Jam pelajaran All-Might. Seluruh kelas serius memperhatikan. Iya, seluruh—kecuali Bakugou yang sibuk bersungut-sungut di bangkunya. Nggak heran juga sih. Bagi kelas 1-A Bakugou Katsuki yang ngedumel, sama wajarnya dengan Nomu yang susah mati. Secara motto hidup Bagukou adalah: Tiada hari tanpa ngedumel. Jadi itu sudah biasa.
Sedikit-dikit, Midoriya melirik ke arah Bakugou yang ada di depannya. Menurutnya bibir Kacchan yang maju-mundur itu imut sekali. Aneh? Tidak usah ditanya. Seleranya memang agak—ah sudahlah. All-Might terlupakan. Fokus Midoriya tertuju pada Bakugou. Malah sekarang dia sedang senyum-senyum sendiri di bangkunya.
Bel berbunyi. Waktunya pulang. Sebelum All-Might sempat meninggalkan kelas, Bakugou sudah berdiri duluan, tanpa say goodbye dia langsung melengos pulang. Muka Midoriya tertekuk kecewa. Padahal niatnya tadi mau ngajak Kacchan pulang bareng. Mungkin sekali-kali, Midoriya harus belajar menyumpah agar Bakugou Katsuki terkutuk jadi makhluk sopan nan alim barang sehari.
...
.
Inversi
.
(c) ulil. olala
Boku no Hero Academia (c) Kousei Horikoshi
Harem!Kacchan dengan bumbu bejad, lawakan garing krispi, alur cerita yang tidak jelas, kemungkinan OOC, dan sedikit threesome ngelantur
..
.
..
CHAPTER 1: Tentang Kacchan, Deku, dan Shouto
..
"Midoriya."
Midoriya menengok ke belakang. Todoroki sedang berdiri di pintu kelas 1-A. Wajahnya santai dan kalem. Sementara itu, Iida langsung menarik Uraraka untuk pergi. Masalah begini memang dia yang paling peka. Todoroki mengangkat jempolnya untuk mengisyaratkan terima kasih.
"Ada apa Todoroki-kun? Apa Todoroki-kun perlu bantuan?"
Todoroki hanya berdeham kemudian mengaruk tengkuknya. "Mau pulang bersama?"
Midoriya cengo. "Kenapa mendadak Todoroki-kun?"
"Kuderngar tadi kau ingin mengajak Bakugou pulang bersama, tapi dia malah pulang duluan." Todoroki berdeham lagi. "Lebih baik kau pulang bersamaku saja Midoriya."
Hening sebentar. Midoriya cengo lagi. "Eh? Bagaimana ya Todoroki-kun. Aku tidak ingin menolak ajakan Todoroki-kun, tapi arah rumah kita kan berbeda."
Sekarang ganti Todoroki yang cengo. Dunianya sempat gonjang-ganjing sebentar. Butuh sedikit waktu untuk menarik jiwa Todoroki naik lagi ke permukaan. "Oh—begitu ya?"
"Ahahahahaha—" Todoroki tertawa garing. "Kalau begitu Midoriya, aku pulang duluan."
Midoriya hanya tersenyum sambil berkata 'Hati-hati Todoroki-kun!' lalu dia berbalik pulang. Todoroki sendiri belum mengatakan apa-apa. Hatinya sudah brokokoro duluan. Tapi tak apa. Todoroki itu kuat dan tegar, bung! Masalah begini bisa dicoba lagi esok hari.
Todoroki Shouto—calon pahlawan terkece masa depan: niat pedekate sambil modus—apa daya Kamisama tidak mengijinkan.
Terkutuklah wahai kau arah jalan pulang. Lihat saja. Lusa Todoroki pindah rumah.
..
.
..
Sebenarnya bukan jadi rahasia lagi jika Midoriya Izuku naksir berat Bakugou Katsuki. Todoroki sendiri sempat bersemedi dan bertapa untuk merenung apa bagusnya si Bakugou itu sampai kelinci unyu macam Midoriya bisa kesemsem sama dia. Apakah dia pakai pelet? Masak iya? Tapi mungkin juga sih. Dilihat dari sisi manapun, Todoroki merasa bahwa dia jauh lebih tampan dan berani dibanding dengan Bakugou-siyalan-galak-Katsuki. Masalah hensem? O ya jelas dong Todoroki lebih hensem. Kalau tentang skill dan quirk, kemampuan Todoroki lebih mumpuni, of course. Personaliti? Apa bagusnya anak anjing punk yang hobi marah-marah dan bisa meledak tiap saat? Masalah anu? Oh kalau itu—ehem. Beda lagi urusannya. (Todoroki pernah bertemu Bakugou di toilet dan—memang ehem sekali.) Tapi tetap saja dia merasa jauuuh lebih baik dibanding si maniak ledakan itu. Sekali liat juga tahu kok kalau Todoroki adalah terong segar dari pasar—sementara Bakugou cuma terong dicabein—pedas maksudnya karena suka marah-marah. Hehe.
Untung saja, Todoroki bukan orang bar-bar. Todoroki cerdas, jadi tidak sembarang ambil tindakan. Lagipula, menurut sumber-sumber terpercaya—modus memang lebih nikmat dan mantap dibanding main sosor tembak aja. Mungkin kasus ini, Todoroki hanya kurang pengalaman saja, karena Bakugou itu teman kecilnya Midoriya. Coba saja dulu dia yang jadi tetangga Midoriya, jelas dong sekarang Todoroki yang jadi pacarnya. Mungkin keputusan pindah rumah memang tepat. Nanti coba dia ancam bapake dengan membekukan janggut api—siapa tahu bakal nurut. Atau mungkin bisa saja dia coba bakar rumah.
Tunggu sebentar. Itu namanya tindakan bar-bar, Todoroki sayang.
Tapi menurut hukum restitusi, dalam cinta dan perang—segala macam tindakan dihalalkan. Perang? Sama siapa? Sama Bakugou jelas! Meskipun target pembakara—musuh tidak bertindak apa-apa, tetap saja Midoriya bisa terancam! Nanti kalau dia jatuh cinta lebih dalam sama cihuahua tukang ngambek itu gimana? Bisa makin runyam nanti urusannya. Todoroki berdeham sedikit. Imej cool harus tetap ada.
Papan tulis di depan diperhatikan saksama. Aizawa-sensei sedang mengajar. Untung saja manusia perban itu tidak punya kemampuan baca pikiran. Kalau iya, bisa mampus dia karena daritadi bukannya mencatat pelajaran, bukunya penuh oleh strategi pedekate.
Target pedekate di depan sedang asyik mencatat. Hati Todoroki mendadak adem. Tidak salah memang dia memilih gebetan. Mana ada orang lain yang rajin, baik hati, dan saleh seperti Midoriya. Sedikit ujung bibir Todoroki tertarik ke atas. Midoriya oh Midoriya, tidak sabar Kakanda ingin mendekapmu erat dalam pelukan.
..
.
..
Bakugou Katsuki. Katanya dia salah satu murid andalan UA. Kemampuan dan kecerdasan tidak bisa diragukan lagi. Di atas rata-rata malah.
Tapi sayang. Orangnya galak. Baru bilang "Hai Bakugou" atau "Selamat pagi" langsung diberi tatapan sinis "apa lo liat-liat? Mau digigit?". Berani pegang badan sedikit, hati-hati bisa-bisa diledakkan. Banyak yang bilang orangnya mirip anjing dobberman. Gak salah juga sih. Dipikir-pikir memang iya juga. Tapi yang bikin lucu dari semua ini adalah: diam-diam banyak juga yang suka sama dia.
Haha. KOK BISA?
Mari kita simak kegiatan Kelompok Jurnalistik Internal Antar Siswa Nasional 1-A atau yang biasa disingkat KEJIJIKAN 1-A. Darimana mereka mendapat singkatan seperti itu—sepertinya tidak ada yang tahu.
KEJIJIKAN 1-A sendiri adalah sebuah organisasi rahasia (meskipun ada embel-embel nasionalnya) yang dibentuk dan diketuai oleh baka combo Ashido Mina dan Kaminari Denki. Organisasi ini sendiri berfungsi untuk menyelidiki perkembangan berita yang sedang hangat terjadi di kelas 1-A, atau lebih dikenal dalam Bahasa Italinya sebagai gosip.
Salah satu kegiatan harian KEJIJIKAN 1-A adalah: mewawancarai satu per satu murid-murid mengenai kira-kira siapa orang yang menarik atensi lebih pada mereka. Ribet ya? Padahal maksudnya mereka itu kepo siapakah kira-kira orang yang yang disukai murid-murid 1-A.
Hanya itu?
O jelas tidak. Setelah hal tersebut diketahui, dengan baik hatinya KEJIJIKAN 1-A membantu para siswa untuk mendapatkan pujaan hati mereka. Mana hubungannya dengan jurnalistik? Saya juga tidak tahu.
Lalu, apa hubungan KEJIJIKAN 1-A dengan Bakugou Katsuki? Mari kita simak sama-sama.
Secara ekslusif kegiatan KEJIJIKAN 1-A hari ini adalah mewawancarai murid-murid 1-A tentang pendapat pribadi mereka mengenai sosok Bakugou Katsuki. Siapa tahu saja dapat sesuanu—hehe.
"Maaf, Kami dari Kelompok Jurnalistik Internal Antar Siswa Nasional 1-A SMA UA. Bolehkah kami tahu bagaimana pendapat pribadi saudara-saudari mengenai saudara Bakugou Katsuki. Tenang saja, nama narasumber akan kami samarkan. Informasi pribadi aman di tangan kami." Begitu katanya sambil mengacungkan jempol.
"Bakugou Katsuki adalah pribadi berkemauan kuat dan berpendirian teguh, meskipun kurang ramah. Tapi saya senang berkesempatan untuk bertanding dengannya." —manusia gagak.
"Bakugou-kun ya? Hmmm... dia cerdas, tapi sayang kurang bisa bekerja sama." —peringkat 1.
"..."—saudara KK yang katanya takut cacing tapi suka kucing.
"Aduh Kacchan ya? Ahahaha... dia itu galak tapi sebenarnya imut banget. Dulu aku pernah satu sekolah dengan dia, dia tukang membuli tapi tetap keren. Ahhh lucuuu banget kayak guguk pudel. Ahaha... Pokoknya galak-galak dia itu sebenarnya imut banget. Kalian harus lihat waktu Kacchan masih kecil. Apalagi Kacchan keren dan kuat—aduh jadi makin suka." —saudara Deku.
("...")
"Memang dia suka marah-marah tapi Bakugou itu sebenarnya baik kok. Kau kan serig lihat kami pulang bersama. Ssstt... jangan bilang siapa-siapa ya—aku ada rencana nembak dia sih. Soalnya benar kata Midoriya, Bakugou itu memang imut." —EIJIROU ("HOI KATANYA NAMANYA DISAMARKAN!")
("...")
"Bakugou-kun? Aku tidak terlalu tahu mengenal dia-kero." —Froppy.
"Dia tidak punya dada besar, jadi aku tidak suka." —si cebol mesum.
"Hah? Perasaanku pada Bakugou-kun? —T-ti-tidak. Tentu saja mana ada? Memang dia sudah mengalahkanku di Festival Olahraga kemarin—tapi bukannya aku tertarik pada dia atau apa loh ya. Tapi memang kalau dilihat-lihat sekilas, Bakugou-kun memang lebih plus-plus daripada Deku-kun. Kalau disuruh memilih—aku akan memilih Deku-kun. Yosh!" —gravitasi berada di pusat bumi, tapi tidak berlaku pada dia.
"Saya tahu dan percaya—saya jauh lebih tampan dari dia." —Todoroki Shouto. (Yang bersangkutan meminta agar identitasnya terbuka jelas.)
("...")
("...")
Kembali ke KEJIJIKAN 1-A. Selaku Ketua dan Sekretaris, Ashido mencatat hasil wawancara. Kemudian dia menyerahkan catatan tersebut pada Kaminari untuk dirangkum dan disimpulkan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, dapat disimpulkan:
1. Bakugou Katsuki memang galak. Hampir semua narasumber menyatakan jika objek wawancara terbukti galak dan tidak bersahabat.
2. Midoriya adalah orang yang optimis dan seorang masokis. Hal itu terkait dengan pernyataan jika katanya objek wawancara adalah orang yang baik dan unyu. Secara tersirat, saudara Midoriya menyatakan jika dirinya suka dimarahi oleh objek wawancara. Saudara Midoriya juga dinyatakan positif mengidap fetish tertentu pada objek wawancara.
3. Diam-diam Kirishima naksir terhadap objek wawancara dan ada niat untuk menjadikan objek wawancara sebagai pacarnya. ("WOW INI BERITA BESAR! Ashido—yang ini sebar di grup kelas jangan?")
4. Uraraka juga bisa bersikap tsundere. Ada sindikat-sindikat tertentu bahwa yang bersangkutan diam-diam suka dengan Midoriya Izuku dan juga Bakugou Katsuki—namun masih denial. Uraraka juga divonis masokis.
5. Todoroki merasa jika dirinya lebih tampan dari objek wawancara.
6. Diam-diam banyak juga yang naksir terhadap objek wawancara.
7. Kelompok Jurnalistik Internal Antar Siswa Nasional 1-A tidak pandai dalam memberi nama samaran terhadap narasumber mereka—meskipun memang nyatanya mereka memang tidak pandai dalam nyaris segala hal.
...
.
...
Hari ini mendung. Untung saja, Midoriya sigap membawa payung. Padahal baru jam pelajaran keempat—tapi langit sudah menunjukan indikasi mau hujan.
Benar saja, tak lama hujan turun dengan deras. Pelajaran olahraga dibatalkan. Padahal Aizawa-sensei sudah ada niat untuk mengambil nilai lagi. Akhirnya jam pelajaran olahraga diganti dengan sejarah kepahlawanan. Banyak murid yang mengeluh, tapi mau bagaimana lagi? Hujan tidak bisa serta-merta dihentikan begitu saja.
Sedikit, Midoriya curi-curi pandang ke bangku di depannya. Seperti biasa Bakugou mengerucutkan bibirnya. Sebelah tangannya memangku sisi kiri wajahnya. Intinya Bakugou bosan.
Tapi menurut penglihatan Midoriya—Kacchan yang sedang bosan itu imut sekali. Ah menurutnya Kacchan memang selalu imut dan—tampan. Midoriya akhirnya malah keterusan memperhatikan Bakugou dan bersikap abai terhadap penjelasan di depan. Sungguh OOC sekali.
Benar kata leluhur jika dulu nenek moyang kita makan koral—eh salah. Jatuh cinta memang membuat gila.
Setelah pelajaran yang menjemukan disertai bunyi hujan diluar—akhirnya bel pulang yang ditunggu-tunggu berbunyi juga.
Pada kesempatan ini Midoriya tersenyum. Tahu benar jika Kacchan tidak membawa payung. Midoriya sendiri memang sudah ada rencana untuk mengajak Kacchan pulang bersama kali ini. Apalagi jarak rumah mereka tidak terlalu jauh. Lubang hidungnya sedikit membesar ketika membayangkan pulang sepayung berdua dengan Kacchan. Tipikal manga shoujo sekali.
Melirik sedikit, Bakugou Katsuki sedang protes karena hujan sementara Kirishima sedang berusaha menenangkannya. Bukan Bakugou saja. Banyak juga murid-murid yang mengeluh memikirkan bagaimana cara pulang, karena di luar masih hujan deras. Yosh! Kali ini pasti berhasil.
"Kacchan, aku bawa payung. Mau pulang bersama hari ini—"
Omongan Midoriya terputus. Bakugou menghampiri Yaoyorozu dengan tampang sangar.
"Oi Yaoyorozu! Bisakah kau membuatkan payung untukku!" Entah kenapa permintaan Bakugou malah lebih terdengar seperti perintah. Tapi untuk ukuran Bakugou, kata-kata tadi sudah terdengar sangat sopan. Bahkan murid lain juga terkejut.
"Oh Bakugou-kun? Tentu saja. Tunggu sebentar ya." Yaoyorozu pergi ke pojokan kelas dan kurang dari semenit sudah ada payung di tangannya. Kemudian, dia menyerahkan payung tersebut pada Bakugou yang masih bermuka masam. Midoriya membeku di tempat.
"Yah. Terimakasih—atau apalah." Kemudian Bakugou melengos ke luar kelas. Midoriya masih membeku di tempat—sementara Yaoyorozu dikerubungi juga oleh orang-orang yang lupa membawa payung setelah melihat ide jenius Bakugou.
Ah iya. Midoriya lupa benar jika mereka punya teman dengan quirk penciptaan. Tersenyum masam, Midoriya keluar kelas. Lihat saja! Pasti akan ada kesempatan dimana dia bisa pulang bersama Kacchan suatu saat nanti.
Sungguh ironi diatas ironi memang.
...
.
...
Sekarang ganti Todoroki yang tersenyum. Payung berwarna biru tua—seenaknya diberikan kepada anak kelas 1-B secara acak. Dengan memasang wajah datar, Todoroki segera menghampiri Midoriya.
"Midoriya."
Midoriya berbalik secara refleks, lalu terkejut. "Ah—Todoroki-kun. Ada apa?"
"Apa kau membawa payung?" Padahal sudah jelas Toroki tahu.
"Ah—i-iya."
"Aku lupa membawa payung. Apakah aku boleh ikut menumpang?" Bohong. Bawa kok. Tapi sudah diberikan ke anak kelas lain. Modus itu namanya.
Midoriya memiringkan kepalanya. Gemas sekali. Ingin rasanya Todoroki mengacak asal rambut hijau itu.
"Todoroki-kun tidak minta bantuan pada Yaoyorozu-san?"
Apa-apaan jawaban itu? Terkutuk memang manusia peledak laknat. Tega-teganya meracuni pikiran Midoriya-nya dengan mempertunjukan ide bejad macam tadi. Kalau begini kan malah jadi susah modusnya!
"Aku tidak ingin merepotkan Yaoyorozu."
"Oh." Cuma oh. CUMA OH.
"Ehem." Todoroki berdeham. "Jadi bagaimana? Aku boleh menumpang di payungmu?"
Midoriya menatap lurus Todoroki kemudian menggaruk tengkuknya. "Aduh. Bagaimana ya, Todoroki-kun. Aku sebenarnya tidak mau menolakmu—tapi rasanya aku pernah bilang—jika arah rumahku dan Todoroki-kun bertolak belakang."
Deja vu. Todoroki hampir limbung kebelakang. Seluruh dunia Todoroki serasa gonjang-ganjing—lagi. Tapi sedetik kemudian Todoroki berdeham keras. Imej keren harus tetap ada. Lebay sia Todoroki.
"Aku minta maaf sekali Todoroki-kun." Midoriya menatapnya dengan pandangan bersalah. Haduh. Kalau sudah begini mana bisa Todoroki marah.
"Yah sudahlah—tidak apa-apa Midoriya. Sebaiknya kau pulang sekarang. Hari sudah mulai sore. Aku akan mencari orang lain saja."
"Sekali lagi aku minta maaf Todoroki-kun." Midoriya membungkukan badannya kemudian melambai sebelum berbalik pergi. "Aku pulang duluan ya, Todoroki-kun."
Yah. Tidak apa-apa lah. Todoroki membatin. Modus bisa dilancarkan di lain hari.
Setelah Midoriya sudah tidak terlihat lagi keberadaannya, Todoroki mengambil ponselnya dan memencet nomor telepon dengan cepat.
"Halo—Shouto! Tumben sekali kau menelepon. Ada ap—"
Ucapan orang di seberang sambungan terputus ketika Todoroki memutus ucapannya dengan cepat.
"Ayah—aku tidak suka basa-basi. Aku mau pindah rumah. Mulai besok kalau bisa."
.
TBC
.
.
.
a/n: fanfic kedua ulil di fandom ini, dan ulil sebenernya gatau ini apaan. Ulil udah lama ga nulis fanfic jadi maap banget kalau ini ga jelas ._.
Dan ulil baru pertama kali nulis fic yang full humor—karena humor ulil agak—ah sudahlah, dan ulil kayaknya yakin kalau ini krispi krik banget. Untuk pairing masih ulil rahasiakan hehe. Tapi ulil kasih hint: ulil tjinta kacchan. Ditunggu reviewnya, dan terimakasih sudah mampir!
