Boku no Hero Academia©Kōhei Horikoshi

Story©Shin Aoi


Unimaginable Truth


Harem!Izuku. Multiple

Warning(s) : Possibly!OOC demi kebutuhan cerita, Typo(s), BL/Yaoi/Sho-ai, Villain!Izuku, Modificated Canon. Tidak memenuhi kaidah Bahasa Indonesia. Self Beta.

T+ menuju M

If you don't like this story, just click x button on your PC or Phone. Thanks.

Enjoy~


"T-tunggu! A-ano! All Might―"

"No! Aku tidak akan menunggu."

Perkataan pemuda yang baru saja memanggilnya dipotong begitu saja.

Aku tidak memiliki banyak waktu untuk mengobrol. Si Simbol Perdamaian berpikir seperti itu.

"T-tapi―"

Lebih baik kau menyerah saja. Kasus seperti ini memang jarang terjadi, namun kemungkinan untuk terjadinya tidaklah nol.

Izuku.. Gomen ne.. Ini semua salah Okaa-san...

Memangnya apa yang kau bisa hah?! Jangan sok berlagak didepanku! Kau tidak pantas untuk berjalan dihadapanku! Dasar quirkless tidak berguna!

Seketika tubuhnya bergetar, lengan yang tadinya berusaha menggapai All Might yang hendak pergi dari hadapannya, kini terkulai lemas disisi tubuhnya. Ia menundukkan kepalanya dalam. Matanya tertuju pada lantai atap sebuah gedung yang kini dipijaknya.

Mungkin itu semua benar, tapi.. meskipun begitu, a-aku

Izuku memutuskan, ia mengangkat kepalanya tegak. Menghirup napas dalam-dalam, lalu―

"Meskipun aku tidak memiliki quirk, apa aku bisa menjadi seorang pahlawan?!"

―berteriak.

Langkah kaki lelaki berperawakan tegap dan berotot itu terhenti.

Tidak memiliki quirk?

"B-bisakah seseorang tanpa quirk sepertiku menjadi pahlawan seperti dirimu?! All Might?!"

Izuku berteriak keras, ia menundukkan kepalanya dalam. Ia sudah siap mendengar jawaban yang akan All Might lontarkan kepadanya.

"Nak. Menjadi pahlawan profesional itu perlu kekuatan. Aku tidak bisa mengatakan 'Kau bisa menjadi pahlawan bahkan tanpa kekuatan' seperti itu."

Deg!

Netra hijau miliknya melebar. Nafasnya seolah berhenti. Ia merasa kalau pelupuk matanya sudah penuh dengan air mata.

Izuku sudah menyiapkan hatinya untuk mendengar jawaban dari pertanyaan yang baru saja ia tanyakan kepada All Might. Tetapi, tetap saja―rasanya menyakitkan.

"..."

"Jika kau ingin menolong orang lain, kau bisa menjadi seorang polisi, nak. Itu juga pekerjaan yang bagus."

Setelah mengatakan hal itu, All Might melompat ke atas langit. Meninggalkan Izuku sendirian disana.

Bruk!

Sepasang kaki yang sedari tadi bergetar sudah tak sanggup menyangga bobot tubuhnya dan alhasil ia jatuh terduduk.

Jangan menangis Izuku! Ini adalah kenyataan yang harus kau hadapi. Tapi, karena kau tau ini kenyataan kau begitu putus asa bukan?! Terus menerus mengalihkan pandangan! Lari dari kenyataan!

Perlahan air mata meluncur melewati kedua belah pipinya. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan agar suara isakan tidak lolos dari mulutnya. Namun, sekuat apapun ia mencoba, sekeras apapun ia menggigit bibirnya. Isak tangisnya tetap muncul.

Tangan yang selalu ia gunakan untuk mencatat potensi-potensi dari quirk pahlawan terkenal itu merogoh isi ranselnya. Mengeluarkan sebuah buku catatan, di sampulnya tertulis; Catatan analisis quirk untuk masa depan. Izuku menatapnya lama.

Kenyataan memang kejam. Hidup ini sungguh tidak adil. Bisiknya.

Meletakkan buku itu dengan sembarang, Izuku melipat kaki dan menenggelamkan kepalanya disana. Ia menangis. Menumpahkan keluh kesahnya dan kekecewaan hatinya hingga ia tertidur.


Izuku terbangun akibat tiupan angin sore yang dingin. Ia menatap sekelilingnya kosong, lalu mengalihkannya ke langit senja.

"Nak. Menjadi pahlawan profesional itu perlu kekuatan. Aku tidak bisa mengatakan 'Kau bisa menjadi pahlawan bahkan tanpa kekuatan' seperti itu."

Ucapan si Simbol Perdamaian terulang dipikirannya, dengan cepat Izuku menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Surai hijau bergelombangnya bergoyang lembut mengikuti irama. Memungut buku analisis pahlawan miliknya yang tergeletak bebas di lantai atap, lalu ia pun berdiri.

"Tak apa, Izuku. Semuanya akan baik-baik saja. Mungkin.."

"Baiklah, aku harus pulang. Okaa-san pasti mengkhawatirkanku."

Sepasang kakinya berlari menuruni tangga bangunan kosong itu dengan tergesa-gesa. Ia berlari kecil menuju kearah distrik tempatnya tinggal. Tetapi, saat sampai disana, Izuku disambut dengan―

Bum!

Blar!

―ledakan.

Iris zamrud miliknya membola melihat keadaan disekitar. Gedung apartemen yang ia tinggali bersama sang Ibu telah runtuh dengan tanah.

"A-apa yang t-terjadi?" suaranya bergetar. Ia panik, takut.

"Oi! Nak! Pergi menjauh dari tempat ini! Terjadi serangan villain secara tiba-tiba disini! Lari ketempat yang aman!"

Seorang lelaki yang diduga pahlawan profesional berteriak kearah Izuku.

"V-villain?!" Netranya melebar.

Okaa-san! Aku tidak melihatnya! Dimana? Okaa-san!

Izuku menoleh kesana-kemari. Keadaan disekitarnya semakin ribut, banyak para warga yang berteriak meminta pertolongan dan menangis. Semuanya bercampur aduk.

Okaa-san.. Kami-sama.. Kumohon! Semoga Okaa-san, baik-baik saja. Lindungilah dirinya..

Izuku memohon, air matanya kembali merembes keluar melewati pipi gembilnya dan dengan nekat ia berlari kearah lokasi pertarungan, dimana para pro hero bertarung dengan villain yang mengacau.

"OI! KAU! JANGAN KESANA!"

Teriakan peringatan dengan sengaja Izuku abaikan.

Okaa-san lebih penting dari nyawaku sekalipun. Aku akan mengorbankan apapun demi Okaa-san.

Izuku terus berlari, mengabaikan para pro hero yang menatapnya ngeri. Tidak menyangka jika ada seorang pemuda sepertinya menerobos ke area pertarungan.

"OKAA-SAN!"

Izuku menangkap objek yang sedari tadi ia cari. Ia berlari dengan cepat kearah Midoriya Inko, sang Ibu yang tergeletak lemah diatas puing reruntuhan bangunan.

Mengguncangkan pelan tubuh Ibundanya, berharap agar ia segera meraih kesadarannya kembali dan menatap kearah dirinya.

"Okaa-san.. kumohon. Bangunlah.. Maafkan aku karena pulang terlambat hingga aku tak mampu melindungimu dari kejadian seperti ini.." Tangisan tumpah ruah dari bibir mungil Izuku.

Seolah jika Sang Dewa mengabulkan doanya, Inko mengangkat kelopak matanya saat itu juga. Ia menatap Izuku yang tengah menutup rapat kedua kelopak matanya, air mata membasahi wajahnya. Bibir mungil itu tak berhenti bergumam untuk mengucapkan permintaan maafnya.

"I-zuku.."

Inko bergumam lemah, ia mencoba mengangkat lengannya. Meraih sisi wajah anak lelakinya. Membelai lembut pipinya yang memiliki freckles, serupa seperti mendiang Suaminya.

"Okaa-san.." Izuku terperangah menatap sang Ibu yang tersenyum manis kearahnya.

"I-zuku.. s-syukurlah.. kau t-tak apa-apa, ne?"

"Un, aku tak apa.. Okaa-san. Gomen nasai, ini semua salahku. Jika saja ak―"

"Izuku.. berhenti menyalahkan dirimu sendiri, nak. Ini bukan salahmu. Mengerti?"

"U-um."

Izuku mengangguk kecil, lalu membantu sang Ibu berdiri.

"Okaa-san, ayo pergi dari sini. Kita harus segera mencari tempat yang aman."

Inko mengangguk lemah.

Izuku mengalungkan lengan sang Ibu di pundaknya kemudian memapah beliau. Mereka terus berjalan, menghindari para villain yang tengah disibukkan dengan pahlawan.

Saat mereka berjalan, Inko merasakan ada bayangan besar yang berdiri dibelakangnya dan juga Izuku. Ekor matanya berusaha melihat apa yang ada dibelakang mereka hingga,

Deg!

Sepasang netra yang serupa dengan milik Izuku itu melebar. Ia melihat pria bertubuh besar dengan membawa sebuah death scyhte berukuran raksasa dan berwarna hitam.

Inko mendorong Izuku dengan refleks sebelum pria itu mengayunkan scyhtenya. Izuku tersungkur 2 meter lebih jauh dari tempat Inko.

Apa yang terjadi? Kenapa Okaa-san mendorongku?

Izuku mengusap dahinya yang terantuk tanah, lalu menatap telapaknya.

Darah..

Ia membalikkan tubuhnya mencoba melihat keadaan sang Ibu, iris hijaunya terbelalak melihat―

"Okaa-san!"

"Jangan mendekat! Izuku!" Inko berteriak histeris ketika Izuku hendak berlari kearahnya.

―seorang pria besar yang tengah mengayunkan sabit besar kearah Ibunya.

"T-tidak! Hero! Siapapun itu! Tolong Ibuku!"

Netra zamrudnya melirik kesana kemari, mencari sosok pro hero yang hampir tidak ada disekitarnya.

Itu dia! Ada disana! Pro hero; Manual!

Izuku menatap kearah Manual dan beberapa sidekicknya dengan tatapan berharap. Izuku berharap mereka akan menolong sang Ibu yang nyawanya tengah diujung tanduk.

"Manual-san! Tolong Ibuku! Onegai! Disana ada villain yang akan membunuh Ibuku. Kumohon! Selamatkanlah ia!"

Manual dan beberapa sidekick di agensinya ada disana. Namun, mereka hanya bergeming mendengarkan teriakan Izuku.

K-kenapa? K-kenapa mereka hanya terdiam? Mereka tidak melihat kalau Ibuku sedang dalam bahaya?!

"ONEGAI! SELAMATKANLAH IBUKU, MANUAL-SAN!"

Teriakan Izuku diabaikan, para hero yang ada disana hanya berdiri ketakutan menyaksikan apa yang akan terjadi.

Tidak ada yang menolong Ibuku. Bukankah mereka seorang pahlawan? Bukankah mereka bertugas melindungi masyarakat dari para penjahat? Tapi kenapa?

Izuku sudah putus asa, ia salah menggantungkan keselamatan sang Ibu ditangan para pahlawan yang ada ditempat itu dan akhirnya Izuku sendirilah yang memutuskan untuk menyelamatkan sang Ibu.

"Tidak! Jangan mendekat Izuku!"

"Nyonya, kau ini berisik sekali ya? Aku jadi ingin membunuhmu."

"T-tidak―"

"Matilah.." bisik pria itu sambil tertawa pelan.

Syung!

Dengan sekali tebasan tubuh Inko terbagi menjadi dua bagian dan perlahan menghilang menjadi abu.

Deg!

Izuku tidak percaya dengan apa yang ia lihat barusan. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Oksigen disekitarnya seolah hilang, nafasnya sesak.

Okaa-san.. A-apa? B-baru saja? Y-yang tadi itu

"Hm.. sudah kuduga quirk ini berguna sekali, menebas manusia dengan schyte ini membuatku tidak perlu membersihkan mayat mereka. Heh―tidak salah aku bergabung dengan organisasi ini."

Menebas? Apa yang villain itu teb

Deg!

Netra hijau gelapnya membola, ingatannya berjalan mundur seketika.

"Tidak! Jangan mendekat, Izuku!"

Tubuh Ibunya terbelah menjadi dua bagian, lalu perlahan hangus menjadi abu. Sebelum benar-benar hilang, Izuku sempat melihat senyum hangat sang Ibu terkembang dan berkata,

"Jadilah apapun yang kau inginkan, Izuku. Ibu mencintaimu, dan maafkan Ibu ne?"

kemudian, abu itu lenyap bersama udara yang berembus.

"Okaa-san.. sudah tiada. Villain.. ia membunuh Ibuku.. lalu, hero? Apa yang mereka lakukan? Ia hanya diam saja melihat Ibuku dibunuh tepat didepan mataku." Tatapan Izuku mendadak kosong. Iris hijau gelapnya terlihat hampa.

"Oi bocah! Ingin menjadi korban kedua dari sabitku hari ini? Barusan Ibumu sudah lho. Bagaimana? Keren 'kan?" Pria itu menghampiri Izuku dengan mengangkat sabitnya tinggi-tinggi.

"..."

"Hey, bocah sialan! Beraninya kau mengabai―"

"...kau telah membunuh Okaa-san.. kau harus mati." Iris zamrud Izuku menggelap.

"Heh―kau ingin membunuhku? Jangan bercanda bocah. Masih terlalu cepat 100 tahun untukmu." Seringai lebar terkembang di wajahnya.

"Mati kau!"

Izuku berlari kearah lelaki itu tanpa senjata. Jikalau sabit besar itu membelah tubuhnya menjadi dua bagian, ia pun rela. Izuku bersedia mati jika hal itu akan langsung mempertemukan dirinya dengan sang Ibu.

Berharaplah dikehidupan selanjutnya kau akan memiliki quirk! Kuso Deku!

Ucapan teman kecilnya terngiang ditelinga.

Mungkin perkataanmu ada benarnya juga, Kacchan...

"Heh―mati kau, bocah!"

Syung!

Dengan segenap kekuatannya, pria itu mengayunkan scyhte berbentuk sabit yang memiliki ukuran raksasa.

Okaa-san.. tunggu aku..

Sebelum sabit itu menyentuh tubuh Izuku dan membelahnya, ada seorang lelaki yang tak kalah besar dan mengenakan topeng. Ia meninju lelaki yang membawa sabit itu.

Buagh!

"Bukankah sudah kubilang, kau tidak boleh membunuh seorang anak kecil? Cih―lemah sekali. Baru satu kali pukul saja sudah mati." Pria bertopeng itu bergumam.

Izuku jatuh terduduk.

Ah.. aku tidak jadi mati.

Pria bertubuh tegap dan bertopeng itu menatap datar tubuh Izuku yang bergetar dan terduduk dijalanan. Ia menatap penuh minat kearah Izuku ketika lelaki bersurai hijau gelombang itu mendongakkan kepalanya. Menatap lurus kearah topeng yang dikenakannya.

"Oji-san.. kenapa kau menyelamatkanku?"

"..." Lelaki itu hanya diam.

"Oji-san.. kenapa kau menyelamatkanku? Harusnya kau biarkan saja aku mati di tangan penjahat tadi! AKU INI HANYA ANAK TIDAK BERGUNA YANG TIDAK MEMILIKI QUIRK APAPUN! AKU TIDAK BISA BERBUAT APA-APA SAAT OKAA-SAN TERBUNUH DIHADAPANKU! KENAPA OJI-SAN MEMBIARKAN KU TETAP HIDUP?!"

Lelaki berperawakan tinggi besar itu berjongkok. Mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Izuku. Menggamit dagu lelaki mungil bersurai hijau bergelombang itu, lalu menatapnya intens dari dalam topeng yang ia kenakan.

"Aku merasa kau mempunyai sorot mata yang bagus, nak."

"..."

"Ingin bergabung bersamaku?"

"..."

"Kau ingin kekuatan bukan? Quirk? Aku bisa memberikannya padamu."

"..."

"Tentunya itu bukanlah hal yang bisa kau dapatkan secara gratis. Sebagai gantinya, kau harus bergabung dengan Aliansi Penjahat."

"..."

"Nak. Menjadi pahlawan profesional itu perlu kekuatan. Aku tidak bisa mengatakan 'Kau bisa menjadi pahlawan bahkan tanpa kekuatan' seperti itu."

Ucapan sang Idola, All Might kembali terngiang. Bahkan, Idolanya saja berkata seperti itu. Seketika terpikir olehnya.

Kekuatan adalah segalanya.

"Bagaimana, nak? Tertarik?"

"Manual-san! Tolong Ibuku! Onegai! Disana ada villain yang akan membunuh Ibuku. Kumohon! Selamatkanlah ia!"

"Onegai! Selamatkanlah Ibuku, Manual-san!"

Bahkan pro hero sekalipun tidak ada yang menyelamatkan Ibuku.. Apa salahku? Apa karena aku tidak memiliki quirk? Karena aku berbeda dari yang lainnya? Karena aku quirkless, kalian memandangku sebelah mata?

Aku sudah tidak tahu lagi! Harus kepada siapa aku bersandar? Aku bahkan tidak percaya pada diriku sendiri! Pahlawan?! Omong kosong! Mereka semua adalah sampah.

"..."

"Kau bisa percaya pada diriku, nak." Seolah mengerti apa yang sejak tadi dirisaukan Izuku, pria itu berbicara demikian.

"Benarkah?" Izuku bergumam pelan.

"Tentu saja, ayo kita hancurkan dunia yang penuh kebusukan ini dan membuat dunia baru, dimana para pahlawan tidak ada didalamnya." Seringai pria itu terkembang dengan apik didalam topeng yang dikenakannya.

"Baiklah, Oji-san. Aku menerima tawaranmu dan siapa namamu?"

Okaa-san.. kuharap kau tak membenciku..

"Namaku―"

.

.

.

"Hito to iu moji ga tagai o sasaeau no nara."

"Jibun mo shinjirarenai boku wa, nani sugarya in dayo?"

Mafumafu – Berserk.

.

.

.


Err―tbc


Yahallo~ para penghuni BNHA fandom! Ao kembali dengan mempersembahkan cerita baru yang rencananya bakal dibikin multichap!

Adakah yang tertarik dengan cerita ini? Tolong jangan kubur Ao karena membuat Izuku-chan yang manis-manis unyu itu berada di pihak villain :"(

Sebenarnya, Ao belum memutuskan untuk membuat pair utamanya siapa.. mungkin nanti seiring berjalannya cerita bakal Ao tentukan.. hehe..

Dan.. MAAFKAN AO YANG SUDAH MENISTAKAN MANUAL-SAN! SUMIMASEN DESHITA! /sungkem

Manual: Kau sungguh Author yang jahat.. Aoi..

Ao : Dakara.. gomen –tteba :( semua untuk kepentingan cerita:( Manual-san terima saja, ne?

Manual : ...

Ao : Tehe pero :9

Manual : "Tehe pero :9" Janee yo! Kuso Author!

Ao : /lari

Yosh! Last, Mind to review? *kittyeyes*