Sawamura Eijun, seorang pemuda difabel. Ia tak bisa berjalan juga melakukan hal halus. Ini akibab waktu bayi bilirubinya terlalu tinggi hingga merusak otaknya. Otak yang rusak tak bisa kembali sempurna hanya bisa sel neuron mencari jalan lain dan tak sesempurna jalan yang sesungguhnya.
Eijun sering menonton baseball, ia suka baseball. Eijun kecil ingin bermain baseball, suatu saat ia ingin sekolah di sekolah baseball.
Makin dewasa ia, Eijun sadar ia tak bisa bermain baseball, bahkan ia tak sekolah. Ibunya terlalu khawatir ia dibully, jadi tak mau dimasukkan ke sekolahmu reguler.
Sebenarnya Eijun sangat ingin sekolah walau di anak idiot, tak masalah baginya. Asal bisa keluar bertemu orang lain. Tapi orang tuanya tidak berpikir begitu, di sekolah khusus hanya ada kategori tuna rungu, tuna netra, dan idiot, sedangkan Eijun hanya tak bisa jalan dan sedikit tidak lambat untuk mengerti pelajaran.
Saat enam tahun ayahnya menbeli komputer yang hanya bisa mengetik, Eijun suka melihatnya, ia sering melihat ayahnya ngertii. Dan ia menirunya, Eijun hanya melihat ayah yang sedang mengetik, ia juga ingin menggunakannya, Eijun ingin mengetik di komputer.
Tapi Eijun tak bisa membaca, ia tak bisa mengejah huruf. Jadi ia hanya menggambar, iya. Menggambar dengan titik-titik. Itu menyenangkan baginya. Membuat gambar orang yang tersenyum.
Eijun delapan tahun, ia suka melihat acara pengetahuan, dunia kecilnya jadi luas. Saat itu Eijun punya cita-cita jadi dokter. Dokter anak, agar ia bisa menyelamatan anak seperti dirinya, agar tak ada anak-anak seperti diri.
Sebelah tahun, Eijun sadar cita-citanya tak mungkin terjadi, terlalu tinggi. Saat ini Eijun masih tidak bisa membaca, tapi ia suka manga. Permata ia hanya melihat gambarnya saja, ia kadang meminta ibunya membacakannya tapi sang ibu tak bisa selalu membacakannya, Eijun harus bisa sendiri. Akhirnya Eijun berusaha sampai bisa.
Eijun lima belas tahun, ia punya headphonen, ia menyukainya. Eijun menemukan pengetahuan baru dan situs fanfiction yang membuatnya punya cita-cita baru. Ia mengpost cerita pendek dan itu banyak kritik, mengatakan tanda baca salah, typo di mana-mana.
Dan ia belajar, belajar, terus belajar sampai lebih dan mendapat pujian satu dua.
Eijun mendapat kritik, ia suka kritik karena membuatnya sadar apa yang salah. Namun ada satu hal yang ia benci dari kritik.
Orang pengecut.
Orang yang memakai gues untuk mengkritik, ia tak memakai akun hingga tidak bisa dibalas.
Eijun dibilang malas mengedit. Typo mengganggu dan lain tapi hanya itu, mereka hanya mengatakan 'kau salah, perbaiki cepat'. Eijun tak sekolah, ia tahu tanda baca dengan belajar sendiri jadi bagaimana ia tahu apa yang salah jika hanya bilang 'mengganggu. Jangan malas edit, cepat perbaiki, serius ga sih dan blabla tanpa beritahu di mana salahnya, kata apa yang typo, apa yang benar. Mau nanya pun ia tak bisa karena orang itu hanya gues saja.
Eijun sendiri dalam membaca berbeda dengan yang lain, Eijun tak bisa mengejah, ia membaca dengan cara mengenal bentuknya. Jika orang lain membaca mengejah B, A, BA, tapi Eijun membacanya dengan BA saja, ia mengenali bentuknya saja jadi Eijun sulit untuk menulis dengan kata-kata hampir sama bentuknya.
Eijun tak bisa mengenali mana typo dan mana yang benar kalau bentuk katanya hampir sama. Dan bagaimana ia bisa sempurna kalau tidak dengan jelas tahu apa salahnya.
Tapi selalu ada orang yang menyemangatinya, selalu ada yang berkata mereka menyukai ceritanya, tak masalah dengan typo yang tak bisa ia hindari.
Eijun belajar lagi untuk mereka, Eijun akan lebih baik bukan untuk para pengecut tapi untuk para penyemangatnya.
Karena ini yang bisa Eijun lakukan dengan kemampuannya.
Hanya melakukan apa yang bisa ku lakukan.
...
