Halo minna! Ren is here :D

Kali ini aku bawain fict SasuSaku. Hehe. Setelah fict sebelumnya terbengkalai karena aku gak ada ide lagi-_- tapi aku usahain fict yang satu ini gak akan terbengkalai kaya fict sebelumnya, semoga aja :D

Enjoy


.

.

Sang raja siang menyinari titik kecil di jendela. Sebuah siluet pria yang sedang terlelap terbentuk seiring dengan cahaya yang masuk melalui jendela. Pria itu bergulat sedikit, mengerang karena cahaya pagi sedikit mengganggu tidurnya. Dengan mata terpejam sebelah, ia melirik tidak suka ke jam wekernya yang tiba-tiba berbunyi kencang memenuhi ruangan.

KRING KRING!

Klik.

'Sudah pagi rupanya.'

Sasuke Uchiha bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi kasur. Dari raut wajahnya memancarkan kelelahan dan rasa kantuk yang teramat sangat. Kepalanya masih terasa pening karena tidurnya yang kurang lelap semalam. Dengan sedikit enggan, ia tinggalkan tempat tidurnya, berjalan ke arah kamar mandi walau matanya masih terpejam.

DUK!

"Aw."

Sasuke mengadahkan wajahnya. Ternyata tadi kepalanya terbentur meja belajarnya karena cahaya yang sedikit di kamarnya dan pandangannya yang masih kabur. Dengan sedikit buram ia menatap kertas memo yang tertampang di meja belajarnya. Walau sedikit kabur, ia masih bisa membaca tulisannya. Tulisan itu ia buat tadi malam saat kekasihnya menelepon dan memintanya untuk menemui dirinya saat pagi hari pukul 09.00.

Sasuke mengerling ke jam dinding di atas kepalanya.

"Sial! Aku telat!"

.

.

Naruto & Characters © Masashi Kishimoto

Welcome To Sunflower Café ©Chiharu Ren

SasuSaku SasuHina NaruHina

Alternate Universe

Warning: Hinata OOC

.

.

.

Dengan terburu-buru ia berlari ke kamar mandi dan mencuci asal mukanya, lalu menyikat giginya dengan tidak benar. Ia keluar kamar mandi dan mengganti pakaiannya dengan baju yang lebih pantas. Dengan tersandung-sandung, ia berlari menuruni tangga, mengambil asal roti di meja makan dan menarik kasar kunci motornya yang tergantung di tempat kunci. Ia lahap habis rotinya dengan beringas sambil memakai kaus kaki dan sepatu. Walhasil ikatan sepatunya sedikit berantakan. Tapi ia tidak memperdulikan hal itu, ia kenakan helm dan jaketnya, menyalakan motornya, dan langsung tancap gas ke tempat yang dijanjikan.

"Kalau saja Hinata bukan pacarku, mungkin aku lebih memilih di rumah saat ini dan mengerjakan tugas-tugas sialan itu." Sasuke menggumam saat melewati lampu merah, membuat kendaraan di sekitarnya membunyikan klakson karena terhalang jalannya.

"Cepat jalan! Beberapa dari kami harus sampai tujuan segera!" suara klaskson yang bising memenuhi gendang telinga.

"Iya iya, maafkan aku!" tanpa banyak bicara Sasuke segera tancap gas.

Sasuke Uchiha adalah seorang mahasiswa yang bergerak di bidang IT. Ia mengontrak sebuah rumah sendiri agar memudahkan akses menuju kampusnya, karena tempat orang tuanya tinggal sangat jauh dari sana. Ia sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis satu kampus dengannya, Hinata Hyuga. Hinata merupakan 'kembang' di kampusnya, karena wajahnya yang cantik dan ia berasal dari keluarga yang berada. Banyak pria yang iri dengan Sasuke, karena dia termasuk mahasiswa yang pintar, digilai wanita, berwajah tampan, dan memiliki gadis yang rupawan. Sungguh sempurnya hidup seorang Sasuke Uchiha ini.

Tapi tidak bagi Sasuke sendiri. Ia beranggapan hidupnya sangat merepotkan, ia memiliki rutinitas yang padat tujuh hari dalam seminggu, sehingga hampir tidak ada waktu untuk berleha-leha bagi pria satu ini, baik pikiran dan fisiknya habis terkuras karena ia adalah orang yang cukup penting dalam angkatannya di kampus. Karena rutinitas Sasuke yang memuakkan ini, membuat kekasihnya merasa kurang mendapatkan waktu untuk dirinya. Boro-boro untuk kencan, untuk bisa bertemu muka pun rasanya sulit. Bahkan saat mereka kencan Sasuke sering sibuk sendiri dengan laptopnya, sehingga Hinata merasa tidak digubris. Ia meminta bertemu dengan Sasuke untuk memberitahunya unek-unek Hinata yang selama ini ia pendam sendiri. Dan bagi Sasuke, bertemu dengan Hinata yang sedang ngambek sungguh merepotkan.

Sasuke menancap gas motor besarnya saat melewati kubangan.

CRASSH!

"Hei hati-hati di sini sedang ada perbaikan jalan! Dasar anak muda!" cipratan air tersebut mengenai seorang pekerja yang sedang menumpuk bebatuan pada lubang di samping jalan.

"Maaf pak! Saya buru-buru!"

Setelah berjalan dengan cepat selama beberapa saat, Sasuke terjebak kemacetan. Jalanan penuh dengan kendaraan-kendaraan besar yang mengangkut semen, bebatuan, dan aspal. Sasuke mendecak sebal. 'Hinata bisa tambah marah olehku.'

Tiba saat itu ponselnya bergetar.

1 message

Hinata-chan

"Sasuke-kun, kau dimana? Aku sudah menunggumu di Caffe tempat biasa. Sudah hampir satu jam, Sasu..."

Glek.

Sasuke menelan ludahnya. Bisa dipastikan wajah Hinata saat ini. Tapi bukannya terburu-buru, Sasuke malah membayangkan wajah Hinata saat marah. Wajahnya sungguh menggemaskan, bahkan dalam keadaan dia sangat marah sekalipun. Itu yang ia suka dari Hinata, bisa membuatnya tersenyum dalam keadaan apapun.

Teeeeettt!

"Hoi mas cepat jalan!"

Tanpa Sasuke sadari sedari tadi mobil di depannya sudah jalan dan ia menyebabkan kemacetan yang cukup panjang hanya karena membaca pesan dari Hinata. Sasuke merutuki dirinya sendiri dan langsung tancap gas tanpa menghiraukan klakson-klakson dan umpatan para pengendara lain di belakangnya.

Hinata adalah pacar pertama Sasuke. Memang, bukan benar-benar yang pertama. Tapi ia perempuan pertama yang berhubungan serius dengan Sasuke. Dan karena hal itulah Sasuke masih sedikit tidak peka dan kaku saat bersama Hinata. Karena sebelumnya Sasuke tidak pernah peduli tentang hal-hal cinta yang menurutnya sungguh merepotkan. Tapi saat melihat Hinata pertama kali tersenyum padanya, ia mengakui hatinya luluh. Ia menyukai Hinata, ia menyayanginya.

.

.

.

Sasuke memakirkan motor besarnya di tempat yang diharuskan. Setelah memastikan kendaraannya berada dalam keadaan aman, ia menyimpan helmnya dan berjalan menemui gadisnya.

Terdapat tulisan "Welcome to Sunflower Café." terlihat dengan jelas di atas pintu masuk. Sebuah papan yang berisi tulisan "OPEN" yang dihias dengan lampu merah bersinar terletak di samping, menandakan caffe ini sedang buka dan orang-orang dapat mengunjunginya. Sasuke memandang heran tulisan "Dibutuhkan karyawan pria segera." yang tertempel di kaca. 'Bukankah pegawai mereka sudah banyak?' gumamnya sambil lalu. Ia memang sudah mengenal caffe ini sejak lama. Ia sering mengunjungi caffe ini bahkan sebelum mereka jadian tepat satu tahun yang lalu.

Matanya bergerak jeli mencari perempuan yang ingin ia temui. Hingga ia melihat Hinata Hyuga duduk di sofa dekat jendela, di tangannya terdapat coklat hangat. Yang membuatnya heran adalah pria yang duduk di samping Hinata. Kuulang, seorang pria duduk menemani Hinata, kekasihnya.

"Cih, Dobe. Mau apa kau?" ia menatap tidak suka ke Naruto Uzumaki, teman kampusnya.

"Santai dulu, Sas. Tadi aku sedang mampir sebentar, lalu melihat Hinata duduk sendiri dengan muka ditekuk. Rupanya dia sedang menunggumu." Naruto memamerkan cengiran tak berdosa.

"Dia hanya menemaniku menunggumu, Sasuke-kun," timpal Hinata.

"Lalu mengapa mukamu cemberut begitu?"

"Kau lama sekali. Aku duduk disini sampai coklat panasku menjadi dingin."

"Oh, kukira kamu diapa-apain sama dia,"

"Enak saja kau! Gini-gini kau sahabatku, dan aku tidak mungkin melukai kekasih sahabatku, tahu!" Naruto membantah.

Sasuke menghempaskan tubuhnya dan duduk di samping Hinata. "Hn, sorry."

Naruto bangkit dengan enggan, "Yasudah, kalau begitu kutinggalkan kalian berdua. Aku pergi dulu!" diiringi dengan anggukan kedua temannya.

Keheningan timbul di antara dua insan di caffe itu, walau situasi sekitar mereka berisik, tapi tiada yang berbicara antara mereka berdua.

"Maafkan aku, semalam aku begadang dan tadi aku bangun telat," akhirnya Sasuke angkat suara. Hinata hanya mengangguk pelan dan menyeruput coklat panasnya, yang menjadi dingin.

Karena mendapat balasan yang kurang memuaskan, Sasuke melanjutkan. "Tadi di jalan macet karena perbaikan jalan, jadi aku tambah telat."

Hinata kembali menimpali dengan tak acuh, membuat Sasuke sedikit kesal. Hinata memang sering ngambek, tapi tidak biasanya ia tidak mengubris Sasuke seperti ini.

"Sebenarnya kamu kenapa sih?" timbul kesan kesal dalam nada Sasuke.

"Kamu yang kenapa, Sasuke-kun." Hinata balas tanya dengan nada tidak meminta jawaban.

"Kamu aneh. Tidak biasanya kamu begini,"

"Tidak enak kan, tidak digubris seperti tadi?"

Sasuke semakin kesal.

"Maaf?"

"Bagaimana perasaanmu tidak digubris olehku? Tidak enak, 'kan?" kali ini Hinata mengulang pertanyaannya dan memandang Sasuke dengan penuh makna.

"Iya, tidak enak. Aku tidak suka,"

"Kalau begitu coba kau pikir perasaanku selama ini selalu diabaikan olehmu,"

Sasuke terkejut. Ia merasa seperti tersedak ludahnya sendiri. Memang, ia jarang ada waktu untuk Hinata. Tapi ia tidak pernah menyangka reaksinya akan menjadi begitu dalam bagi Hinata. Mereka memang jarang bertemu, Sasuke tahu Hinata benci hal itu, tapi ia selalu berusaha untuk mengabari Hinata bagaimanapun caranya, agar Hinata tidak merasa Sasuke mengabaikannya. Dan biasanya Hinata akan mengerti hal itu. Karena jika bukan karena rutinitasnya, Sasuke sangat ingin terus bersama Hinata.

"Sepenting apaurusanmu itu, Sasuke-kun? Sampai aku tidak punya tempat di hari-harimu,"

"Tidak sepenting dirimu."

"Kalau begitu mengapa rasanya sulit untuk mendapat perhatian darimu?" Hinata menunduk. Matanya memerah.

"Aku sibuk, Hinata. Aku sibuk! Menjadi ketua organisasi mahasiswa sungguh membuatku tidak ada waktu. Apa lagi tugas-tugas kuliah yang menjengkelkan itu, membuat urusanku menjadi lebih banyak! Bukankah sudah berapa kali kita bicarakan hal itu?" Sasuke tidak menahan kata-katanya. Ia tidak menyadari kesan kasar dalam kalimatnya karena sedikit membentak. Hinata tidak pernah seperti ini sebelumnya, ia selalu memaklumi kesibukan Sasuke. Tapi Sasuke mengerti, tidak mungkin selamanya Hinata tahan dalam keadaan seperti ini.

"Aku tahu, tapi aku bukan perempuan yang tahan sendirian," Hinata menarik napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Kau tahu selama ini aku selalu sendiri. Orang tuaku sibuk karena urusan bisnis mereka, kakakku jarang ada di rumah karena mengurus pasien-pasiennya. Dan kamu, ka-kamu orang yang kukira bisa menemani kesendirianku malah sering meninggalkanku, a-aku kesepian, Sasuke-kun!" Hinata berkata dengan suara parau, membuat beberapa pasang mata melihat ke arah mereka.

Sasuke hanya bisa terdiam dan menatap Hinata dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan.

"Bahkan kau lupa sekarang hari jadi kita satu tahun..." nada suara Hinata melemas. Ia mencengkeram keras ujung bajunya sambil menunduk dalam-dalam. Dalam hati Sasuke kembali merutuki dirinya sendiri, bagaimana dia bisa lupa?

"Ma-"

"Kau tidak pernah ada untukku!"

Hinata bangkit dan merasa matanya mulai memanas. Air mata mengalir dari mata indahnya, dan ia pergi meninggalkan Sasuke yang duduk mematung. Ia tak menarik tangan Hinata, ia tak bangkit dan mengejar Hinata seperti apa yang selama ini semua gadis inginkan. Ia hanya duduk dan menatap kepergian Hinata yang berlinang air mata, membuat orang-orang di caffe menatap aneh ke arahnya.

"-afkan aku."

.

.

.

Sasuke berjalan malas-malasan menuju pintu masuk rumahnya. Dengan asal ia lepas sepatunya setelah sebelumnya memarkirkan motornya di garasi. Ia buka pintu rumahnya, meletakkan helm dan kunci motor, lalu berjalan ke kamar mandi. Ia basuh wajahnya dengan air, dengan harapan segarnya air bisa memperbaiki perasaannya yang tidak karuan saat ini. Ia tatap pantulan wajahnya di cermin. Wajahnya kacau. Mungkin karena kemacetan yang membuatnya lelah, keadaannya yang belum mandi, dan hatinya yang sedikit sakit melihat Hinata menangis karena dirinya.

'Aku bodoh.'

Ia pejamkan matanya, membasuh wajahnya dengan air untuk kedua kalinya, menarik handuk di sampingnya, lalu memutuskan untuk mandi dengan air hangat. Ia butuh menenangkan pikirannya saat ini.

Selesai mandi, ia keringkan badannya dengan asal. Lalu ia berbaring di tempat tidur king size-nya, tidak peduli peluh-peluh air sehabis ia mandi membasahi spreinya. Ia pejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Kejadian hari ini sungguh merepotkan. Ia benar-benar ingin kembali tidur saat ini, jika ia tidak mengingat banyak tugas-tugas kuliah yang belum ia kerjakan. Rasanya tugas-tugas laknat itu semakin hari semakin bertambah dan membuat tugas lama yang belum terselesaikan menjadi menumpuk. Begitu pula notifikasi yang sedari tadi berbunyi dari laptopnya, 'Ah, paling anak-anak pada ngurusin OSPEK." pikirnya acuh tak acuh. Ia memutuskan untuk kembali tidur, ia butuh istirahat sebelum kembali bergulat dengan tugas-tugas kuliahnya. Ia pejamkan matanya sejenak, dan langsung menuju alam mimpi. Tanpa ia sadari esok akan ada peristiwa yang mengubah hidupnya.

.

.


Chap pertama selesai :D Gimana? terlalu dikit ya?-,-

Jadi ceritanya disini Hinata anak orang kaya yang selalu kesepian karena keluarganya sibuk oleh urusan bisnis. DIsini aku bikin dia OOC soalnya menurutku buat jadi pasangannya Sasuke kalo gak Sakura, ya cuma Hinata._. Menurutku loh.. soalnya Hinata juga pas perannya disini. Terus pas dia masuk kampus yang sama kaya Sasuke, Sasuke naksir sama dia. Sasuke ketua organisasi mahasiswa di kampus. Jadi tiap hari dia selalu sibuk, entah karena ngurusin ospek mereka, ngurusin tugas-tugas kuliah, jadi dia kurang ada waktu buat Hina. Ohia, Sasuke tinggal sendirian di rumahnya, dan selama ini dia selalu dapet uang bulanan dari orang tuanya untuk kebutuhan hidup dan bayar kontrakannya. Jangan salah, walau ngontrak, rumah Sasuke gede, soalnya dia termasuk dari keluarga yang berada, walau kesannya ga keliatan karena dia merantau.

Dan umm... disini kan settingnya anak kuliahan, mohon maaf kalo aku ada salah-salah dikit soalnya aku bukan anak kuliah/

Mind to Review?