Vision

by amaya no chou
Disclaimer : saya membuat fanfic sebagai pelarian karena BLEACH bukan punya saya tapi punya kubo-sensei.


Prolog

*

Aku sudah mengetahuinya dari kecil, hanya saja karena saat itu aku masih kecil jadi aku tidak mengerti dengan apa yang kumiliki ini. Aku tidak tahu ini berkah atau kutukan. Tapi selang waktu berganti aku mulai menganggap ini kutukan. Kutukan yang ingin kuhapus dari diriku.

*

*

"Onee-chan~"

Hisana tergopoh-gopoh mendatangi Rukia yang duduk di halaman depan. Rukia menggerak-gerakkan kakinya sambil melihat sekumpulan burung gereja yang bertengger di sepanjang kabel listrik di sekitar rumahnya. Hisana tersenyum menatap adik kecilnya duduk dengan tenang di hamparan rumput hijau pekarangan rumah mereka.

Hari ini keluarga Kinoshita bersiap untuk berwisata besok. Ayah dan ibu kedua perempuan tadi sedang menyiapkan bekal dan barang-barang yang akan dibawa oleh mereka nanti. Rukia dan Hisana sama-sama antusias saat mendengar rencana wisata itu.

"Ada apa, adikku yang manis?" tanya Hisana sambil merangkul tubuh kecil Rukia yang masih menatap burung-burung yang bertengger. "Memanggil kakakmu ini, pasti ada sesuatu yang mau kaukatakan, bukan?"

Mata ungu Rukia menatap mata Hisana yang sama-sama berwarna ungu. Hisana tidak bisa membaca pikiran Rukia hanya dengan menatap wajah polos adiknya itu.

"Aku bengong lagi."

"Kamu bengong lagi?" kata Hisana mengulang kata-kata Rukia. "Kan, sudah aku bilang, kamu nggak boleh bengong! Bengong membuat kamu bodoh."

"Tapi aku tidak bodoh," bela Rukia sambil merengut. "Itu kan, kebiasaan."

Hisana mendesah melihat wajah adiknya yang sangat imut itu. "Iya, iya. Sekarang ayo kita main sesuatu di dalam sebelum kamu bengong lagi." Hisana menggenggam lengan Rukia dan menariknya ke dalam rumah. Namun baru saja membuka pintu, Rukia menyadarkannya.

"Onee-chan, apakah Chiyoko bisa bicara?"

"Ngomong apa kamu? Mana bisa kelinci bicara? Ini pasti karena kamu bengong melulu."

"Habis aku lihat Chiyoko berdiri di tengah jalan," lanjut Rukia tanpa mengubris perkataan Hisana. Hisana awalnya tidak menghiraukan kata-kata Rukia. "Dia berbisik tolong kepadaku lalu aku sadar kalau Chiyoko tidak mempunyai bayangan di bawahnya."

Kali ini Hisana benar-benar menoleh. Adiknya merengut tidak mengerti, setidaknya itu yang dilihat Hisana.

"Apakah Chiyoko bisa kehilangan bayangan?"

Hisana tidak mempunyai jawaban untuk menjawab pertanyaan adiknya yang kebingungan. Sudah beberapa kali Rukia mengatakan sesuatu yang terdengar seperti fantasi seperti ini. Tapi Hisana selalu merasa kalau Rukia benar-benar serius.

"Kurasa tidak," jawab Hisana sambil tersenyum.

*

*

Chiyoko mati terlindas di depan rumah, sehari setelah aku mendapat penglihatan itu. Ya, benar. Aku bisa mendapat penglihatan secara tiba-tiba. Orang lain menyangka aku melamun atau tertidur tapi sebenarnya tidak. Itu karena pengaruh dari penglihatan itu. Kata-kata minta tolong dan bayangan yang hilang. Itulah penglihatanku sewaktu kecil terhadap hewan-hewan kecil.

Penglihatan pertamaku terhadap manusia terjadi pada ayah dan ibuku. Mereka meninggal di tempat saat kami sekeluarga berangkat wisata. Aku dan kakakku selamat namun aku tak bisa melupakan kejadian itu. Dan aku yang syok akhirnya sama sekali tidak mendapat penglihatan lagi setelah kematian orangtuaku.

Saat kupikir kutukan itu sudah menghilang, 'itu' datang lagi untuk menghancurkan hidupku dan orang-orang yang kucintai.


fic pertamaku. aku nggak tau istilah fanfic selain disclaimer. soalnya aku newbie sih...
aku mohon bantuannya selama di fanfic ini. makasih