakek melihat mereka berdua (Luhan dan Baekhyun) tersenyum kecil. Satunya agresif, ceria, penuh semangat, satunya lagi, tenang, kalem, pendiam, bahkan irit bicara tapi memancarkan keanggunan.

Salah satu maid dirumah ini mengantarkan Luhan dan Baekhyun menuju kamar mereka. Jangan bayangkan jika kediaman kakek dan nenek Luhan biasa. Rumah ini tergolong besar, dan masih menggunakan konsep tradisional.

Kakek dan nenek mereka dianggap penduduk desa disini sebagai tetua, karna dianggap paling bijaksana, dewasa dan yang dituakan. Tidak hanya itu saja, kakek dan nenek Lee sangat baik dan royal kepada masyarakat setempat.

.

.

"Ini kamar tuan-tuan sekalian." Kata maid yang mengantarkan mereka.

"Terimakasih banyak, maaf merepotkan..." Balas Baekhyun sedangkan Luhan hanya diam saja tak menjawab. Baekhyun menyenggol Luhan, yang disenggol menatap galak kearahnya.

"Hn.. kau pergilah." Suruh Luhan kepada maid ini. Si maid mengerti, ia membungkuk lalu pergi dari sana.

"Hyung! Bisa tidak kau lembut sedikit dengan wanita. Jangan dingin dan galak begitu." Kesal Baekhyun.

"Berisik! Aku lelah ingin tidur. BLAM!" Luhan dengan kasar membanting pintu kamarnya sampai Baekhyun menjengkit —kaget. Benar-benar hyungnya ini. "Sabar Baek, sabar... rusa satu itu kadang tidak waras." Monolog Baekhyun lalu dia masuk kekamarnya.

.

.

.

.

.

Jam makan malam tiba, sang nenek menyuruh mereka keluar dari kamar masing-masing untuk makan bersama. Mereka berdua keluar dan mengikuti sang nenek menuju ruang makan. Rumah kakek dan nenek BaekHan tidaklah tingkat. Bangunannya seperti bangunan tradisional zaman joseon.

Sendok dan piring saling beradu, tak ada yang mengeluarkan suara masing-masing semua terdiam. Suasana ruang makan saat ini tampak hening, yang terdengar hanyalah sendok dan piring saling beradu. Inilah tradisi keluarga mereka, jika makan haruslah diam jangan mengeluarkan suara sedikitpun hanya suara alat makan yang terdengar. Jika ingin bicara tunggu sampai semua selesai tak baik makan sambil bicara, takut tersedak.

Setelah semua telah selesai dan para pelayan telah membereskan piring serta gelas yang kotor bekas mereka makan, sang kakek angkat bicara.

"Aku sudah mendaftakan kalian disekolah yang bagus dikota ini. Walaupun kota ini kecil tapi sekolah itu termasuk sekolah yang bagus dan juga sekolah tempat mamamu menimba ilmu dulu."

"Mwo! Mama dulu sekolah disana?" Tanya Baekhyun antusias.

"Iya, mamamu dulunya sekolah disana. Nenek jadi ingat, sewaktu mamamu remaja seusia kalian. Mamamu itu sangat cantik, matanya seperti mata hyungmu, mata rusa. Tidak beda jauh kala telah memiliki kalian." Puji sang nenek.

"Mama memang cantik." Saut Luhan tiba-tiba dan semua orang yang ada disana menatap Luhan..

"Wae, aku tidak salah kan.." Ucap Luhan sambil menatap kakek, nenek dan juga Baekhyun. "Hah.. sudahlah, aku ingin kekamar." Lanjutnya, tanpa memperdulikan mereka lagi. Sebenarnya semua yang ada disana terkejut pasalnya Luhan yang irit bicara pada akhirnya mau membuka mulutnya bahkan menyaut pembicaraan mereka. Tanpa Luhan tahu bahwa mereka semua tersenyum.

Didalam kamar Luhan berguling-guling di atas ranjang. Kamar ini semua desainnya terbuat dari kayu. "Kira-kira rumah ini berapa tahun umurnya, ya? Apa rumah ini turun temurun?" Batinnya. "Hoam... rasanya aku ngantuk sekali, kasur ini lumayan juga." Monolognya dan tak lama ia telah masuk kealam mimpi.

.

.

.

.

Suara kokokan ayam dan juga kicauan burung terdengar dari kamar Luhan. Sinar matahari masuk dari celah jendela kamarnya. Ia bergerak-gerak layaknya bayi bangun tidur. Diucek-ucek matanya mengilangkan sisa belek dikedua matanya. Ia lalu mengerjab-ngerjab matanya imut. Pandangannya ia bawa menuju jam yang tergeletak dimeja nakas samping ranjang.

Pukul tujuh, kurang lebih setengah jam lagi sekolahnya akan masuk. Luhan bangun dari tempat tidurnya, berjalan menuju kamar mandi yang ada dikamar ini.

Kira-kira 5 menit ia telah selesai dengan handuk tersampir menutupi area bawahnya. Ia melihat setelan seragam sudah tersedia di atas tempat tidur. Luhan menduga jika salah satu pelayan rumah ini yang menyiapkannya tanpa basa-basi ia segera memakainya.

Setelah semuanya rapi, dan penampilan telah oke, ia pun keluar kamar. Dilihatnya Baekhyun sang adik juga sudah rapi bahkan ia tengah sarapan roti yang disediakan oleh pelayan rumah ini.

"Hyung kemarilah, sarapan." Panggil Baekhyun dan Luhan hanya menganggukan kepala tanda setuju.

Ia lalu berjalan menuju sang adik, setelah sampai meja makan ia duduk dikursi lalu memakan hidangan yang sudah disiapkan diatas piring dan iapun memakan roti bakar selai stroberry ditambah segelas susu cokelat hangat.

"Hms... enak." Ucap Luhan disela-sela makannya.

.

.

.

.

Ternyata jarak rumah dengan sekolah mereka tidak begitu jauh, jaraknya kira-kira 100 M dari rumah.

Ia dan Baekhyun berjalan menyusuri sawah yang ada di kanan dan kiri mereka, ditambah hari masih pagi dan udara masih segar.

"Annyeonghaseo..." Sapa orang-orang yang mereka temui, ia serta Baekhyun balik menyapa mereka. Ternyata tidak hanya mereka saja, banyak siswa dan siswi berangkat sekolah melewati area persawahan ini. Keduanya melihat jika mereka bersekolah disekolah yang sama dengannya terbukti dari sekolah yang mereka kenakan sama dengannya.

Ia dan Baekhyun tiba di sekolah kurang lebih 15 menit. Baekhyun masuk kekelas X-1 sedangkan Luhan XI-5.

Banyak siswa dan siswi memperhatikannya, tapi Luhan seakan tak peduli dengan tatapan mereka. Dengan langkah yang pasti ia menuju salah satu bangku kosong. Ia memilih bangku dekat dengan jendela karna ia dapat melihat pemandangan luar dari atas sini.

"Chogiyo... bisakah kau pindah sebelah sini... karna itu bangkuku..." Ucap seseorang yang tadi menepuk bahunya. Pandangan Luhan teralihkan oleh sosok Bakpow, maksudnya bukan bakpow makanan melainkan karna sosok yang tengah berdiri dihadapannya berwajah bulat dengan pipi seperti bakpow serta memiliki mata lebar.

"Aha, jika kau suka disitu, kau boleh ambil tempat ini.. Hehehe..." Sesungguhnya Minseok merasa takut—atau bisa disebut sungkan, karna sosok yang ada dihadapannya ini memiliki aura yang menyeramkan. Walaupun Minseok tak memungkiri jika mata pemuda ini sangat bagus tapi terkesan redup dan itu sangat disayangkan.

Jam pelajaran pertama telah dimulai seonsaengnim pun telah masuk kekelas mereka. Dan Luhan disuruh maju kedepan memperkenalkan dirinya. Luhan memperkenalkan dirinya dengan penuh ketenangan disertai wajah yang datar. Jika ada yang mau bertanya padanya ia akan menunjukan muka datar tanpa ekspresinya itu, serta sorot mata kosong seperti tak bernyawa mengakibatkan orang yang ingin bertanya mengurungkan niatnya.

Karna tak ada yang bertanya, lebih tepatnya sungkan -mungkin. Pada akhirnya sang Saem menyuruh Luhan kembali kemejanya. Minseok sebagai teman sebangkunya bergidik melihat Luhan berjalan seperti mayat hidup.

.

.

Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhampur keluar menuju kantin. Minseok menoleh kearah Luhan mengajak pemuda itu kekantin. "Apakah kau ingin ikut aku kekantin?" Tanya Minseok pada Luhan. Luhan menoleh kearah Minseok, ditatap seperti itu oleh Luhan, membuatnya merasa gugup. Lama memandangi Minseok dengan keterdiaman, iapun menjawab "Tidak, pergilah. Aku masih ingin disini."

"Baiklah kalau itu maumu, jika kau ingin titip. Aku bisa membelikan sesuatu untukmu?" Tanya Minseok sekali lagi.

"Tidak terimakasih Minseok-ssi." Jawab Luhan lirih namun terkesan dingin.

"Oke, aku tinggal kalau begitu." Dan pemuda bakpow ini pergi meninggalkan Luhan.

.

.

.

.

Kakek Luhan yang bernama Lee Sooman tengah berkumpul dengan para masyarakat setempat membahas tentang bukit belakang sekolah yang konon katanya angker. Pihak pemerintah ingin mendirikan bangunan disana lebih tepatnya Mall. Memang kota yang mereka tinggali sungguh jauh, jika dibandikan dengan kota metropolitan yang ada di Korea Selatan.

Dan pemerintah yang baru ini ingin Korea Selatan maju, baik dikota maupun didesa sehingga pembangunan merata. Namun yang menjadi kendala adalah tanah yang akan didirikam bangunan adalah tanah terlarang. Tanah darah, dimana tanah itu tempat tertidurnya Amanojaku. Raja dari segala jin, setan.

"TIDAK! AKU TIDAK SETUJU JIka MEREKA MENDIRIKAN BANGUNAN DITANAH ITU!" Ucapnya menggebu-gebu.

"Tapi kek, hms... hari ini akan direalisasikan..." Kata salah satu orang yang berkumpul disana.

"APA!"

.

.

.

.

.

Bunyi alat berat ditempat ini tak lain adalah bukit belakang sekolah SUNKWANG SHS. Hari ini semua pekerja dikerahkan untuk menebang pohon-pohon dibukit ini dan akan dibuat pusat perbelanja ditempat ini.

"Ayo! Hari ini kita semua harus bekerja keras agar mendapatkan bonus!" Kata mandor mereka.

Dan semua anak buahnya mengangkat tangan Semangat!

.

.

Didalam kelas entah mengapa hati Luhan merasa risau. Dilihatnya gedung sekolah lama yang tampak dari kaca jendela kelasnya. Ia tidak tahu mengapa, namun firasatnya mengatakan akan ada sesuatu yang tak terduga dan berbahaya.

"Lu gwaenchana..." Panggil Minseok sangat pelan karna Saem masih berdiri didepan kelas menerangkan. Luhan menatap Minseok kemudian menggeleng jika tidak ada-apa. Dan Minseok kembali mendengarkan penjelasan gurunya.

.

.

Jam pulang sekolah telah tiba. Kembali Luhan menatap dari gedung sekolah lama. Suara burung gagak dan ia juga melihat jika burung gagak hinggap diatas gedung sekolah lama. Mata Luhan melebar kala ia melihat sesosok anak kecil memakai dress pink, berambut pendek tengah melambai kearahnya dan anak kecil itu tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai kearahnya.

"HYUNG..." Teriak Baekhyun adiknya yang tiba-tiba masuk kekelas yang sudah sepi ini.

"Baek, mengapa kau disini? Kau bisa menungguku diluarkan." Balasnya.

"Ani, aku ingin kemari. Ayo hyung kita pulang." Saut Baekhyun sambil mengapit lengan hyungnya. Luhan tersenyum kecil melihat adiknya ini begitu manja padanya. Tapi sebelum ia benar-benar pergi ia menengok ke tempat itu lagi. Tapi sayang anak kecil ini tidak ada.

DEG!

Dan itu membuat jantungnya berdetak ditambah tubuhnya merinding. Luhan yakin jika sosok anak kecil yang dilihatnya bukanalah manusia.

Luhan sebenarnya tidak takut dengan hantu atau apapun itu. Ia hanya terkejut dengan sosok makhluk tak kasat mata seperti itu. Apalagi hantu yang ia lihat disekolah tadi. Awalnya ia tak terkejut namun tiba-tiba saja bulu kuduknya meremang dan sosok itu sudah tidak ada.

Ditambah sifat manja Baekhyun yang kumat membuatnya sakit kepala.

.

.

.

.

Kembali mereka berjalan diarea persawahan yang mereka lewati tadi pagi. Langit sudah tampak senja, itu menandakan sedikit lagi matahari akan kembali keperaduannya. Luhan ingin cepat-cepat sampai dirumah. Namun harus terhenti kala Baekhyun memanggilnya.

"HYUNG! KEMARILAH...!" Teriak sang adik.

"WAE!" Teriak Luhan kesal. Ia pun melihat adiknya menunjuk-nunjuk kearah sungai yang ada disamping jalan.

"Hyung lihat! Tolonglah kucing malang itu.. kucing itu tampaknya hanyut dan tenggelam."

Luhan melihat kucing abu-abu hanyut, kucing itu berusaha menyelamatkan diri mengeong-eong minta tolong. Jujur ia pun tidak tega dengan kucing malang itu. Karna tak ingin kucing malang itu mati akhirnya ia turun kebawah mengambil kucing itu. Beruntung sang kucing selamat, Luhan langsung membungkus tubuh mungil kucing ini dengan blaser seragam sekolahnya yang sempat ia lepas.

Dan itulah kejadian dimana lagi-lagi ia disusahkan oleh Baekhyun.

.

.

Waktu menunjukan pukul 10 malam. Luhan ingin keluar mengambil minuman dingin didapur. Ia geser pintu kamarnya dan ia menemukan si embul nama yang diberika Baekhyun pada kucing yang mereka selamatkan ini. Baekhyun menamai Embul karna tubuh kucing abu-abu ini sangat lucu dan gemuk.

Meong...

Kucing ini tengah berdiri didepan Luhan. Luhan berjongkok dan mengelus bulu kucingnya yang begitu lembut dan wangi.

Embul telah bersih, setibanya dirumah Baekhyun langsung memandikan kucing malang ini dan Luhan langsung mandi dikamarnya.

Awalnya sang nenek sangat bingung pasalnya kedua cucunya sungguh berantakan dengan Luhan yang basah kuyup seperti kecempluk air sungai yang bau. Lalu seragam Baekhyun yang tampak lecek ditambah ada kucing dalam gendongannya.

"Aigoo... kenapa dengan kalian?" Tanya sang nenek cemas.

"Tanyakan saja semuanya pada Baek nek. Aku lelah dan ingin mandi." Jawab Luhan langsung pergi dari hadapan mereka.

Si nenek mengeryit bingung dan menatap Baekhyun dengan tatapan bertanya "Apa yang kalian lakukan sampai kalian seperti ini?" Tanya sang nenek.

Baekhyun nyengir kuda sambil garuk-garuk kepala. "Hehehe..." Dan ia pun menjelaskan krologisnya pada sang nenek dengan gaya cabe-cabeannya sampai neneknya paham.

.

"Apa kau lapar..." Kembali Luhan mengelus bulu-bulu halus si embul.

Meong...

Kucing itu hanya mengeong dan Luhan tersenyum simpul. Pasti majikanmu itu telah tidur sampai kau kelaparan, benar kan? Kajja ikut aku, aku akan memberi sesuatu yang enak." Ajaknya dan kucing lucu itupun mengikuti majikannya.

Luhan telah mendapatkan minumannya dan si embul telah mendapatkan snack miliknya. Luhan membagi snacknya dengan kucing yang mereka temukan dan akan dirawat oleh mereka khususnya Baekhyun. Karna jujur saja ia tidak begitu suka dengan hewan.

.

.

.

.

"Hari telah malam, besok kita lanjutkan lagi, jangan terlalu dipaksakan." Ucap mandor yang bertanggungjawab mengurus pembangunan gedung ini.

"Baik pak. Bapak juga ya.. kalau begitu kira rapikan lalu pulang kerumah masing-masing." Kata salah satu dari mereka.

Setelah semua telah rapi, peralatan telah dikembalikan ketempat semula mereka pun pulang kerumah masing-masing.

Bukit yang tadinya ditumbuhi pohon yang rindang tampak botak dan tiba-tiba dari dalam tanah keluarlah tangan dengan kuku yang lancip. Bagai vampire yang bangkit dari tidurnya. Matanya merah memiliki taring dan juga tanduk di atas kepalanya.

"Akhirnya aku bangkit... HUAAAAAA..."

.

.

.

.

TBC.

Halo, aku buat cerita baru lagi. Gimana ada yang suka?

Jika suka tolong tulis dikotak review. Berikan komentar kalian. Untuk Holy Shit tenang aja, dalam waktu dekat akan aku publik. Hehe...

Oke see you next chap. Bye-bye Pyong! ^^