Seseorang menikmati bir yang dipesanya beberapa saat tadi. Kemudian, ia meraih sebatang rokok yang berada diatas meja bar lalu menyulutnya perlahan. Ia jarang sekali merokok, tapi saat ini, mungkin hanya sebatang rokoklah penghibur lara hatinya.

"Kim Kibum, ayolaah… jangan Cuma karena Kyuhyun sialan itu kamu begini? Move on!" Eunhyuk menarik rokok yang baru dihisapnya sekali, lalu meletakkanya diatas asbak.

Ia tidak menjawab dan hanya menatap lurus wajah sahabatnya yang samar-samar terkena pantulan sorot lampu club. Perlahan ia menhela nafas. Fikiranya terlalu sakit untuk mencerna setiap nasihat-nasihat Eunhyuk yang sebenarnya sudah beberapahari ini di dengarnya. Hatinya terlalu sakit – menerima kenyataan yang memang sebenarnya sudah pernah terlintas beberapa waktu lalu.

Tepatnya 3 hari yang lalu, sebuah undangan bercorak pink datang ke rumahnya. Dari Kyuhyun, dan calon mempelai wanitanya yang diketahuinya bernama Lee Sungmin. Ia sudah tahu ini akan terjadi tapi tetap saja tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi. Mereka tidak akan pernah bersama. Sampai kapanpun.

Dua tahun, bukanlah waktu yang singkat baginya untuk menunggu seseorang bernama Cho Kyuhyun yang sedang menyelesaikan kuliahnya di Jepang. Dua tahun itu pula namja berambut agak ikal itu menjanjikanya semua yang diinginkan perempuan pada umumnya. Dengan sabar ia menanti namja yang sudah berpacaran 4 tahun denganya. Tapi hanya dengan beberapa bulan mereka mengakhiri hubungan itu, dan beberapa bulan itulah sang namja memilih perempuan lain. Bukan Kibum.

Saat ini rasanya ia ingin mati saja. Satu sisi egois dalam dirinya mengatakan harusnya ia mengakhiri hidupnya detik ini juga. Tapi hidup harus tetap berputar bukan? Masih ada Eunhyuk disisinya dan kedua kakak cantiknya yang selalu menunggu di rumah. Masih banyak orang lain yang membutuhkanya, benarkah?

Sekarang, sudah tidak ada air mata turun dari kedua bola matanya yang nanar. Ia hanya ingin bangkit dari keterpurukanya. Sudah cukup beberapa tahun dihabiskanya menunggu hal yang tidak pasti. Ia ingin melakukan perubahan besar dalam dirinya. Sudah cukup beberapa tahun ini ia menjadi sosok yang selalu tertutup pada semua orang. Menjadi sosok yang selalu setia menanti kabar Kyuhyun yang bahkan jarang sekali mengabarinya. Menjadi sosok yang selalu memulai segalanya terlebih dahulu, menjadi sosok yang…

Entahlah.

Beberapa saat ia menghabiskan sebotol bir. Sendiri. Eunhyuk sudah pulang bersama Donghae, pacarnya dan meninggalkanya sendirian. Kepalanya sudah cukup penat malam ini. Kibum melirik jam tangan yang melingkar indah di lenganya. Sudah pukul satu dini hari dan pastinya, kedua kakak tercintanya akan bertanya macam-macam jika ia tidak pulang juga. Disambarnya sebuah jaket kulit berwarna hitam miliknya lalu dengan langkah pasti ia berjalan keluar dari bar.

.

.

.

WHAT MAKE YOU STRONGER

.

.

.

.

Disclaimer : I just own the plot. All SJ member belong to God.

Warning : genderswitch, crack pair, typo, dan alurnya agak kecepetan.

Cast: Kibum x …. KyuBum, KyuMin and EunHae

.

.

.

.

Kibum memang kuat minum berbotol-botol dan hanya menghabiskan sebotol minuman biasanya tidak membuatnya mabuk. Tapi entah kenapa, hari ini dengan perasaanya yang tidak karuan dan tingkat stress diotaknya yang sudah tidak bisa dibendung, ia berjalan terseok-seok disepanjang gang kea rah rumahnya. Melewati beberapa kios-kios kecil yang masih buka di tengah mala mini. Perlahan ia merapatkan jaketnya. Dingin.

Bukan kehangatan kios tengah malam itu yang menggodanya. Tapi sebuah jembatan yang tidak terlalu besar yang berada tidak jauh dari pandanganya. Tidak terlalu besar sih, tapi dengan arusnya yang deras dan batu-batuan keras yang berada di dasarnya plus ketinggian sungai itu membuatnya tertarik. Ia mendekatkan dirinya dan menginjak besi penghalang. Mungkin inilah saatnya roda kehidupanya harus berakhir. Bertahan sekuat apapun hanya membuatnya semakin sakit. Air matanya meleleh lagi, membayangkan semua hal yang pernah dilakukanya untuk sebuah nama, Cho Kyuhyun.

Ia memejamkan matanya, perlahan kaki jenjangnya sudah menginjak pagar pembatas berwarna abu-abu yang digenggamnya erat. Dianak tangga (author nggak ngerti bahasanya) kedua, kaki kirinya hanya menjejak dalam waktu yang tidak bisa terhitung. Sebuah tangan tiba-tiba meraih tanganya dari arah belakang. Belum sempat menengok kebelakang, tubuhnya sudah jatuh ke pelukan seseorang.

Selamat tinggal dunia…

Aku menyerah, tidak ada lagi yang bisa kulakukan, Kyu, apapun yang akan terjadi aku tetap tidak bisa melupakanmu….

"Jangan begini… kau masih punya banyak waktu untuk hidup"

Seseorang itu meraih pingganya dan membuatnya terhenyak. Sedetik kemudian kesadaranya kembali. Jalanan hari ini memang tidak seberapa terangnya tapi ia dapat dengan jelas melihat sosok di hadapanya saat ini. Tubuhnya cukup tinggi, dan atletis tentunya. Tangan kekarnya yang tadi digunakanya untuk menangkap tubuh Kibum terlihat sangat maskulin. Kedua bola mata Onyx-nya dilindungi alis tebal, hidungnya mancung, walaupun tidak semancung miliknya. Sosok itu tetap saja memancarkan ketulusan.

"Lepaskan" sosok itu tersentak mendengar suara Kibum yang terkesan dingin.

Tapi laki-laki itu malah menariknya menjauh, seolah ingin menghindari apa yang seharusnya terjadi dengan Kibum jika ia tidak menolongnya tadi. Sekarang Kibum bisa melihat dengan jelas. Laki-laki itu semakin tampan dengan balutan kaus hitam dan celana jeans-nya. Sosok itu membawanya ke pojok sebuah kios yang sudah tutup namun masih terang benderang.

"kamu pendian ya?" Tanya namja itu "maaf kalau aku menceramahimu tapi… hidup terlalu berharga untuk dibuang begitu saja" lanjutnya.

"Kim Kibum, namaku Kibum" jawabnya singkat.

"Baiklah Kibum…" jawabnya canggung sambil menatap sosok cantik di depanya yang masih mengusap air mata.

"Kamu pernah merasakan apa itu sakit hati?" tiba-tiba saja Kibum kembali terisak mengingatnya. "Aku, saat ini merasakanya" lanjutnya sambil tertawa getir lalu mengigit bibir bawahnya.

Laki-laki itu tidak menjawab. Sepertinya ia tahu gadis disampingnya memang sedang mengalami patah hati kronis. Dibiarkanya air mata yang mengalir di pipi mulus Kibum. Laki-laki itu mengarahkan pandangan matanya sejenak kea rah Kibum sambil mencoba menghapus air mata Kibum dengan jari-jarinya. Tidak tahu harus berkata apa lagi.

Sementara, Kibum hanya terdiam tidak percaya melihat sorot wajah tegas itu. Yang perlahan menghapus air matanya. Tiba-tiba tersusup dalam hatinya sepercik kenyamanan, kehangatan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kibum tersenyum lagi menatap wajah itu dengan suasana yang semakin sedih.

"Ssssst uljima Kibum-ssi"

Sebuah pelukan hangat diterimanya perlahan, laki-laki itu seolah mengerti seluruh isi hatinya saat ini. Ia menyunggingkan senyum yang tidak bisa diartikan kedua bola mata Kibum yang nanar.

"Mungkin aku tidak mengerti tapi setidaknya kau harus semangat menjalani hidup, semua ini bukan akhir duniamu kok, pecaya padaku, ne?" seolah tersihir, Kibum menganggukan kepalanya.

Sungguh aneh, sepertinya ia tertarik dengan sosok bermata elang itu. Wajah itu seperti menyuguhkan kehangatan untuknya. Dan dengan sopanya memeluknya, tidak mendekap dan memaksa. Hanya sebuah pelukan hangat yang membuatnya semakin menumpahkan air matanya. Memang aneh mengingat ia baru melihat laki-laki itu beberapa menit yang lalu tapi sudah membuatnya tertarik sedekimian rupa.

Kepalanya sakit lagi. Benar-benar sakit kali ini. Perlahan laki-laki itu memapahnya dan menanyakan rumahnya. Ia hanya menjawab lirih. Sial, jika tahu akan bertemu namja malaikat itu, ia tidak akan mabuk dan akan bertanya banyak tentang sosok itu.

0-0

Kibum mengerjapkan matanya perlahan, lalu terduduk diatas kasur yang berada di ruangan kamarnya yang besar, sinar matahari terang yang menerangi arah balkon kamarnya membuatnya silau.

Perlahan, ia berjalan turun dari kasurnya. Kaki telanjangnya menyentuh ubin yang dingin. Kemudia ia melangkah menuju pintu dan menutupnya pelan. Ia masih memegangi kepalanya. Merasakan kesakitan akibat minuman-minuman yang ditenggaknya semalam.

"Sudah bangun?"

Heecul menghampirinya perlahan, Kakaknya yang tidak kalah cantiknya denganya itu menempelkan tanganya ke dahi Kibum "Hem.. sudah tidak panas" gumamnya sendiri.

"Hangover ya? Ckck Bummie.. kemarin kamu minum berapa botol sih?" Tanya Heecul yang sedari tadi khawatir dengan adik kesayanganya itu. Perlahan ditariknya adiknya itu kearah kusi meja makan dan menyuapi Kibum sesendok nasi goreng. Semalaman ini ia sangat khawatir sampai tidak bisa tidur menunggu Kibum pulang ke rumah.

"Unnie… kemarin aku pulang sama siapa?" tanyanya hati-hati.

"sepertinya seseorang memencet bel dan mendudukkanmu di teras, waeyo?" jawabnya singkat sambil menuangkan sebotol susu hangat ke sebuah cangkir yang lalu diserahkanya pada Kibum.

"Ah.. Aniyo.."

Kibum mengigit bibir bawahnya, perasaan masih ingin mengenal sosok itu masih ada dalam hatinya. Apa semalam hanya mimpi? Namun perasaan itu masih ada, perasaan ingin tahu sosok yang mengagalkan aksi bunuh dirinya semalam.

TBC