Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Ane, pinjem bentar char nya ya om?
Pair : Naruto U. , Hinata H. & Gaara
Genre : Hurt/comfort, drama
Rated : T
Warning : Newbie, EYD abal banget, typo's?,OOC, ide pasaran tapi gak plagiat
Summary : Saat sang bapak waktu meminta yang mungkin menjadi mustahil. Apa yang terjadi pada Hinata setelah kepergiannya dan meninggalkan seorang yang dikasihinya?/sekuel of kamu jahat/NaruHinaGaa/RnR?/
yamanakavidi
Present
Sekuel of kamu jahat
°Destiny°
A/N : Ini fict ane persembahkan buat para review'er yang minta sekuel dari kamu jahat.. Semoga ente semua suka ya..
Happy Reading
Pintu gerbang Konoha adalah tempat bagi para ninja Konoha untuk pergi menjalankan misi ataupun pulang membawa kabar gembira karena berhasil menjalankan misi. Dulu, inilah tempat kesukaan Naruto karena di tempat ini dia bisa memperjuangkan dirinya agar dilihat dan diakui oleh warga konoha. Agar dia tidak dianggap sebagai monster.
Tapi, itu dulu. Dulu sekali. Kalau sekarang, itu adalah tempat yang ia benci. Itu adalah satu satunya tempat yang ingin ia hancurkan.
Karena tempat itu telah membuat gadisnya berubah.
Flashback
Matahari sudah mulai menanjak naik menduduki singgasananya. Banyak warga yang enggan keluar karena cuaca yang sangat terik. Apalagi para kunoichi yang tidak ingin kulitnya terkena sinar ultraviolet dari sang surya.
Tapi, dihari terik ini pertemuan para ketua klan dengan Rokudaime sedang berlangsung.
Ruang rapat yang sudah dilengkapi pendingin itu mampu membuat para ketua klan merasa nyaman. Setidaknya tidak ada yang mengeluh ketika rapat berlangsung. Kecuali, sang Rokudaime.
Tidak! Dia bukannya tidak dapat merasakan dinginnya ruangan ini. Dia hanya ingin cepat menyelesaikan rapat agar dia bisa menjemput gadisny- mantan gadisnya di gerbang masuk Konoha.
Maka, disinilah Naruto sekarang. Berdiri tegap di depan gerbang setelah melewati rapat pertemuan yang membuatnya harus mengumpat beberapa kali karena rapat yang berjalan lambat. Dia hanya tidak ingin melewatkan momen ketika orang yang ditunggunya kembali ke pelukannya setelah 3 tahun pergi untuk menyelesaikan tugas dari sang ayah, Hyuuga Hiashi.
Hari ini dia ingin memulai kembali tentang semuanya dengan Hinata.
Senyumnya mengembang ketika melihat sang gadis yang dimaksud sudah ada di depan nya bersama sahabatnya, Gaara.
Naruto PoV
Gaara? Kenapa Hinata pulang bersama Gaara dan kenapa dia membuat Hinata merona?
Tidak!
Hanya aku yang boleh membuatnya merona
Hanya aku yang boleh membuat dia tertawa.
Hatiku merasa tercabik ketika melihat ah Damn! Dia mengelus rambut Hinata. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku langsung menarik gadis yang tengah merona karena tingkah sahabatku itu.
Setelah menjauh sejauh mungkin,aku baru melepas tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya marah
"Aku ingin kita mengulang lagi seperti dulu Hinata-chan" kataku memohon. Aku memang ingin memulai lagi dengannya. Setelah insiden di rumahku waktu itu, aku berdiam diri di rumah itu 1 minggu lamanya hingga sekretarisku pun menanyakan kemana aku seminggu itu. Esoknya, aku mencari Hinata untuk meminta maaf atas perbuatanku selama ini. Aku tahu kalau selama ini aku menggores luka yang cukup dalam di hatinya. Tapi ternyata dia telah pergi untuk urusan bisnis keluarga mulai saat itu aku merasa seperti Hinata yang menunggu diriku beberapa tahun silam. Oh jadi seperti ini rasanya menunggu? Setiap hari selalu cemas dengan hal sepele seperti
'Apa dia sudah makan'
'Apa dia tidak kedinginan'
Dan dikelilingi dengan perasaan tak pasti. Karena aku tidak tahu dimana kamu berada saat itu, Hinata.
"Hah? Kembali? Kau pikir kau itu siapa? Malaikat? Tuhan? Atau siapa? Siapa kau berani meminta aku kembali? Lalu, jika aku berkata iya kau akan menyakitiku lagi? Mengores luka lagi dihatiku? Iya? Apa itu yang kau inginkan? Dengar ya, aku bukan Hinata yang dulu. Aku bukan Hinata yang memuja mujimu, mengikutimu seperti hantu. Aku sudah belajar hidup tanpa bayangmu. Sekarang, dihati Hyuuga Hinata hanya ada kekuasaan. Bukan Namikaze Naruto"
Deg!
Bagai tusukan kunai beracun ketika mendengar kau berkata begitu. Aku hanya bisa diam aku tahu kamu berubah karena aku yang terlalu dalam menggoreskan luka itu.
"A-aku tahu Hinata. Aku minta maaf aku benar benar minta maaf. Aku memang bodoh. Aku bodoh karena menipumu dengan cintaku, menipumu dengan semua rasa sayangku. Tapi sekarang berbeda Hinata aku benar benar ingin bersamamu. Ini tulus dari hatiku"
"Minta maaf? Padaku? Hei, memang siapa yang menipuku? Siapa yang menjadikan cinta sebagai permainan? Dengar dan ingatlah ini aku bukan Hinata mu lagi"
"Ada apa Hinata?" tanya Gaara yang tiba-tiba muncul dalam percakapan kami.
"Tidak ada apa-apa Gaara-kun. Ayo pergi dari sini urusanku sudah selesai" Hinata menarik tangan Gaara sembari mengembalikan lagi wajah stoic khas Hyuuga.
Mereka berdua meninggalkanku sendiri yang masih memikirkan perkataan Hinata beberapa waktu yang lalu.
Dan yang aku sadari adalah Hinata memang sudah berbeda
Naruto PoV end
…
Malam menjelang, hari ini hari pertama Hinata kembali. Dia fikir lelaki itu tidak menyambutnya dan bahkan telah melupakannya. Hinata menghela nafas panjang. Bohong kalau dia sudah melupakan Naruto. Tapi, kejadian 3 tahun silam membuat hatinya tertutup untuk lelaki itu.
"Coklat" ujar lelaki rambut merah yang memberinya secangkir coklat untuknya
"Arigatou" balas Hinata sambil menyesap coklat itu perlahan.
"Em.. Hinata, boleh aku bertanya sesuatu" ujar Gaara ragu.
"Silahkan" Hinata masih menyesap coklatnya sambil menunggu Gaara berbicara. Lama tak berucap, Hinata jadi kesal sendiri "Kau mau bertanya apa Gaara-kun?"
"Apa kau masih mencintai Naruto?"
"Tidak" Bohong. Hinata benar-benar belajar bagaimana menipu dengan rupa. Memang, Hinata terlihat seperti yakin akan perkataannya tapi, tengok hatinya. Kau akan menemukan nama Naruto yang terukir rapi di sana. Gaara menatap Hinata tak percaya. Merasa di perhatikan, Hinata gelagapan. "B-baiklah. Aku hanya sedikit…" Hinata menggaruk tengguknya yang tidak gatal dan memalingkan wajahnya "Menyukainya" lanjutnya pelan.
"Lalu, kenapa tidak terima pernyataannya?" tanya Gaara. Sadar atau tidak, saat Gaara bertanya itu tampak suaranya sedikit bergetar.
Hinata menarik nafasnya lagi sambil menatap langit malam. Hinata menatap Gaara sembari berkata, "Kejadian tiga tahun yang lalu. Itulah alasannya"
"Kau masih tidak percaya dengannya?" tanya Gaara. Hinata hanya mengangguk mengiyakan perkataan Gaara. Sebelum Gaara melanjutkan pertanyaannya, para maid Hyuuga memangil mereka untuk makan malam.
"Kadang aku berfikir, apa aku terlihat begitu menyedihkan? Sampai Naruto pun mengasihani aku" ujar Hinata sambil berjalan masuk ke ruang makan. Gaara yang mendengarnya hanya diam tak menjawab. Dia tetap memperlihatkan wajah stoic nya kepada Hinata. Padahal, di dalam hatinya, dia menahan semua amarah dan perasaan cemburunya ketika ia harus menanyakan dan mendengar jawaban dari Hinata. Mau bagaimana lagi, dia memang harus melakukan ini. Untuk sahabatnya, Naruto. Kalau saja si sahabat tidak mengancamnya akan menghentikan kerja sama Konoha dengan Suna jika Gaara tidak mau melakukan ini, mungkin Gaara akan menolak mentah-mentah dengan apa yang direncanakan Naruto. Apalagi, keadaan Suna yang saat ini masih bergantung pada Konoha, membuat Gaara tidak punya pilihan lagi.
Hinata menatap Gaara yang sedari tadi diam. Bahkan, dia tak menyentuh sedikitpun makanannya. Hei, bagaimana mau makan? Piringnya saja masih kosong karena Gaara tidak mengambil makanan mewah yang disajikan para maid Hyuuga khusus untuk dirinya itu. Tanpa Gaara sadari, Hinata tetap memandangnya sampai dia melihat suatu yang janggal.
Sebuah luka memar di pelipis kiri Gaara.
~Skip Time
Selesai makan, Hinata memohon diri untuk pergi sebentar. Mata Hinata menatap Gaara seperti berkata 'ikuti aku, atau kau akan mati' tentu saja Gaara langsung memohon diri untuk pergi menyusul Hinata dengan alasan tidak baik seorang gadis pergi sendirian saat malam.
Gaara tetap mengikuti Hinata dalam diam. Padahal, seseorang menyuruh bertanya pada Hinata tentang perasaannya. "Berisik" ujar Gaara yang sudah tidak tahan dengan ocehan-ocehan yang ada di kepalanya ini.
"Berisik? Aku tidak mengatakan apapun Gaara-kun" Hinata yang merasa dibicarakan Gaara pun menyahut perkataan Gaara. Gaara gelagapan. Tidak mungkin dia memberi tahu Hinata dengan siapa dirinya berbicara. "Em.. Aku bukan berbicara denganmu, tapi dengan.. Em.."
"Pikiranmu?" tanya Hinata. Dia mencoba menebak apa yang ada di dalam pikiran Gaara.
"Ah ya. Aku berbicara dengan pikiranku" jawabnya kikuk. Seorang Kazekage kikuk dihadapan Hyuuga? Patut ditulis dalam sejarah. Hinata duduk berhadapan dengan Gaara dan mengobati lukanya dengan cakra hijau yang dimilikinya.
"Luka ini, kau dapat darimana?" tanya Hinata sambil terus mengobati luka Gaara. Karena tangannya yang masih di pelipis Gaara dan karena itu Gaara bisa merasakan lembutnya kulit Hyuuga di permukaan kulitnya yang tidak terkena lembab akibat perkelahiannya dengan seseorang yang mengoceh kepadanya sedari tadi.
"Gaara-kun?" panggil Hinata cemas karena dia melihat sang Kazekage menutup mata pandanya, dia pikir Gaara pingsan. "Ah, aku tadi dipukul oleh seorang anak di jalan dekat kedai ramen" Gaara yang tersadar dari imajinasinya kini hanya berusaha menutupi rona merah di pipinya. Sebenarnya, saat dia menutup mata dia hanya ingin merasakan setuhan lembut Hinata.
Hei Gaara? Apa yang terjadi? Hei! Jawab aku Gaara. GAARA APA YANG TERJADI? BERITAHU AKU GAARA
Gaara yang telinganya sudah memerah karena teriakan seseorang itu seraya memegang telinganya dan meng-off kan alat yang menghubungkannya dengan seseorang. Hinata menatap Gaara dengan tatapan curiga. Sedangkan Gaara yang baru selesai membenahi jaket di bagian telinga itu hanya memasang wajah tak berdosa. Merasa dipandangi, Gaara membenarikan diri menengok ke arah Hinata. Dan benar saja, iris khas klan Hyuuga itu menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.
"A-apa?" tanya Gaara panik.
Hinata mengernyit heran melihat penampilan Gaara sekarang ini.
"Kenapa kau memakai jaket tebal saat musim panas, Gaara-kun?"
SKAKMAT! Matilah kau Gaara. Sekarang bagaimana caramu meyakinkan Hinata soal ini, ha? Bagaimana?
"Em.. Itu karena.. Aku.." sebelum Gaara menjawab, Kou-butler Hinata meminta Hinata untuk masuk ke mansion karena hari sudah malam. Dan Hinata langsung menyetujuinya. Jika Gaara lupa kalau dia seorang yang menjaga image mungkin dia akan melonjak senang dan berterima kasih kepada dewa Jashin yang telah menyelamatkannya. Tapi, karena Gaara masih ingat posisinya, dia hanya tersenyum tipis dan bergumam 'Arigatou' sambil menatap langit.
~Skip Time
Gaara melepaskan jaket tebalnya serta merebahkan diri di futon dalam kamar di mansion Hyuuga. Bohong kalau dia tidak merasa kepanasan ketika memakai jaket tebal disaat pertengahan musim panas. Dia meraba telinganya dan men-on kan alat pendengar jarak jauh itu. "Sekarang apa kau senang Naruto? Dia ternyata belum bisa melupakanmu" ujar Gaara sambil menarik nafasnya panjang.Ternyata sakit, bicara seperti ini. Tenanglah, Gaara! Ini semua demi Suna. Ujar nya meyakinkan diri. Dia terus mengulang pemikirannya itu sampai akhirnya tertidur lelap memasuki alam mimpi.
…
Jalanan Konoha terlihat cukup sepi untuk hari di pertengahan musim panas. Hanya terlihat beberapa shinobi yang lalu lalang di sekitar kedai ramen ichiraku. Mata shappire nya tetap menatap jalan setapak tak beraspal itu. Padahal, kalau dia tidak fokus pada jalan dia bisa mendengar godaan para kunoichi cantik kepadanya. Tapi, dia tak peduli yang dia pikirkan adslah bagaimana cara untuk mendapatkan Hinata kembali sebelum perjodohan itu. Setelah sampai ke tujuannya dia langsung duduk dan memesan beberapa mangkok ramen.
"Wah, Rokudaime datang. Ini pesananmu hokage-sama" goda Ayame, anak paman Teuchi pemilik kedai ramen ini. Naruto hanya tersenyum tipis mendengar godaan itu. Aneh! Padahal biasanya dia akan mengelak ataupun menyangkal. Tapi, kenapa hari ini dia hanya tersenyum dan… melamun? Belum sempat Ayame menanyakan ada apa dengan Naruto hari ini, dia sudah dipanggil sang ayah untuk melayani pembeli yang lain.
Naruto memakan ramennya pelan dan bahkan terlihat sangat tak berselera. Pikirannya tetap fokus pada rencana apa yang harus dia lakukan untuk mendapatkan Hinata. Akhirnya, Naruto tidak menghabiskan ramennya dan keluar dari kedai ramen Ichiraku dengan lesu. Kurang dari 500 meter dari ichiraku mood Naruto yang awalnya sudah ada di paling bawah tambah buruk ketika melihat sahabatnya yang tadi siang datang bersama Hinata berjalan kearahnya. Tanpa pikir panjang, dan karena amarah yang menguasainya Naruto langsung menghantam pelipis Gaara hingga sang Kazekage itu tersungkur jatuh ke tanah.
"Apa yang kau lakukan Naruto?" ujar Gaara sambil berusaha berdiri dan membersihkan debu yang menempel di baju kage nya.
"Apa yang kulakukan? Harusnya aku yang bertanya padamu apa yang kau lakukan kepada Hinata? Kenapa dia tidak mau mendengarkanku? Tidak mau mendengarkan permohonan maafku dan bahkan tidak mau kembali padaku" ujar Naruto sembari mengangkat kerah Gaara. "Kau tahu kalau aku mencintainya. Tapi, kenapa kau yang harus bersamanya?" ujar Naruto memelan. Dia juga sudah melepaskan tangannya dari Gaara. Nampaknya, sang Rokudaime kita ini sedang menahan tangis.
"Aku hanya tidak sengaja bertemu di perjalanan saat aku ke Konoha. Lalu, kami pulang bersama" ujar Gaara. Bohong! Yang sebenarnya terjadi adalah dia yang mengajak Hinata untuk pulang bersama ke Konoha. Dan karena otak Naruto yang dibawah rata-rata, tentu saja Rokudaime langsung percaya pada mantan jinchuriki ichibi ini. Naruto mulai berfikir, Gaara Kazekage dari Suna. Sedangkan, Suna sedang butuh bantuan Konoha. Mungkin, aku bisa memanfaatkannya. Naruto menyeringai dan berujar pada Gaara, "Gaara, Suna sedang butuh bantuan pangan dari Konoha,kan?" Gaara yang mendengarnya hanya mengangguk. Tapi, di dalam hati dia bingung kenapa Naruto mengatakan ini padanya. "Aku akan menambah pasokan makanan hingga dua kali lipat jika kau mau membantuku" ujar Naruto sambil menyeringai misterius. Gaara yang awalnya diam mulai panik dan menerka-nerka apa maksud Naruto. "Membantu apa?" tanya Gaara.
"Membantuku untuk mencari tahu isi hati Hinata sesungguhnya. Agar aku tahu dia masih mencintaiku atau tidak" Gaara hanya diam dan menatap Naruto kosong.
"Ya.. Tapi, kalau kau menolak. Siap-siap saja ketika Konoha tidak memberi bantuan lagi pada Suna" dan Gaara yang masih mempertahankan wajah stoicnya mulai berfikir. Naruto Rokudaime. Dia orang yang bertindak semaunya dan cenderung nekat. Kalau aku tidak setuju Suna dalam bahaya. Tapi, kalau aku setuju Hinata …
"Kau mau atau tidak? Kalau tidak aku bisa menyutuh bunshinku untuk menghentikan kerja sama dengan Suna. Baiklah aku ak-"
"Ok. Aku mau. Tapi, bagaimana caranya?"
Naruto menyeringai. Dia pun memberitahu Gaara rencananya.
~Skip Time
Hinata berjalan berjalan menuju kedai dango. Rambutnya yang biasanya digerai, kini dia kucir kuda mirip Ino. Bicara tentang Ino, bukankah Hinata sedang bercakap dengan Ino sekarang?
"Ne, Hinata-chan kau tambah cantik saja ya?" goda Ino. Dan seperti biasanya, Hinata yang pemalu itu akan memerah jika di goda seperti itu. Tapi, sekarang Hinata hanya bersemu dan tersenyum sambil berucap, "Arigatou"
"Oh, iya. Kau tahu Naruto? Saat kau pergi, dia kelimpungan sendiri untuk mencari dirimu. Bahkan, dua mengerahkan para ANBU terbaik hanya untuk mencarimu Hinata. Memang, kau kemana sih, Hinata?"
Hinata yang mendengarnya hanya termenung dalam diam
"Aku ke Otogakure, Ino-chan" ujar Hinata. Ino hanya mengangguk sambil membentuk mulutnya seperti vokal 'O'.
"Aku pergi dulu ya, Hinata-chan. Eum.. Sai-kun sudah menunggu soalnya" ujar Ino malu. Hinata hanya tersenyum sambil mengangguk.
"Hinata-chan"
Hinata yang merasa dirinya dipanggil menoleh ke sumber suara. "Naruto? Mau apa?"
"Bertemu denganmu. Kau tahu kan kalau aku sudah men-"
"Aku tahu. Baru saja aku diberi tahu Ino. Aku tahu kau mencariku sampai mengerahkan ANBU terbaik untuk melacak keberadaanku. Arigatou, sudah menghawatirkanku. Tapi, maaf ya. Sepertinya, aku terlalu kuat untuk jatuh di pelukanmu lagi" ujar Hinata sembari menjauh dari Naruto.
"Damn!" umpat si surai kuning.
…
Naruto membanting pintu ruang Hokage keras. Bahkan, sampai membuat Shikamaru, sekretarisnya bangun dari mimpi indahnya.
"Ada apa Naruto?" tanya Shika. Sebenarnya, dia tidak peduli dengan apa yang terjadi. Tapi, jika itu berhubungan dengan orang yang menggangu tidurnya, itu sudah jadi masalahnya.
"Hinata. Kenapa gadis itu sulit untuk ditakluk kan. Padahal, aku dengar sendiri kalau dia masih menyukaiku" ujar Naruto frustasi.
"Lamar saja. Mendokusai" Shikamaru mencoba memberi solusi.
"Melamar?"
"Kau menyukainya,kan? Dan dia masih menyukaimu,kan? Nikahi saja dia pasti akan setuju. Dan, soal ayahnya kau itu seorang Hokage. Siapa ayah yang tidak bahagia anak gadisnya dilamar sang Rokudaime" baru kali ini Shikamaru berkata panjang tanpa imbuhan 'mendokusai' dan itu patut ditulis dalam buku sejarah hidup Shikamaru.
Naruto menyeringai, kenapa tidak ia pikirkan cara itu dari dulu? Ah, Shikamaru nemang shinobi yang jenius, puji Naruto. "Shika, karena kau memberiku ide, kau boleh cuti tiga hari" ujar Naruto.
"Mendokusai" ujar Shika sembari keluar dari ruangan Naruto. Dalam hati, ia menyeringai Tak sia-sia aku berbicara panjang. Akhirnya, bisa tidur selama tiga hari. Hehehe..
"Menikah, ya?" gumam Naruto.
…
Gaara dan Hinata sedang mencoba belajar membuat kendi tanah liat dengan Kou. Tapi, hasilnya muka mereka terkena tanah liat semua.
"Jadi, langkah selanjutnya bagaimana Kou?" tanya Hinata
"Dijemur sampai kering dan selesai, nona Hinata" ujar Kou sambil mengangkat kendi buatan Gaara dan Hinata yang sebenarnya lebih mirip dengan tanah tak berbentuk
"Akan aku bawakan yang sudah kering" ucap Gaara sambil membawa tiga kendi ukuran besar sekaligus. Hinata yang melihat Gaara kesusahan mengambil satu kendi besar Gaara dan membawanya. "Kalau, kau kesusahan minta tolong saja padaku" ujar Hinata sambil tersenyum.
Deg! Jantung Gaara berdetak lebih cepat saat melihat Hinata tersenyum padanya. 'Damn! Aku harus membuang perasaan ini'
"Hinata" panggil Hiashi
"Ada apa otou-sama? "
"Aku ada kabar gembira untukmu" ujar Hiashi sumringah. Hinata yang jarang melihat ayahnya tersenyum seperti itu ikut bahagia.
"Apa kabar gembira itu, otou-sama?"
"Dengarkan ini Hinata. Kau akan menikah dengan Rokudaime, Namikaze Naruto bulan depan"
Seketika senyum Hinata lenyap. Pegangannya pada kendi besar itu melemah dan selanjutnya yang dapat didengar Hiashi hanya suara pecahnya kendi.
"Pyaar!"
.
TBC
.
A/N : Dengan ini, ane bilang pada ente para reader kalau fic ini dibuat untuk beberapa chapter. Mungkin 2-3 chapter.
Ane mau terimakasih sama semua review'er yang sudah mereview fic ane..
Arigatou gozaimashita..
Semoga ente semua suka sama fic ane ya ..
Akhir kata, review ya..
.
Salam,
(yamanakavidi, july 2014)
.
