Mingyu Sunbaenim
.
.
.
Cast:
Meanie, Seoksoo, Junhao, Jeongcheol, Soonhoon, Verkwan, Dino
Other cast jika dibutuhkan nanti
.
Summary:
Jeon Wonwoo, siswa baru Pledis SHS yang baru bisa melanjutkan pendidikannya akibat putus sekolah harus dihadapkan dengan sunbaenim menyebalkan di hari pertama orientasi sekolahnya. Bagaimanakah Wonwoo menjalani hari-harinya di sekolah?
.
Rate:
T ga tau nanti bisa jadi M
/ketawa ala Hoshi/
.
.
.
Pledis SHS, salah satu sekolah berprestasi di kota Seoul baru saja membuka gerbangnya bagi ratusan siswa baru di tahun ajaran baru. Berbagai kalangan masuk ke sekolah ini, terutama dari kalangan menengah ke atas, yang tentunya sanggup membayar bulanan sekolah ini yang tergolong mahal. Siswa miskin? Bertahun-tahun sekolah ini menyelenggarakan program beasiswa secara online, tapi tidak pernah ada yang berhasil melaluinya kecuali satu orang di tahun ini, Jeon Wonwoo.
Jeon Wonwoo hanyalah seorang pemuda biasa yang luar biasa pintarnya, tapi ia tidak bisa melanjutkan sekolahnya ke SHS tahun lalu akibat masalah keluarga. Ayahnya seorang pengusaha dan tepat saat Wonwoo berjuang untuk ujian akhir di JHS ayahnya mengalami kebangkrutan, perusahaannya mati diambil alih perusahaan raksasa. Keluarganya jatuh miskin, Wonwoo pun terpaksa tahu diri untuk tidak memberatkan kedua orang tuanya dengan bersekolah. Rumah mewah, mobil, serta semua asset yang mereka punya digunakan untuk bertahan hidup sementara, membayar hutang sampai membiayai pengobatan Mr. dan Mrs. Kim yang keduanya sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia. Ayahnya meninggal lebih dulu kemudian disusul ibunya beberapa minggu kemudian. Kata dokter ini sakit jantung membuat Wonwoo yang masih belum genap 17 tahun itu harus hidup sendirian, dibekali beberapa sisa perhiasan milik ibunya yang belum terjual dan sisa uang tabungan ayahnya yang tidak banyak di rumah kecil yang dibeli ayahnya dari hasil penjualan asset mereka.
Wonwoo bukanlah pemuda yang ceria, ia terbiasa memendam masalahnya sendiri. Orang tuanya meninggal pun ia tak sedikitpun meneteskan air mata, bukannya tidak sedih, Wonwoo hanya tidak bisa mengekspresikan perasaan yang dirasakannya. Dia juga bukan orang yang banyak bicara. Lebih tepatnya Wonwoo tidak suka bicara. Baginya bicara hanya menghabiskan waktunya saja, lebih baik membaca. Wonwoo gemar membaca buku filsafat, biografi, sejarah, dan tentunya komik sebagai selingan.
Sepeninggal orang tuanya, Wonwoo bekerja sambilan sebagai guru les anak-anak di sebuah lembaga pendidikan. Kepintarannya yang membuatnya bisa diterima bekerja di sana. Tak tanggung bahkan ia sudah menguasai materi SHS saat dia masih JHS, ditambah tinggi tubuhnya yang mencapai 183 cm tak pelak sering disangkai anak kuliahan oleh anak-anak didiknya yang kadang lebih tua darinya. Suatu hari pula di lembaga pendidikan itu Wonwoo mendapat informasi bahwa Pledis SHS mengadakan program beasiswa. Bosnya di lembaga pendidikan itu memberitahunya bahwa syarat masuk ke sana sangat sulit, bahkan ujian masuknya pun sangat sulit sehingga belum pernah ada yang bisa masuk ke sana melalui jalur beasiswa. Awalnya Wonwoo ragu tapi ia tetap mencoba dan akhirnya lulus.
Di sinilah ia, di lapangan Pledis SHS, berkumpul dengan anak-anak lain yang masuk bersamaan dengannya. Sungguh jika bisa Wonwoo ingin tidur saja di perpustakaan sekolah ini ketimbang berjemur di bawah teriknya matahari menggunakan atribut yang memalukan. Bagaimana tidak, siswa baru diwajibkan menggunakan topi dari bola plastik, name tag dari kardus bekas yang diwarnai, ditempeli daun-daunan dan bunga-bungaan juga foto dengan pose konyol dan bertali sesuai warna yang ditentukan oleh panitia. Sedangkan tali sepatu mereka dipasangi lonceng kecil mirip seperti lonceng yang ada di kalung kucing. Tas sekolah mereka diganti dengan kresek besar berwarna sesuai kelompok yang diisi barang bawaan perintah dari OSIS. Wonwoo menyumpahi siapa saja panitia yang membuat peraturan ini, ia menghabiskan separuh gajinya untuk membawa peralatan bodoh ini di hari pertamanya sekolah dan ini semua akan dibuang segera setelah 3 hari, iya masa orientasi siswa baru hanya berlangsung selama 3 hari.
Belum lagi barang bawaan yang mesti ditentengnya, kebetulan Wonwoo mendapat regu rose quarts jadi ia menggunakan tali berwarna soft pink, bola berwarna pink, juga kresek pink untuk tas sekolahnya. Wonwoo melirik dua bungkus cokelat ukuran besar di tas kreseknya. Selain coklat kresek itu juga berisi dua buah kentang rebus, satu buah sosis ukuran jumbo, satu liter minyak goreng, dan juga dua kilo beras. Wonwoo sempat berpikir apa dia salah masuk ke sekolah memasak. Jika iya maka Wonwoo harus melarikan diri membatalkan beasiswanya. Wonwoo anti memasak, untuk makan sehari-hari dia makan di tempatnya bekerja, kebetulan semua tenaga pengajar di sana disediakan chatering harian. Bedanya pengajar lain memiliki jam 4 sampai 5 jam saja sedangkan Wonwoo hampir 12 jam, dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam, karena hanya dia pengajar yang waktunya luang paling banyak jadi otomatis dia makan pun 3 kali sehari di tempatnya bekerja.
"Adik-adik semuanya selamat pagiiii!" sebuah suara menginterupsi kehebohan peserta orientasi pagi itu, semua anak-anak menoleh ke depan mereka menemukan segerombolan siswa dan siswi dengan jaket berlabel OSIS di punggung mereka. Anak-anak di lapangan Pledis SHS ini sedang terpesona pada OSIS di depan mereka karena mereka memiliki wajah yang tampan dan cantik layaknya idol di televisi, dan hanya satu orang yang cuek bebek menendang kerikil di kakinya dengan reaksi, "Adik kepalamu, aku mungkin seumuran dengan kalian. Lagipula ini sudah jam 10, sudah bukan pagi lagi bodoh!" Iya itu Wonwoo. Jeon Wonwoo, manusia paling tsundere sedunia.
"Adik-adik, kenalkan namaku Choi Seungcheol! Aku ketua OSIS di sini, kalian bisa memanggilku Seungcheol sunbaenim, Seungcheol Oppa, atau Seungcheol Hyung." Sang ketua memperkenalkan diri dan anggotanya. Wonwoo hanya menoleh dengan acuh sampai ia mengenali salah satu anggota OSIS di sana. Seksi kedisiplinan katanya Seungcheol tadi. Seorang siswa dengan tubuh tinggi menjulang, kulit agak gelap dan wajah tampan. Iya Wonwoo mengenalinya, itu adalah muridnya di tempat les.
"Sialan, Kim Mingyu? Muridku? Haaah? Dia OSIS? Aaaaah~~ siaaaaal!" Wonwoo membatin dan mulai gelisah. Kim Mingyu, muridnya di tempat les yang terkenal pintar bahkan sering membantah perkataan Wonwoo karena merasa pintar. Mingyu adalah siswa akselerasi saat JHS. Harusnya ia masuk SHS tahun ini tapi kenyataannya ia sudah kelas 2 sekarang. Wonwoo paling sebal jika harus mengajar Mingyu di tempat les, karena ia hanya mengatakan sudah tahu apa yang akan diajarkan Wonwoo lalu tidur di atas meja. Mingyu ikut les hanya menyenangkan orang tuanya. Dan Wonwoo mengakui kepintaran Mingyu sayangnya ia suka ceroboh mengerjakan soal terutama soal berumus seperti matematika dan fisika. Sisanya Mingyu sangat jago apalagi pelajaran Biologi bab reproduksi, Mingyu bahkan terang-terangan meminta Wonwoo mempraktekkan proses reproduksi manusia dengannya. Tentu saja setelah itu Wonwoo memukul kepala Mingyu dengan kamus anatomi tubuh yang sering dibacanya.
"Baiklah untuk regu rose squarts pendamping kalian adalah Kim Mingyu sunbaenim!" Ucap Seungcheol tiba-tiba, menyadarkan Wonwoo dari kegelisahannya. Jika bisa Wonwoo ingin kabur saja. Tidak ingin bertemu dengan si hitam mesum ini apalagi menjadi anak buahnya. Lututnya terasa lemas sekarang saat Mingyu datang menghampirinya untuk mengecek atribut dan barang bawaannya. Apalagi saat Mingyu berbisik di telinganya, "Jeon ssaem, di sekolah ini panggil aku Mingyu Sunbaenim" sambil memamerkan taring panjangnya.
.
.
.
TBC
.
.
Hanya keisengan seorang Imo fans terinspirasi dari Mingyu yang nyuruh Jeonghan manggil dia Mingyu sunbaenim, silahkan dibaca, ini baru prolog, jangan lupa review ya…
