Helaan napas panjang terdengar berasal dari seorang namja yang tengah menduduki meja di salah satu sudut ruangan organisasi. Jungkook –namja yang menduduki meja di salah satu sudut ruang organisasi– sibuk memainkan bolpoin ditangan kanannya dengan mata yang tetap fokus pada beberapa lembar formulir dihadapannya. Dia tengah merekap data diri peserta yang mengikuti program sertifikasi –salah satu program kerja organisasi jurusannya–. Yap, dia merupakan staff divisi sekretaris pada kepanitian kali ini. Benda kecil berlogo apel tergigit –ponsel– yang sedari tadi dianggurkannya kini berbunyi tanda sebuah pesan masuk. Dengan malas Jungkook meraih ponselnya dan membuka sebuah aplikasi chat untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan. Tertera nama Jisoo-hyung –koordinator divisi sekretaris pada kepanitiaan program sertifikasi sekaligus sunbae-nya–, kali ini helaan napas pendek yang terdengar. Dengan segera dia membuka pesan dari sunbae-nya tersebut.
.
Jisoo-hyung: Jungkook-ah. Apa kau ke kampus?
Jungkook: Tentu saja. Wae?
Jisoo-hyung: Temui aku di depan ruang 304. Aku memegang beberapa data diri peserta yang perlu kau rekap untuk progress yang kita sampaikan pada rapat nanti.
Jungkook: Baiklah, aku akan kesana.
Jisoo-hyung: Tunggu aku, aku baru saja sampai dan masih di parkiran, hehe.
Jungkook: Baiklah.
.
Tanpa menunggu balasan dari Jisoo, Jungkook pun berdiri merapikan berkas-berkasnya dan memasang earphone yang terhubung dengan ponselnya pada telinganya.
"Hyung, aku tinggal dulu," pamit Jungkook pada Jin yang sedari tadi sibuk dengan tugas kuliahnya.
"Mau kemana?" tanya Jin yang tidak mengalihkan pandangannya dan tetap fokus pada tugasnya.
"Menemui Jisoo-hyung."
"Ah, yasudah sana. Bilang ke Jisoo carikan aku tempat duduk, aku masih belum menyelesaikan tugasku."
"Baiklah. Aku pergi dulu, jika ada yang mencariku suruh tunggu disini aku tidak akan lama," ucap Jungkook sembari menutup pintu ruang organisasi dan berlari kecil menuju kelas Jisoo.
.
.
.
Secret Admirer
Chapter 01
Genre: Drama, Romance
Cast: Kim Taehyung – Jeon Jungkook
Warning: Boys Love || typo
.
.
Namja bersurai dark brown itu tengah bersandar di depan salah satu ruang kuliah sembari bersenandung kecil dengan earphone menyumpal telinganya dan juga jari-jari tangannya yang sibuk mengetikkan sesuatu pada ponselnya.
"Jungkook-ah," panggil seorang namja yang tengah berlari kecil kearahnya sembari membawa beberapa lembar kertas ukuran A4 serta beberapa lembar kertas portofolio.
"Ne? Ah, sunbae apa yang mendaftar sudah banyak?" tanya Jungkook –namja bersurai dark brown yang tengah bersandar didepan salah satu ruang kuliah– sembari menerima lembaran kertas ukuran A4 yang dibawa oleh sunbae-nya tadi.
"Hampir mencapai target, semangat Jungkook-ah," jawab sang sunbae sembari mengangkat tangannya meninju udara. "Dan satu lagi, jangan memanggilku sunbae. Astaga, bahkan kita sering satu divisi dalam setiap kepanitiaan," lanjutnya.
"Apa aku harus memanggilmu Jisoo-hyung?" tanya Jungkook terkekeh. "Ah, sepertinya itu akan sangat aneh," lanjutnya masih dengan kekehan khas yang menunjukkan gigi kelincinya. Padahal dia sebenarnya tahu, tidak akan ada yang aneh dengan panggilan 'hyung', Jungkook memang suka menggoda Jisoo dengan memanggilnya 'sunbae', hanya karena dia ingin melihat Jisoo marah. Yah, kalian tau kan jika Jisoo tidak pernah bisa marah pada Jungkook yang notabene-nya merupakan hoobae tersayangnya, paling tidak Jisoo hanya kesal.
"Yak, itu akan lebih baik daripada kau memanggilku 'sunbae'," jawab Jisoo kesal sembari memukul kepala Jungkook dengan beberapa kertas portofolio yang dibawanya.
"Aku tahu tugasmu itu berharga sampai kau tak sempat tidur untuk mengerjakannya, jadi jangan gunakan untuk memukul kepalaku eoh," ejek Jungkook. "Ah ya, tolong carikan tempat duduk untuk Jin-hyung. Dia masih di ruang organisasi untuk menyelesaikan tugasnya. Sampai jumpa sunbae, aku menyayangimu."
"Yak, jangan menemuiku lagi Jeon," teriak Jisoo pada Jungkook yang tengah berlari kecil menjauhi ruang kuliah Jisoo.
"Kenapa kau meneriaki-ku eoh?" sahut salah seorang namja yang tengah berdiri dibelakangnya.
"Ah, kalian mengagetkanku," Jisoo reflek memegang dadanya saat menemukan dua sosok bertubuh tinggi dibelakangnya.
"Yak, kau belum menjawab pertanyaanku," ucap namja yang menyahuti teriakan Jisoo.
"Ulah adikmu Jeon," jawab Jisoo acuh sembari meninggalkan dua sosok menjulang yang menunjukkan wajah bingungnya.
"Jungkook?" tanya si pemilik marga Jeon yang sedari tadi bertanya pada Jisoo.
"Yak, siapa lagi kalau bukan dia, Jeon Wonwoo?" Jisoo geram dengan sifat Wonwoo –teman sekelasnya– yang satu ini, sifat yang akan bertanya dan tak berujung jika sudah menyangkut adik tersayang, padahal biasanya dia yang paling dingin diantara teman satu angkatannya.
"Aish, kenapa dia meninggalkanku jika ujungnya ke kelasku juga?" Yap, Jeon Wonwoo ditinggal oleh adiknya –Jeon Jungkook– saat berangkat kuliah.
"Kenapa kau bertanya padaku? Bukannya kau senang bisa berangkat berdua dengannya?" goda Jisoo sembari melirik salah satu namja menjulang yang sedari tadi diam disebelah Wonwoo.
"Mingyu-ya kenapa kau masih disini? Bukankah kau ada kelas?" tanya Wonwoo pada Mingyu –namja menjulang yang sedari tadi diam disebalah Wonwoo– dan mengabaikan ucapan Jisoo.
"Bahkan Jungkook masih berkeliaran hyung, kelasku masih jam satu siang," jawab Mingyu. Karena sebenarnya Mingyu satu angkatan dengan Jungkook.
"Lalu kenapa kau sudah datang? Bahkan ini masih jam sepuluh," tanya Wonwoo sembari melihat arloji yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya.
"Apa kau bodoh, Jeon? Bahkan aku sangat yakin kau mengancamnya jika dia tidak mau mengantarmu karena kelinci nakalmu itu meninggalkanmu demi tugas kepanitiaannya," sahut Jisoo berjalan melewati Wonwoo dan Mingyu untuk mengumpulkan tugasnya di meja dosen sebelum dosennya datang.
"Ah kau benar," balas Wonwoo sembari mengambil beberapa lembar kertas dari dalam tasnya dan meletakkannya di meja dosen. "Yasudah sana, kau ke ruang organisasi saja. Jungkook pasti mendekam disana," Wonwoo melirik Mingyu yang tengah asik bermain game di ponselnya.
Tapi nihil, tak ada sahutan apa pun dari lawan bicaranya.
"Yak, jangan mengacuhkanku," Wonwoo menjitak kepala kekasihnya dengan geram. Tepat sekali, Mingyu merupakan kekasih Wonwoo, hoobae Wonwoo, dan juga teman satu angkatan adik Wonwoo –Jeon Jungkook–.
Mingyu mengalihkan pandangannya ke arah Wonwoo. "Baiklah hyung, jangan terlalu sering marah, ne?" ucap Mingyu sembari mengacak surai dark brown milik kekasihnya.
"Aku bukan pajangan," seseorang tengah berusaha mengacaukan momen manis mereka.
"Sepertinya hari ini kau sedang dalam periode, hyung," ucap Mingyu pada Jisoo sembari berlari menuju ruang organisasi sebelum kepalanya menjadi sasaran Jisoo mengamuk.
"Yak, dasar hoobae tak tahu sopan santun," umpat Jisoo kesal dan membuat Wonwoo terkekeh disampingnya.
.
.
Jungkook melangkahkan kakinya ringan sembari bersenandung kecil. Getaran pada ponsel disusul oleh suara ringtone menghentikan langkah kakinya sejenak. Ia menatap layar ponselnya.
Namjoon-hyung is calling...
Dengan segera ia menggeser gambar gagang telepon berwarna hijau pada layar ponselnya, sebelum telinganya panas akibat omelan Namjoon –si penelepon yang merupakan ketua organisasi jurusan–.
.
Jungkook:Yeoboseo?
Namjoon-hyung:Jungkook-ah, kau dimana?
Jungkook:Di lantai tiga, mau ke ruang organisasi hyung, wae?
Namjoon-hyung:Cepat, ku tunggu.
Jungkook:Ne.
.
Jungkook mematikan sambungannya dengan Namjoon dan melanjutkan langkahnya menuju ruang organisasi.
Jungkook membuka pintu ruang organisasi dan menampakkan sosok Namjoon tengah duduk manis di meja yang tadi sempat Jungkook duduki.
"Ada apa, hyung?" tanya Jungkook to the point dan berjalan ke arah Namjoon.
"Aku mendapat undangan dari organisasi fakultas, katanya disuruh kirim minimal dua mahasiswa yang tergabung dalam organisasi jurusan untuk berpartisipasi menjadi peserta pada salah satu program kerja mereka," jawab Namjoon sembari menyerahkan lembaran yang sedari tadi dipegang kepada Jungkook.
Jungkook membaca setiap kalimat yang tertera pada lembaran tersebut.
"Satu sesi dua hari berturut-turut, dan ini ada dua sesi," gumam Jungkook pelan. "Apa aku harus mengikuti dua sesi ini?" tanya Jungkook tanpa mengalihkan perhatiannya yang tetep fokus membaca setiap kalimat.
"Ani, kau hanya akan mengikuti satu sesi. Maka dari itu mereka meminta minimal dua mahasiswa, maksudnya yang satu untuk mengikuti sesi pertama dan yang lainnya untuk mengikuti sesi kedua," jelas Namjoon.
"Apa aku bisa memilih sesi?" tanya Jungkook –lagi–.
"Ah aku lupa tidak menanyakan itu," Namjoon menepuk dahinya keras. "Aw~".
"Lalu aku harus bertanya pada siapa?"
"Ah ya, tadi ada perwakilan organisasi fakultas yang kesini dan katanya mau kembali lagi untuk memberikan formulirnya. Nanti coba aku tanyakan."
Jungkook meletakkan kertas yang diberikan oleh Jisoo di mejanya. Dan berjalan menuju mading untuk menempelkan surat undangan dari organisasi fakultas yang baru saja selesai dibacanya.
"Apa ini?" tanya Namjoon mengambil tumpukan kertas yang diletakkan Jungkook.
"Kertas," jawab Jungkook sekenannya.
"Tak jauh beda dengan si sulung," gumam Namjoon pelan sembari membaca tumpukan kertas ditangannya.
"Aku mendengarmu, hyung," Jungkook kembali menuju meja dimana Namjoon berada. "Minggir, kembalilah ke singgasanamu. Aku akan merekap semuanya sebelum jam kuliahku dimulai," usir Jungkook.
Namjoon berdiri setelah meletakkan kembali tumpukan kertas pada tempatnya dan berjalan menuju mejanya yang berada di sebelah Jungkook. Sebenarnya meja yang sering ditempati Jungkook merupakan meja sang wakil ketua organisasi jurusan –Kim Seokjin–, hanya saja Jungkook telah diberikan kepercayaan dari si pemilik untuk merawatnya dan membiarkan dirinya untuk berkeliaran dari meja satu ke meja yang lain. Seperti tadi pagi, bahkan Jungkook menemukan Jin tengah sibuk dengan tugasnya di meja milik sang ketua padahal mejanya kosong. Yap, Jin memang terlampau sayang dengan Jungkook dan sudah menganggap Jungkook seperti adiknya. Dia bahkan tahu Jungkook akan datang pagi hari ini untuk menyelesaikan tugas kepanitiaannya.
"Kau tidak ada kelas, hyung?" tanya Jungkook pada Namjoon yang tengah bersiap untuk menyelami alam mimpi.
"Sudah, tadi pagi."
"Ah, jadwal semester akhir memang tak sepadat semester awal-awal," Jungkook menganggukkan kepalanya kecil.
"Hm."
Baru saja Jungkook ingin membuka laci mejanya untuk mengambil bolpoin, kalau saja pandangannya tak teralihkan oleh suara gaduh yang ia yakin berasal dari depan pintu ruang organisasi.
"Annyeong," teriakan dari arah pintu membuat suasana menjadi 'sedikit' ribut.
"Yak, suara kalian menggangguku," teriak Namjoon pada dua mahasiswa yang tengah berdiri di depan pintu dengan cengiran bodohnya.
"Ah, ada Namjoon-hyung," ucap salah satu dari keduanya yang memiliki tinggi badan menjulang –Kim Mingyu, kekasih Jeon Wonwoo–. "Ku kira hanya ada Jungkook," lanjutnya.
"Hyung, kita mau war. Kau ikut tidak?" tanya namja manis disebelah Mingyu yang juga merupakan teman satu angkatan Jungkook –Bambam– dengan wajah tanpa dosa-nya.
"Bodoamat, war saja berdua. Aku mau tidur, ngantuk habis kuliah pagi," balas Namjoon yang kembali meletakkan kepalanya pada sandaran kursi singgasananya.
"Kurang seru."
"Lagian kenapa kalian datang jam segini? Bukannya kita kelas masih jam satu siang," tanya Jungkook heran.
"Kelakuanmu," jawab Mingyu sekenannya.
"Kelakuan Mingyu," jawab Bambam yang mengikuti gaya Mingyu.
Jungkook yang mengerti hanya terkekeh kecil sembari menganggukkan kepalanya beberapa kali. Yap, Jungkook tahu Mingyu pasti disuruh Wonwoo –kakak Jungkook– untuk mengantarnya. Dan Jungkook juga tahu Bambam akan dipaksa Mingyu untuk menemaninya datang pagi.
Kini hanya terdengar teriakan Mingyu dan Bambam yang tengah fokus bermain game hingga terdengar suara ketukan pintu yang dapat mengalihkan pandangan mereka, kecuali Namjoon yang tengah berusaha memasuki alam mimpinya.
"Gyu, buka," Bambam memerintah Mingyu yang kebetulan duduk di meja yang paling dekat pintu.
"Nuguseyo?" tanya Mingyu sembari membukakan pintu untuk melihat wajah si pengetuk pintu.
"Kim Taehyung dari organisasi fakultas, ketua organisasi jurusan ada?" samar-samar terdengar suara si pengetuk pintu yang ternyata bernama Kim Taehyung.
"Ah sebentar, ne. Masuklah." Mingyu berjalan menuju meja Namjoon.
"Hyung, ada yang mencarimu. Dia bilang dari organisasi fakultas," Mingyu menggoyangkan lengan Namjoon pelan.
"Ah, sepertinya aku memang tidak diizinkan untuk tidur saat ini," gumam Namjoon sembari beranjak dari duduknya dan berjalan keluar ruangan untuk menemui Taehyung.
"Hyung, jangan lupa tanyakan mengenai sesi," Jungkook mengingatkan Namjoon saat melewati mejanya.
"Sesi apa?" tanya Bambam yang ternyata mendengar ucapan Jungkook.
"Cek mading saja, ku harap kalian berminat mengikutinya," jawab Jungkook sekenannya.
Mingyu dan Bambam hanya menganggukkan kepalanya kecil. "Semoga," sahut keduanya dan kembali fokus pada ponsel masing-masing.
Jungkook mendengus kecil melihat tingkah keduanya dan mengambil bolpoin di laci yang tadi ingin dibukanya. Jungkook menemukan tiga buah bolpoin dan juga...
Satu bungkus roti dengan selai cokelat dan satu kotak susu rasa pisang. Dan tidak lupa, sticky note yang selalu tertempel pada bagian kemasan.
Jungkook mengambil sticky note yang tertempel pada kemasan.
.
Aku bahkan sangat yakin kau belum sempat sarapan karena datang di pagi hari. Ku harap roti dan susu ini dapat membantumu agar tidak sakit.
Jangan terlalu lelah, jaga kesehatanmu.
Your love,
Alien yang diutus turun ke bumi.
.
"Kau masih sering mendapatkannya, Kook?" tanya Mingyu yang masih tetap fokus dengan ponselnya dan sesekali melirik kearah Jungkook.
"Kau masih tidak memiliki pandangan siapa dia?" tanya Bambam menatap Jungkook sebentar dan kembali fokus pada ponselnya. Yap, Mingyu dan Bambam memang sudah tahu mengenai berbagai makanan beserta sticky note yang hampir setiap hari diterima oleh Jungkook. Bahkan seluruh penghuni ruang organisasi pun mengetahuinya, termasuk Namjoon.
Jungkook menggedikkan bahunya pelan dan menyimpan sticky note yang baru saja ia baca ke dalam kotak yang sengaja ia letakkan di dalam lacinya untuk menyimpan seluruh sticky note pemberian seseorang yang tidak ia ketahui siapa. "Entahlah, aku tak pernah tahu siapa yang meletakkannya di mejaku maupun di laci mejaku."
"Wah sungguh bahagianya memiliki secret admirer," ucap Bambam sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ia duduki dan meletakkan ponselnya di meja. Sepertinya sudah selesai war.
"Tapi terkadang ngeri sih," sahut Mingyu sembari mengeluarkan charger dari tas-nya. Sepertinya war selesai karena ponsel Mingyu low-bat. "Memangnya sudah berapa banyak?" tanya Mingyu pada Jungkook yang kini sibuk menghitung sticky note yang ia simpan di dalam kotak.
"Empat puluh lima," jawab Jungkook yang kini menutup kotak berisi kertas kecil warna-warni dan kembali memasukkannya ke dalam laci.
Jungkook mulai fokus pada kertas formulir dan juga laptop-nya. Mengetikkan beberapa nama beserta beberapa data diri lainnya pada kolom-kolom yang telah dibuatnya pada hari pertama pendaftaran peserta program sertifikasi dibuka. Sesekali menggigit roti serta menyeruput susu yang baru saja ia terima. Jungkook tidak terlihat khawatir dengan adanya racun dan sebagainya pada makanan yang diberi oleh seseorang yang tidak diketahuinya, ia sangat yakin si pemberi merupakan orang yang sangat baik karena telah memperhatikan kesehatannya.
Pintu ruang organisasi terbuka menampilkan sosok Namjoon dan juga seseorang yang belum Jungkook kenal. Jungkook melirik sekilas dan kembali fokus pada laptop dan juga tumpukan kertas formulir. Namjoon berjalan ke arah meja miliknya.
"Bam, minggir. Pindah ke kursi kosong lainnya," Namjoon mengusir Bambam yang sedari tadi duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi Namjoon.
"Tae, kemarilah," panggil Namjoon pada sosok yang masih setia berdiri di ambang pintu setelah Bambam bangkit dari duduknya dan menghampiri Mingyu yang baru saja menyelami mimpinya disebuah karpet yang memang digelar di sudut ruangan tak jauh dari pintu.
Sosok namja yang sedari tadi berdiri di ambang pintu pun berjalan menghampiri Namjoon, dan mendaratan pantatnya pada kursi yang sempat diduduki oleh Bambam.
"Kook-ah," Namjoon menoleh pada Jungkook yang masih sibuk disebelahnya.
"Wae?" balas Jungkook tanpa mengalihkan pandangannya pada laptop.
"Kau mau sesi berapa?" tanya Namjoon sembari memegang tiga lembar kertas ditangannya.
"Apa boleh memilih?" Jungkook menatap Namjoon dan mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Hm, satu formulir sesi pertama, dan dua formulir sesi kedua," balas Namjoon sembari menunjukkan kertas yang dipegangnya.
"Hanya tiga?"
"Kuota terbatas."
Jungkook menganggukkan kepala pelan tanda mengerti, "lalu yang dua?"
"Mereka," telunjuk Namjoon mengarah pada dua bocah yang tengah berbaring menjelajahi alam mimpi masing-masing.
"Mwo? Kau telah mendapatkan persetujuannya?" tanya Jungkook tak percaya.
"Tentu saja," jawab Namjoon bangga. Tentu saja bangga, meminta Mingyu dan Bambam untuk mengikuti program pelatihan –salah satu program kerja organisasi fakultas– akan sangat mustahil. Mereka termasuk mahasiswa termalas diangkatan Jungkook, asal kalian tahu.
"Yasudah, aku yang sesi satu saja," putus Jungkook santai.
"Wae?" tanya Namjoon heran. Pada umumnya mereka akan berebut mencari teman agar tidak kesepian saat program pelatihan berlangsung, karena menurut mahasiswa akan sangat membosankan saat pemateri menjelaskan. Tapi tidak dengan Jungkook.
"Aku tak ingin mereka berpisah, tentu saja," jawab Jungkook sekenannya dan kembali fokus pada layar di depannya.
"Kau sesi berapa?" tanya Namjoon pada sosok yang tengah duduk di depannya.
"Aku sesi satu," suara bariton terdengar berasal dari sosok di depan Namjoon.
"Mengapa tak ikut kepanitiaan saja? Bukankah kau juga anggota organisasi fakultas?" tanya Namjoon yang kini tengah mengisi formulir untuk melengkapi data diri Mingyu dan Bambam. Kenapa Jungkook tidak sekalian? Namjoon tahu Jungkook bukan pemalas macam dua bocah yang kini menjelajahi alam mimpi masing-masing.
"Aku hanya ingin mendapatkan sertifikat peserta bukan panitia," jawab namja pemilik suara bariton tadi. Namjoon terkekeh mendengar jawaban lawan bicaranya.
"Kook, apa kau sudah selesai?" tanya Namjoon pada Jungkook yang masih fokus pada layar dihadapannya.
"Kurang satu."
"Isi ini setelah kau selesai," Namjoon meletakkan formulir di meja Jungkook. Jungkook hanya melirik sekilas dan kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Ah, akhirnya," Jungkook menghela napas panjang beberapa menit setelahnya, mengambil kotak susu yang isinya tinggal setengah dan menyeruputnya kembali.
Jungkook menutup laptop-nya dan mengambil lembaran yang baru saja diberikan oleh Namjoon. Membacanya sebentar, kemudian mengambil bolpoin untuk mengisi data dirinya.
Namjoon menatap Taehyung yang sedari tadi tersenyum kecil dengan sepasang earphone yang menyumpal telinganya dan juga ponsel yang menjadi pusat perhatian namja dihadapannya.
"Kau sehat?" tanya Namjoon yang kini menatap Taehyung.
"Tentu saja," jawab Taehyung ringan sesekali terkekeh pelan.
"Kau sedang apa?" tanya Namjoon yang sepertinya benar-benar penasaran.
Taehyung menghadapkan layar ponselnya pada Namjoon dan membuat Namjoon mengangguk paham.
"Kau menyukai manga?" Yap, ternyata Taehyung sedang membaca cerita manga di ponselnya.
Taehyung mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Namjoon.
"Ah kau tahu? Jungkook juga suka membaca cerita manga," Taehyung melirik Namjoon sekilas dan beralih melirik Jungkook yang masih sibuk mengisi data diri pada lembaran formulir di depannya.
"Benarkah?" sahut Taehyung seakan tak percaya dengan ucapan Namjoon. Dan Namjoon hanya mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Taehyung.
Jungkook menyerahkan formulir yang telah ia isi kepada Namjoon dan kembali duduk bersandar di kursinya dan berniat menghabiskan susu yang masih tersisa di hadapannya.
"Kau mendapatkannya lagi, Kook?" tanya Namjoon pada Jungkook. Dan sukses membuat Taehyung mengalihkan perhatiannya menatap dua orang di hadapannya.
"Ne, sudah yang ke empat puluh lima," jawab Jungkook tersenyum bangga.
"Kau menghitungnya?"
"Tadi Mingyu bertanya, jadi aku menghitungnya." Jungkook berdiri membawa kotak susu beserta plastik roti keluar ruang organisasi untuk membuang sampah.
"Kau tahu? Terkadang Jin memintaku untuk meletakkannya," Namjoon bergumam pelan saat Jungkook sudah keluar ruangan sembari merapikan tiga formulir anggotanya dan menyerahkannya pada Taehyung.
Jungkook kembali memasuki ruangan dengan membawa map kertas di tangannya.
"Hyung, titipan dari Mark-hyung. Katanya diambil besok," Jungkook menyerahkan map kertas kepada Namjoon.
"Kenapa tidak masuk sendiri?" tanya Namjoon heran.
"Buru-buru," jawab Jungkook persis dengan jawaban Mark yang sempat ia tanya. Namjoon menganggukkan kepalanya pelan.
"Baiklah, aku kembali ya hyung. Aku harus menyerahkan ini," pamit Taehyung sembari mengangkat formulir di tangannya.
"Ah, baiklah. Jika ada kekurangan, hubungi aku atau wakilku, ne?" ucap Namjoon berdiri dari kursinya.
"Tentu saja," balas Taehyung sekenannya. "Aku kembali dulu Jungkook-ssi," lanjutnya sembari membungkuk kecil kepada Jungkook.
"Ah ne, sunbae," salahkan otak Jungkook yang lupa dengan nama namja dihadapan Namjoon itu dan membuatnya memanggil namja itu dengan sebutan 'sunbae'.
Namjoon terkekeh pelan, bangkit dari duduknya dan menepuk bahu Jungkook pelan, "lain kali perhatikanlah sekitarmu, bahkan dia mahasiswa populer di fakultas dan kau tidak tau jika dia satu angkatan denganmu," Namjoon tersenyum di akhir kalimatnya.
Jungkook menunduk malu karena salah mengira bahwa Taehyung adalah sunbae-nya, "mian, aku baru tahu," tangannya terangkat menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.
"gwaenchanha, panggil Taehyung saja" sahut Taehyung tersenyum kecil.
Namjoon berjalan mengekori Taehyung menuju arah pintu.
"Kook, aku akan ke kantin. Apa kau pesan sesuatu?" Namjoon menoleh ke arah Jungkook.
"Ani, aku masih kenyang," Jungkook membalas ucapan Namjoon tanpa mengalihkan perhatiannya yang fokus pada ponsel di tangannya.
Terdengar suara pintu tertutup pelan. Jungkook masih fokus membaca cerita manga di ponselnya.
Jungkook mengalihkan pandangannya pada jam dinding yang menempel di salah satu sisi dinding ruangan. Jarum jam menunjukkan pukul 12.45 dan Jungkook berdiri dari kursinya, melangkahkan kakinya menuju dua bocah yang masih menyelami alam mimpinya.
Jungkook mennunduk, mengulurkan tangannya kearah kepala dua bocah tersebut, dan...
PLETAK~
"Iyaiya, ini bangun," ucap mereka seakan telah hafal dengan kebiasaan Jungkook yang selalu membangunkan mereka dengan jitakan penuh kasih sayang.
Mingyu dan Bambam bangkit dan keluar ruangan menuju kamar mandi hanya sekedar mencuci muka dan kembali lagi ke ruangan untuk mengambil tasnya.
Jungkook, Mingyu, dan Bambam berjalan menuju kelasnya. Kalian pasti ingat jika mereka ada jadwal kuliah jam satu siang.
.
.
.
to be continue
.
.
Aku bener-bener gatau harus gimana ngatur tata letak conversation pesan maupun telfon-nya, baru sadar kalo disini gaada align right-nya haha. Dan berhubung ini tulisan perdanaku, yang bener-bener baru pertama kali nulis. Jadi, maafkan jika sangat banyak kekurangan. Saran kalian akan sangat membantu. Terima kasih sudah menyempatkan membaca.
sign,
chachajoa
