Pairing : Meanie

Author : Nur Indah Wulandari

Rate : M

Disclaimer : Mereka semua milik diri mereka masing-masing .Ini adalah sequel dari ff I Just Want You Kim Won Woo yg katanya ngegantung :3 Oke Monggo di baca :v

.

.

OBSESI

.

Aku tahu.

"Enghhhh ahhhhhh Minghhh-"

Ini adalah perbuatan yang salah.

"Anghh Mingyu ah su-sudah Akkkhhhh"

Tapi aku tak perduli selagi aku bisa memilikimu

"Ssssstt kau benar-benar nikmat hyuungghh"

Kulit putih bak salju, mata indah yang tajam dan bibir tipis kemerahan.

"Minghhh.. akkkuhh sudahhh takhh akhhh"

Tak ada yang boleh menyentuhmu selain aku.

"Mingyu! Akuuuhhhh"

"Sebut namaku Kim Won Woo"

Hanya aku lah yang boleh menyentuhmu.

"MINGYU!"

CROOOOT

CROOOOT

kau adakah obsesi terbesarku

.

Chap 1

Namja manis itu tak terkejut lagi saat ia terbangun dengan sepasang lengan tan yang melingkar erat di perutnya. Ia juga tak terkejut lagi saat merasakan tubuh polosnya hanya berbalut selimut. Baginya ini sudah menjadi hal yang biasa semenjak kejadian yang mengubah hidupnya. Tepatnya 3 bulan yang lalu. Saat di mana ia telah memutuskan untuk hidup demi namja yang kini memeluknya. Kim Min Gyu. Adik, sekaligus kekasihnya.

"Eomma.. katakan bahwa aku benar.. aku memilih jalan yang benar bukan?"

TES

Sepasang kelopak tan terbuka, saat merasakan getaran dari tubuh seseorang yang tengah ia dekap. 'ah sudah pagi' .Cukup lama ia terdiam dan merenungkan apa yang telah terjadi. Ia pun sadar, bahwa tubuh polos yang putih bak salju ini, tengah bergetar. Kedua lengannya langsung refleks memeluk erat sang kakak yang kini tersentak kaget.

"Hyung, kenapa kau menangis?" bisik Mingyu lembut di telinga Wonwoo. Suaranya masih serak, efek baru bangun tidur. Sesekali ia tiup tengkuk putih itu berusaha membuat si pemuda cantik tenang dan tak menangis lagi.

Wonwoo tak menoleh ia lebih memilih sibuk mengelap air matanya. Ia tak ingin terlihat lemah. Apalagi di depan adiknya sendiri.

"Ak-aku tidak menangis" Rahang Mingyu mengeras. Ia sangat benci orang yang berbohong.

SREET

Iris hitam dan coklat itu saling bertukar pandang. Salah satu di antara mereka menatap tajam seolah meminta penjelasan. Sedangkan yang satunya lagi hanya menatap dengan mimik wajah ketakutan bercampur bingung. Takut pada Mingyu yang terus menerus menatapnya tajam. Dan bingung harus menjawab apa. Karna ini semua terlalu rumit untuk di jelaskan. Dan pilihan yang bisa ia lakukan adalah Mengalihkan Pandangan.

"apa kau menyesal dengan pilihanmu Kim Won Woo?"

DEG

"Jadi benar" Wonwoo menelan ludahnya kasar. Terlebih saat sosok Mingyu mulai memperkecil jarak di antara mereka "Dengar aku Kim Wonwoo"

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu"

DEG

Dalam sekejap tubuh Wonwoo sudah tertindih oleh tubuh sang adik yang sama polosnya dengan dirinya. Rasa panik dan takut mulai menguasainya, terlebih di saat ia merasakan benda tajam dan basah tengah mengulum telinga kanannya.

"Mingyu, apa yang ukkhh kau lakukan, ja-jangan leher, kumohon jangan di leher akkhhhhh"

Berontak. Kedua tangan putih itu, tengah berusaha mendorong Mingyu yang berniat menandai lehernya. Ia tidak mau lagi memakai syal di sekolah untuk menutupi bekas kissmark dari Mingyu. Apa yang orang pikirkan jika ia terus menerus memakai syal di musim panas? Eh tunggu sebentar. Sekolah!. "Ki-kita harus per-pergi ke sekolah" Peringatan Wonwoo sukses membuat Mingyu menghentikan kegiatannya. Sang adik lantas mendongak menatap Wonwoo. Tak lupa dengan mata puppy dan bibir yang sengaja di majukan. Heol? Mingyu kita sudah kembali.

"tapi hyuuuunggg~" Wonwoo menghela nafas, ini adalah Mingyu adiknya, bocah hitam yang selalu bermanja-manja kepadanya.

"Ughhh cepatlah Kim Mingyu, nanti kita bisa terlambat"

"ck. begitu cium aku dulu"

Wonwoo menggeleng keras. Alhasil bibir yang awalnya maju beberapa senti, kini bertambah panjang dari posisi semula. Ugghh Mingyu, kau benar-benar tidak cocok dengan ekspresi itu.

"Ayolahh hyuuung~.. apa sus-"

CUP

"Menyingkirlah. aku mau mandi" Mingyu melepaskan pelukan mematikannya dengan senyuman lebar. Saking lebarnya, hal itu malah tampak menakutkan.

"Mau ku antar Hyung?" Tanya Mingyu begitu melihat Wonwoo yang berjalan kesusahan

"Oh tidak. Terimakasih"

.

.

.

Wonwoo menyumpah serapah saat ia berjalan di koridor dengan pantat yang ugggh baiklah tidak usah di bicarakan. Untung saja koridor masih sepi. Jadi ia tidak perlu mendapat tatapan aneh dari murid-murid lain, karna langkahnya yang benar-benar tidak... Elit.

Mengedarkan pandangannya. Wonwoo menghela nafas lega, saat yang baru datang hanya seorang pemuda mungil yang tengah duduk termenung di atas meja kelas. Entah apa yang ia pikirkan, yang jelas mata pemuda itu tengah menatap kosong jalanan sepi dari jendela kelas.

"Baru kau saja yang datang?"

Woozi menoleh begitu mendengar suara familier menyapa telinganya. "Hmm.."

Wonwoo berjalan ke arah Woozi, atau lebih tepatnya bangku yang berada di samping pemuda baby face tersebu. Yah,mereka memang teman sebangku, tetangga, sekaligus sahabat dari kecil.

"Kau jatuh dari tangga lagi?" Tanya Woozi dengan nada datar

Wonwoo tak menatap, ia mengangguk sembari menyibukkan diri dengan isi tasnya.

Tatapan Woozi berubah sendu begitu mendapati jawaban Wonwoo yang tak dia inginkan.

"Jika ku hitung-hitung, selama seminggu kau bisa jatuh 2 ataui 3 kali dari tangga"

"..."

"Apa kau bodoh?"

"..."

"Kenapa kau pakai syal?"

"Dingin"

"Cuaca panas seperti ini kau bilang dingin?"

"Aku demam"

"Pembohong"

Kali ini Wonwoo yang menatap pemuda babyface yang berada di sampingnya. Tapi, kini malah Woozi yang tak mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela. Persis seperti kali pertama ia memasuki kelas, hanya saja...Mata Woozi agak berair. Sepintas memang tidak terlihat, tapi Wonwoo tau. Kalau saat ini...

'Woozi sedang sedih. Dan itu gara-gara aku'

"Woozi. Aku-"

"Aku sudah menunggu selama ini, dan kukira sudah cukup untuk membuatmu bercerita padaku, aku kira kita sahabat"

Wonwoo tercekat, jika di pikir-pikir ia memang keterlaluan. Membuat seseorang khawatir tanpa tau apa masalahnya dengan kurun waktu yang sangat lama, pasti Woozi sangat merasa tersakiti. Karna Woozi tidak pernah merahasiakan apa pun darinya. Tapi, kali ini ceritanya beda. Jika ia menceritakan semuanya, apa Woozi masih ingin berteman dengannya.

"Jujur saja, mungkin.. aku sudah tau masalahmu, hanya saja-. aku ingin mendengarnya dari mulutmu. aku- ingin menunggumu sebagai seorang sahabat yang ingin mendengar cerita sahabatnya yang kesusahan"

Mata Wonwoo melebar

"Jadi kau sudah tau?"

Woozi menoleh sembari tersenyum meremehkan.

"Tentu saja, bersahabat sekaligus bertetangga, terlebih aku ini pintar, apa sih yang tidak aku tau"

Wonwoo menunduk sembari menggigit bibirnya. Bagaimana ini? Apa Woozi masih mau berteman dengannya.

"Aku... aku sebenarnya ingin memberitahumu.. tapi aku yakin kau pasti akan merasa jijik padaku.. yakan? kau jijik padaku bukan?"

Woozi menggeleng keras. Apa-Apaan si Wonwoo itu. Mana mungkin ia merasa jijik pada sahabatnya sendiri. Benar-Benar Boodoh!

"Aku yakin ada alasan dari semua itu, dan menurut otak Jenius ku, cinta itu adalah perasaan tulus dan suci, dia tidak memandang siapa kau, mau kau laki-laki perempuan, kaya miskin, jelek atau tampan, saudara atau bukan-"

Wonwoo tercekat dengan salah satu kalimat Woozi. Dan ia merasakan syalnya di buka oleh tangan mungil yang lentik dan anggun kini tengah menempelkan sesuatu di bekas kissmark Mingyu. Untung hanya satu.

"Mereka bisa datang jika mereka mau, untuk apa tuhan membuat kedua insan saling jatuh cinta jika akhirnya mereka ditakdirkan berpisah, bukankah begitu?"

Wonwoo terpana dengan kata-kata Woozi, terlebih senyum manis yang ia paparkan. Jarang-jarang Woozi seperti ini, dan ini adalah momen langkah bahkan bagi dirinya. Ia merasa menjadi manusia paling beruntung melihat sisi Woozi yang seperti ini.

"JannnJannn! plesternya terpasang dengan sempurna. Jadi kau tidak usah pakai syal setan ini. kau ini harusnya sedikit lebih pintar hahahahaaha"

Wonwoo hanya terkekeh melihat syal merahnya malah di injak-injak oleh Woozi, seolah itu adalah Hoshi, musuh bebuyutan Woozi.

"hahahaha. sudahlah Woozi"

Setelah puas menginjak-injak syal Wonwoo, pemuda mungil itu duduk di kursi berhadapan dengan Wonwoo dengan wajah serius.

"Jadi... maukah kau bercerita padaku"

"Tentu saja"

.

.

.

"hyung.." Hoshi mendongak ke arah Mingyu yang kini entah kenapa terlihat sendu. Padahal beberapa bulan terakhir ia terlihat bahagia, memang orang yang benar-benar susah di tebak.

"jika ada yang ingin kau ceritakan katakan saja" ujar Hoshi sambil menyesap minumannya. Mingyu tampak berfikir sebentar, terbukti dengan matanya yang sesekali melihat keatas seolah sedang merangkai kata yang ingin ia ucapkan.

"Anggap saja begini, jika kau punya seekor kucing, kau menyukainya dan ingin menikahinya. kucing itu sebenarnya juga mau, tapi ia sadar jika kau adalah manusia dan ia adalah kucing, tapi kau benar-benar menyukai kucing itu, jika tidak kucing itu, kau akan mati, jadi kau memaksanya mengikuti semua kehendakmu"

Hoshi terdiam untuk beberapa saat berusaha memproses perkataan adik kelas yang menurutnya sangat-sangat bodoh, tapi dari tatapan Mingyu ia yakin bahwa kini sosok tersebut benar-benar membutuhkan jawaban darinya.

"Jadi kau sedang mengalami cinta terlarang dengan seekor kucing tetangga?"

HUFFTTTT

Mingyu menghela nafas, berbicara dengan sosok di depannya memang tidak ada gunanya.

"lupakan saja hyung. kau benar benar menyebal-"

"jika itu adalah kucing, akan kupaksa di menjadi milikku, jika perlu ku kurung dia di ruang bawah tanah dan memaksanya melakukan hubungan sex agar ia tak bisa pergi dariku, tapi jika itu kucing, beda ceritanya jika itu manusia yang memiliki hati nurani dan keinginan bebas."

"..."

Hening

Entah kenapa riuh siswa dan siswi di kantin berganti hening di telinga Mingyu. Ucapan dari pemuda sipit di depannya, berhasil membuat ia seolah jatuh dalam jurang yang dalam.

Hoshi terkekeh sembari berdiri, berniat kembali ke kelas dan bermain dengan kucing manisnya.(re:Woozi) Tapi sebelum benar-benar pergi, ia sempat membisikkan sesuatu kepada Mingyu yang masih termenung dengan ucapannya.

"Manusia bisa berubah dengan sendirinya jika kau berlaku lembut dan berusaha meyakinkan dirinya"

"..."

TempeBaCem

Ini adalah sequel dr ff i just want you kim won woo, mungkin ini malah yang lebih panjang dr ff aslinya. Author minta maaf kalau masih banyak typo atau kata-kata yang kurang sinergi dan gak enak di baca. Author masih pemula, harap di maklumi*alasan :v