Who are you?

. . .

Angin musim semi tahun ini sangatlah indah. Bunga-bunga romantis menjadi latarnya. Tetapi musim semi selalu menjadi sesuatu hal yang di benci oleh Baekhyun-gadis berambut coklat dengan potongan bob yang sedang duduk di atas bangku taman menghadap sebuah sungai. Ia menghembuskan nafas berat. "ck, menyebalkan." Gumamnya sendirian. Kemudian ia berdiri melanjutkan perjalanannya menuju rumah yang hanya di tinggali olehnya dan ayahnya.

Ia menghambin tas punggung dan memeluk beberapa buku tebal di tangan kirinya. Ia berjalan sampai ke sebuah halte yang cukup ramai, yak arena jam sekarang ini adalah jam di mana semua siswa atau mahasiswa baru menyelesaikan kelasnya. Wajahnya datar cenderung di tekuk.

Beberapa menit setelah ia berdiri di halte itu, sebuah bis berwarna biru dengan badan yang hampir sepenuhnya adalah sebuah papan iklan yang menampilkan produk juga brand ambassador yang di ambil dari kalangan artis kelas atas yang mempunyai banyak penggemar.

Baekhyun mmelakangkah mendekat ke pintu bis setelah semua orang yang turun di pemberhentian itu. ia beruntung berada di barisan depan hari ini karena bisa mendapatkan kursi kosong di jam sibuk seperti ini. ia mendudukkan dirinya di samping kiri bis yang dekat dengan jendela. Duduk di dekat jendela saat di dalam kendaraan memang favoritenya. Setidaknya ia bisa terhibur dengan melihat jalanan dan memperhatikan banyak orang.

"chogi.." sebuah suara berat khas laki-laki membuatnya menoleh. "ne?" tanyanya. "kau belum menempelkan kartu mu." Ucap laki-laki itu. "ah ne, mian." Ucap Baekhyun kemudian berdiri tetapi ia menatap laki-laki itu was was kalau saja laki-laki itu mengambil tempatnya.

"tenang saja aku akan duduk di sini." Ucap laki-laki itu yang menunjuk tempat duduk di seberang Baekhyun sambil tersenyum. "aku tidak berkata apa-apa." Balals Baekhyun, sedikit ketus, menahan malu. Laki-laki itu hanya mengangkat pundaknya dan mendudukkan diri di tempat yang di tunjuknya tadi.

Setelah menempelkan kartunya pada mesin scan, Baekhyun merasa laki-laki yang sekarang memasang headphone berwarna putih itu tidak asing. Atau mungkin saja laki-laki itu banyak kembarannya? Maksud Baekhyun mirip.

Sepanjang perjalanan ia hanya menatap laki-laki yang duduk di seberangnya itu tanpa memperdulikan pemandangan jalanan kota seoul yang selalu membuatnya terhibur. Laki-laki itu tertidur dengan headphone putih yang mungkin lagunya membuat laki-laki itu tertidur. Bibir tipis, kulit putih, rambut hitam model acak-acakan, dan tinggi sekitar 185 cm. Mantel hitam, sweater biru, celana jeans, dan sebuah sneakers berlogo bintang.

Tiba-tiba bis berhenti. Laki-laki itu terbangun. Baekhyun buru-buru memalingkan wajahnya dan melihat pemberhentian, oh ia sudah sampai di tempat tujuannya. Tapi, ia membiarkan laki-laki itu turun lebih dulu. Kemudian ia ikut turun.

Sampai di halte pemberhentian mereka. Ia mencoba menoleh melihat laki-laki itu, ternyata laki-laki itu juga menoleh padanya. Untuk sesaat keadaan terasa aneh. Laki-laki itu tersenyum dan memasukan sesuatu ke mulutnya lalu mengunyahnya. Wajah Baekhyun memerah. Laki-laki itu mengangkat tangannya dan melambaikannya di depan wajah Baekhyun. "aku duluan." Ucap laki-laki itu kemudian berjalan kea rah kanan, arah yang berlawanan dengan arah tujuan Baekhyun. Bodohnya, Baekhyun malah terbengong dengan tingkah laki-laki itu.

"insanghae(aneh)."

. . .

Baekhyun sampai. Sampai di depan rumah sederhana yang selama 15 tahun terakhir ini hanya di tinggali oleh ayahnya yang hanya seorang koki dan dirinya. Tanpa ibu. Bahkan Baekhyun sudah lupa bagaimana sosok seorang ibu itu seperti apa. Ia menghela nafas berat. Kalau mengingat hari itu, tepat 15 tahun yang lalu, sangat menyakitkan untuk anak perempuan yang baru genap berusia 5 tahun.

"yang pasti di antara mereka tidak ada yang ingat hari ini." gumamnya sebelum membuka knop pintu. Di balik pintu hanya ada jalan kecil yang di sekat antara pintu depan dan ruang tengah. Ruangan itu tampak gelap dan sepi. "kenapa gelas sekali." Baekhyun meraba-raba tembok yang ada di samping kirinya untuk menemukan stop kontak.

Klik.

PREEETTTT.

Suara bising terompet ultah itu membuat Baekhyun kaget. "aaa!" teriaknya panjang. "sela-." Pria yang kira-kira usianya 40 ketas itu tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena anaknya terus menjerit panjang. "yak , tan Baekhyun." Akhirnya Baekhyun diam dan mengelus dadanya. Matanya menyiratkan kekesalan pada ayahnya. "appa! Ku kira appa perampok atau penguntit! Buat kaget saja!" sementara Hankyung-ayahnya- hanya terkekeh dan menyodorkan sebuah kue dengan beberapa lilin ulang tahun di atasnya. "selamat ulang tahun, putriku." Ucapnya sambil tersenyum.

Di atas kue tertulis 'selama ulang tahun yang ke 20' dengan tulisan china. Baekhyun menatap ayahnya dengan tatapan terharu. Sedikit. "gomawo , appa." Ucapnya. "tiup dulu lilinnya, tangan appa pegal." Ucap hankyung. Baekhyun terkekeh dan ancang-ancang untuk meniup lilin. "tunggu dulu!" Baekhyun mendongakkan kembali kepalanya menatap ayahnya binggung. "ucapkan dulu permohonan mu." Ucap hankyung. "baiklah." Baekhyun memejamkan matanya sambil menangkupkan kedua tangannya selama beberapa detik lalu meniup lilinnya. Hankyung pun menaruh kuenya di meja.

"xie xie papa.." ucap Baekhyun menghambur pelukkan pada hankyung. Hankyung tersenyum sambil menepuk-nepuk punggung Baekhyun. "ini tidak seberapa, maafkan appa terlalu sibuk." Ucap hankyung dengan nada menyesal. Baekhyun melepas pelukkannya dan menatap hankyung. Hankyung hanya tersenyum, senyuman yang sangat di sukai Baekhyun, senyuman tulus seorang pahlawan baginya. Baekhyun ikut tersenyum , senyuman langka.

Hankyung menghela nafas wajahnya berseri tapi bercampur sedih. "bahkan senyumanmu sangat mirip dengannya.." gumam hankyung. Seketika senyuman Baekhyun luntur.

"jangan samakan aku dengan wanita itu." ucap Baekhyun membalikkan badan melangkah menuju dapur yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempat mereka berdiri tadi. Dapur, ruang kerja ayahnya. ia mengambil dua sendok Dan kembali. "jangan begitu.. bagaimana pun dia ibumu." Baekhyun menghela nafas dan duduk bersila di samping ayahnya.

"ibu mana yang meninggalkan anak dan suaminya demi orang yang nasibnya lebih baik dari kita?" Baekhyun menyendok kuenya dan menyodorkan suapan pertama untuk hankyung. "dan sudah 15 tahun berlalu kenapa appa masih mengingat bahkan appa masih mencintai orang itu?" Baekhyun menatap dalam ayahnya.

Wajah hankyung kembali berseri. "aku benar." Ucap Baekhyun. "orang itu bahkan dalam 15 tahun ini tidak pernah mencoba menghubungi kita setidaknya menanyakan kabar tentangku? Ah mungkin dia malu bertemu orang rendahan seperti kita." Baekhyun terus berkicau tentang kejelekkan ibunya, ia selalu seperti ini kalau hankyung tidak sengaja membahas mantan istrinya.

Hankyung hanya menghela nafas sabar. Hanya itu yang bisa ia lakukan, bersabar. Karena sebagian besar apa yang di katakan putrinya itu adalah kebenaran. "baiklah, bagaimana kuliahmu?" Tanya hankyung mengalihkan pembicaraan.

"lumayan." Ucap Baekhyun sambil menyuap kuenya. "eum, besok bawa teman-temanmu ke restoran untuk merayakan ulang tahunmu." Ucap hankyung. Baekhyun menatap hankyung ragu. Ia menaruh sendoknya. "aku tidak punya teman kecuali ya si pendek itu."

"waeyo? Pacar?" Baekhyun manelungkupkan kepalanya di atas meja. "apalagi itu." hankyung terkejut mendengar jawaban putri tunggalnya itu. "appa tidak percaya, gadis secantik dirimu tidak punya pacar." Ucap hankyung. "sudah lah appa aku tidak suka membahas ini." ucap Baekhyun. Hankyung hanya bisa menggeleng-geleng.

Hankyung menepuk pundaknya dan mengelus kepala Baekhyun seperti yang biasa ia lakukan sejak Baekhyun kecil. "carilah teman, kau masih muda, jangan sia-sia kan masa mudamu." Ucap hankyung bijak. Baekhyun mengangkat kepalanya. "aku..aku.. ah.. baiklah akan ku coba."

Selama ini Baekhyun memang tidak mempunyai teman yang tetap, dari SD, SMP, SMA temannya selalu berubah dan tidak ada yang bertahan. Ia bahkan tak tau alasannya apa. Ayahnya selalu menjadi sosok multifungsi baginya, teman, sahabat, ayah, ibu.. bahkan di datang bulan pertamanya ia harus bercerita dengan ayahnya karena tidak ada pilihan lain selain ayahnya.

Sebab itu ia benar-benar membenci ibunya juga hari ulang tahunnya. Tepat lima belas tahun yang lalu ibunya pergi dari rumah di hari ulang tahunnya untuk menikah dengan laki-laki lain meninggalkan ia dan ayahnya di sini.

. . .

"eomma ku mohon jangan pergi.. hiks."

"mianhae."

. LCH .

"neo? Gwenchana?"

"kamu … siapa?"

. . .

Buuk. "awh." Ringis Baekhyun menambrak lemari yang ia tabrak secara tidak sengaja hampir membuat buku-buku yang tersusun di sana berantakan. "resiko orang pendek." Sahut seseorang. Baekhyun menoleh. Ia mendengus. Seorang gadis berambut panjang bermata besar dengan kulit putih mulus. "kau tidak punya cermin?" Tanya Baekhyun. Gadis itu menyeringai. "tetapi aku tidak ceroboh seperti berjalan sambil menutup mata." Balas gadis itu.

"ck, dasar, bahkan kau lebih pendek dariku." Sanggah Baekhyun lalu mendudukan dirinya di kursi yang di sediakan sambil membuka buku yang di ambilnya tadi. Kyungsoo-gadis itu memutar bola matanya dan mengambil sesuatu di rak buku perpustakaan itu. "baek-ah, kau tidak mau mentraktirku?" gadis itu berbalik menghadap Baekhyun.

Baekhyun mendongakkan kepalanya. "kenapa aku harus mentraktirmu?" Tanya Baekhyun. Kyungsoo mendengus, menarik kursi di seberang Baekhyun dan ikut duduk. "kau kan sedang berulang tahun." Serunya antusias tapi tetap dengan volume yang rendah agar tidak di tegur oleh penjaga perpustakaan. "heum baiklah , kita ke restoran appaku saat pulang nanti." Ucap Baekhyun. Senyuman Kyungsoo makin melebar ia mengepal tangannya dan berteriak "asik!." Di dalam hati.

Baekhyun menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku temannya yang memang pencinta gratisan. Baekhyun menoleh kesamping kanannya. Ia membulatkan mata terkejut. Ia terlonjak. Pria itu, pria yang di bi situ, duduk di sampingnya sambil membaca buku dengan headphone masih terpasang di telinga.

Pria itu ikut menoleh dan ikut terkejut karena Baekhyun terkejut. Tentu saja Baekhyun terkejut, pria itu tiba-tiba duduk di sampingnya dengan jarak yang sangat dekat. "s-sejak kapan kau di situ?" Tanya Baekhyun. Pria itu menoleh ke kanan dan kekiri dan menunjuk dirinya sendiri. "ya kau , yang dia Tanya itu kau , yeol." Baekhyun beralih menatap Kyungsoo. "kau kenal dia?" Kyungsoo mengangguk dengan wajah polosnya.

"aku sejak tadi ada di sini kok." Baekhyun menatap pria yang di panggil yeol oleh Kyungsoo itu dari kepala sampai kaki. "aku bahkan sudah disini sebelum kau disini." Lanjut pria itu lagi. bagaimana aku bisa tidak menyadarinya. Batin Baekhyun. "bisa kau bergeser?" Tanya Baekhyun. Pria yang bernama lengkap park chanyeol itu memutar bola matanya ke tempat kosong yang ada di sampingnya ia terlihat berpikir.

"kenapa tidak kau saja?" Baekhyun mendecih. Orang ini menyebalkan juga. "aku sudah nyaman disini." Ketus Baekhyun. "aku juga." Sahut chanyeol. "ishh." Desis Baekhyun.

"kenapa kau jadi marah?"

"sudahlah! Kyung-ya ayo kita pergi."

"ya sudah sana, begitu coba daritadi."

"cih."

Baekhyun berhasil menyeret Kyungsoo keluar dari perpustakaan. Sekarang mereka berada di bawah pohon yang ada di taman kampus. "dia itu siapa sih?" Tanya Baekhyun. Mata Kyungsoo yang bulat makin membulat. "kau tidak kenal dia?" Tanya Kyungsoo. Baekhyun menggeleng pelan. "siapa dia?"

"dia itu teman sekelas kita tau, sejak SMA."

"jinjja? Tapi kenapa aku tak pernah melihatnya?"

"kau serius? Dia duduk tepat di belakang mu , byun Baekhyun."

"tapi aku tak pernah merasa ada yang duduk di belakangku."

"ya jelas saja.."

"jelas saja?"

Kyungsoo menghela nafas, "dia itu tidak memiliki aura keberadaan, jadi terkadang tidak ada yang sadar kalau dia itu ada." Ucap Kyungsoo. Baekhyun bingung. ia tidak mengerti. "juga, dia itu sosok yang gampang terlupakan, kurasa, jadi banyak yang tidak tau dengannya." Lanjut Kyungsoo lagi.

"tapi.. kenapa kau bisa ingat dengannya?" Kyungsoo menoleh kea rah Baekhyun. Wajahnya memerah. "m-molla hahaha kebetulan saja aku memiliki ingatan yang segar kan? memangnya aku dirimu? Kajja kita masih ada kelas , sebentar lagi akan di mulai." Kyungsoo membalik badannya dan menggendong ranselnya. "baiklah." Sahut Baekhyun mengiringinya.

. . .

Kelas tambahan sudah berlangsung 30 menit yang lalu, tetapi pemuda yang satu ini malah sedang asik berjalan di daerah myeongdong. Sendirian, masih dengan seragam smanya. "kalau aku pulang sekarang pasti eomma akan marah, aishh." Gumamnya lalu melirik jam sambil berjalan. Akibat tidak melihat jalan ia menabrak seseorang hingga membuat minuman yang di pegang orang itu tumpah ke seragamnya.

"omo! Jeonseonghamnida! Aku tidak sengaja maafkan aku." Pekik wanita muda yang menabraknya. Kai-pemuda itu menghela nafas menahan emosi. Wanita itu masih menunduk sambil meminta maaf dan mencari sesuatu di tasnya. "biar aku bersihkan." Ucap wanita itu mengelap seragam kai dengan sepucuk sapu tangan berwarna biru langit. "ti-tidak apa apa agashi, aku yang salah karena tidak melihat jalan." Sesalnya.

"ya itu memang salah mu." Sahut wanita lainnya yang berambut pendek. Kai melirik wanita itu. bermata sipit, berbibir tipis, rambut bob, mirip seseorang, terutama tatapan tajamnya. "lain kali kalau jalan lihat-lihat." Lanjut wanita itu.

Wanita yang berambut panjang pun mendongak setelah merasakan ada aura permusuhan di antara dua orang yang bahkan tidak saling mengenal. "eng.. gwechana hyunie, aku yang salah karena terlalu asik ngobrol dengan mu." Ucapnya. "bagaimana bi-." Kyungsoo menutup mulut Baekhyun agar tidak melanjutkan ucapanya. Ia kembali menunduk sopan dan memaksa Baekhyun ikut menunduk kemudian Kyungsoo mengeluarkan secarik sticky note dan mencoretkan sesuatu di atasnya. "maafkan aku, ini nomor teleponku, hubungi saja aku untuk mengganti uang laundry baju mu." Ucapnya sambil tersenyum.

Sementara kai hanya menatap dingin sticky note itu lalu mengambilnya pelan. "terima kasih, tapi kurasa…"

"sebaiknya kau simpan saja uang mu, karena biasanya biaya laundry ku lebih mahal dari harga sewa kos mu." Lanjut anak itu sambil menyeringai. Kyungsoo terkejut, Baekhyun membulatkan matanya. "aku pergi dulu." Kai membalikkan badannya melangkah pergi.

"tunggu!" teriak Baekhyun membuat langkah kai terhenti. Kai menoleh sebentar melirik Baekhyun dan Kyungsoo. "apa maksudmu?" Tanya Baekhyun. Kai mendengus. "kalian kan lebih dewasa dariku kurasa kalian sudah cukup mengerti kan? kenapa harus ku ulangi?" ucap kai dengan nada merendahkan lalu berbalik pergi.

Rahang Baekhyun mengeras tangannya terkepal. Kyungsoo siap menahan Baekhyun yang terlihat naik pitam. "sabar sabar , astaga, tahan emosimu Baekhyunie." Ucapnya menenangkan Baekhyun. "tapi anak itu sombong sekali bahkan ia merendahkanmu, kau yang anak seorang petinggi perusahaan besar tidak marah di perlakukan seperti itu? kau itu terlalu baik sih. Huh." Baekhyun meniup poni panjangnya. Kyungsoo tersenyum melihat tingkah laku sahabatnya itu. "biarkan saja, ia berkata seperti itu karena ia tidak mengenal kita." Ucap Kyungsoo. Emosi Baekhyun mulai reda.

"awas saja kalau dia bertemu denganku lagi! akan ku hancurkan mulut sombongnya itu sampai ia tidak bisa berbicara lagi." kecam Baekhyun setengah berteriak. Sedangkan kai sudah jauh di depan mereka bahkan sudah tidak terlihat lagi punggungnya.

. . .

Sebuah mobil sport berhenti di depan kai yang sedang berjalan di atas trotoar dengan tatapan dingin seperti biasanya. Pemilik mobil itu membuka kaca. "hey bocah." Teriak orang itu. kai menoleh. "ah hyung." Sapanya. Laki-laki itu membuka kaca mata hitamnya. "kau membolos lagi?" Tanya sang kakak. Kai salah tingkah seperti ketangkapan habis mencuri. "n-ne." jawabnya pelan sambil menggaruk-garuk tengkuk.

"dan kau habis berkelahi lagi?" sang kakak menunjuk noda hitam di seragam kai. "ah ini, bukan, tadi seseorang menumpahkan minumannya di bajuku." Menunjuk noda di bajunya.

"baiklah , ayo masuk, kau ku antar pulang." Suho-sang kakak membukakan pintu untuknya. "jangan." Sanggah kai. Suho mengerenyitkan alisnya. "kenapa?" Tanya suho. "kau tau apa akibatnya kalau eomma tau aku membolos lagi, kan?" wajah kai terlihat panic. Suho terlihat seperti membayangkan sesuatu. "eomma mu memang menyeramkan, masuk saja, kita cari baju untukmu daripada kau berjalan sendirian dengan baju kotor seperti itu." ucap suho.

Kai pun menurut dan masuk kedalam mobil suho. Ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah sticky note yang di berikan wanita berambut panjang tadi. Tetapi ia malah teringat dengan teman si wanita yang berambut pendek. Baru kali ini ada yang berani marah dengannya selain mengejutkan. "apa itu?" Tanya suho. "bukan apa-apa, tidak penting." Ucapnya lalu meremas sticky note itu dan membuangnya di tempat sampah kecil yang ada di mobil suho.

Suho mengangguk dan menjalankan mobilnya. Kai menatap keluar jendela. Tak sengaja tatapannya beralih ke spion. Ada seorang pemuda tengah berdiri dan menatap ke arahnya. Tatapannya kosong tetapi tiba-tiba keluar cengiran di wajahnya. menyeramkan. "sejak kapan orang itu di situ?" batinnya. Di depan pemuda itu ada wanita berambut pendek tadi. Kalau di ingat-ingat lagi. ia seperti mengenal pemuda itu.

Pemuda itu sudah ada sejak kejadian tabrak tadi. Ia juga ada di belakang wanita itu. tapi kenapa baru menyadarinya sekarang? Tiba-tiba saja bulu kuduknya merinding.

. . .

To be continue

.

.

.

Bagaimana menurut kalian? Ini pertama kalinya ngetik ff yang main castnya selain member sj jadi mungkin karakternya ooc banget , mohon reviewnya, jadi bisa di bikin pertimbangan untuk di lanjutkan atau tidak,

Kalau memang di lanjutkan maka akan di lanjutkan di .com

Review kalian sangat berharga, terima kasih banyak untuk yang selama ini sudah setia jadi readers Lady ya ! salam semangat! ^^

_lady Chulhee_