My third fiction
Ini sedikit berbeda dengan fic-fic sebelumnya. Karena di sini main pairnya adalah my other fav pair yaitu Inuzuka Kiba dan Tamaki. Oh iya, karena author tidak tau nama marga Tamaki, jadi author ngarang aja di sini.
Disclaimer : I only own the story
DOG BOY AND CAT GIRL
Jumat 07.30
KRIINGGGGGGGGGG...
Bel tanda masuk sekolah berdering, seolah memaksa anak-anak SMA Konoha untuk segera mempersiapkan diri menyambut jam pelajaran pertama. Ada yang berlarian agar cepat mencapai kelas, ada yang berjalan santai, ada juga yang sudah memakai pakaian olahraga karena jam pertama mereka adalah Pendidikan Jasmani.
Tak berapa jauh dari keriuhan tersebut, tampak dua sepeda motor Ninja menderu dengan kecepatan tinggi, seolah berlomba bahkan dengan sang waktu. Ketika berhasil melewati gerbang sekolah yang sudah tertutup setengah, kedua motor tersebut mengerem mendadak, membuat cipratan tanah plus debu dengan ban mereka. Membuat Izumo, sang penjaga gerbang sekolah, mencak-mencak.
"HEH! Dasar kalian! Nggak kapok-kapok ya telat terus! Mau dihukum apalagi kali ini ha?" bentak Izumo.
"Hehehe..maaf Pak Izumo, tapi kami nggak telat kok. Kan gerbangnya belum ditutup penuh." Jawab salah satu pengendara motor yang berrambut kuning acak-acakan dengan tiga garis di masing-masing pipinya, sambil cengengesan meletakkan motornya di parkiran.
"Iya nih Pak.. Kalau gerbang sudah tertutup penuh dan kami masih di luar itu baru terlambat namanya." Sahut pemuda kedua sambil melepaskan helm "cakil"nya (mmm reader tahu helm cakil kan yah? XD). Rambut coklatnya yang sudah berantakan, dikibas-kibaskan biar semakin berantakan XD (kan ceritanya messy hair means sexy). Setelah itu, dia menunjukkan cengiran di wajahnya, kedua sudut bibirnya terangkat ke atas hingga memperlihatkan gigi taringnya yang memang lebih panjang dari kebanyakan orang. Tulang pipinya yang dihiasi tato segitiga merah terbalik ikut terangkat menyebabkan matanya menyipit (Menurut author, ini sangat sexeh).
"Hufttt.. Terserah kalian! Kalian boleh menang dengan ku, tapi tidak di gerbang kedua." Kata Izumo sambil menyeringai penuh kemenangan.
Jadi di SMA Konoha ini ada dua gerbang, gerbang pertama yang menghubungkan dunia luar dengan lapangan upacara dan lapangan parkir sekolah. Gerbang ini dijaga oleh dua orang petugas keamanan yang digilir setiap minggu nya. Sedangkan gerbang kedua menghubungkan lapangan dengan gedung sekolah. Di sisi kanan gerbang ini ada kantor kecil untuk guru piket. Pintu gerbang kedua akan ditutup setelah bel tanda masuk sekolah berbunyi. Akses untuk membuka dan menutup pintu tersebut tentu saja ada di kantor guru piket. Guru piket adalah guru yang pada hari tersebut tidak memiliki jam mengajar dan dikhususkan untuk stand by di kantor kecil tersebut. Tugasnya selain yang disebutkan di atas, antara lain juga berfungsi sebagai resepsionis atau menerima tamu sekolah.
Naruto dan Kiba (nama kedua pemuda motor tadi) saling berpandangan, kemudian memandang curiga ke arah Izumo.
"Jangan bilang..." sahut Naruto. Keringat sebesar biji jagung mendarat di pelipisnya.
"Anko-senseiiiiii" lanjut Kiba sambil berlari sekuat tenaga menuju gerbang kedua, diikuti Naruto.
"Oiii tunggu dog boy... gak setia kawan banget sih lu!" kejar Naruto tak kalah cepat. Sekali terjatuh dan tak bisa bangkit lagi~~ eh maksudnya segera bangkit lagi.
"Oh ayolah sensei.. kami kan hanya terlambat beberapa detik." Rayu Kiba. Kakinya sudah mulai merasa pegal lantaran sudah lima menit berdiri sambil merayu, menatap memelas guru piket yang terkenal seksi tapi killer ini.
Mitarashi Anko, nama guru itu, tidak bergeming.
"Nanti saya sampaikan salamnya deh ke Kakashi sensei." Imbuh Naruto sambil memasang puppy eyes nya. Kiba yang di sebelahnya sampai merinding. Bukan, bukan karena jijik dengan puppy eyesnya Naruto, karena sejujurnya itu sangat manis XD, tetapi karena-
"APA KAMU BILANG? DASAR RUBAH SIALAN! LARI KELILING LAPANGAN 10 KALI PLUS MEMBERSIHKAN TOILET 3 LANTAI SAMPAI SELESAI JAM PELAJARAN PERTAMA! KALAU ADA PENOLAKAN SAYA PASTIKAN KALIAN TINGGAL KELAS TAHUN INI" bentak Anko.
-Ya, karena itu
NaruKiba otomatis mengkeret. Kebetulan Anko adalah wali kelas XI-2, kelas mereka, dan guru yang juga terkenal dengan sebutan lain GURU ULAR ini tidak pernah main-main dengan ucapannya. Yah meskipun bisa dikatakan ancamannya itu termasuk ancaman yang keji. Masa cuma gegara terlambat mereka tidak naik kelas? Sebenarnya tidak akan begitu jika saja Anko tidak sedang PMS dan ucapan Naruto yang memperkeruh suasana. Bukan rahasia umum di sekolah tersebut kalau Anko menaruh hati pada guru bermasker itu, tetapi bukan rahasia umum juga kalau si doi (Kakashi-red) tidak pernah menanggapi perasaan Anko. Bhahahaha, sabar Anko, author juga pernah ngalamin kok XD.
Sambil mendesah lelah kedua pemuda itu mengangguk dan akan melangkahkan kaki sebelum...
"Sumimasen.. saya terlambat" suara seseorang tersebut langsung membuat kedua pemuda mendongakkan kepala.
"Ah...iya silakan masuk, Tomoyo Tamaki ya?" jawab Anko sambil membuka gerbang kedua-sedikit-
Hal ini tentu saja mengundang protes dua pemuda ganteng kesayangan author.
"Senseii, kenapa anak ini boleh masuk?" tanya Naruto
"Iya sensei, jangan pilih kasih dong" sambung Kiba melupakan ketakutannya akan amukan Anko.
Anko hanya menghela nafas kasar sambil mengusap wajah manisnya.
"huftttttttt.. Tamaki ini anak baru, baru masuk hari ini, wajar saja dia terlambat. Lagi pula tadi dia sudah menghubungi sekolah dan ijin terlambat karena nyasar nyari-nyari sekolah ini."
"Alah.. bisa saja dia sebenarnya alasan kan sensei, bisa saja sebenarnya dia kesiangan." Protes Kiba.
"Maaf tapi saya bukan tipe orang yang suka bangun siang seperti kalian berdua." Tamaki menyanggah dengan ketus. Iris hazelnut nya memancarkan kemarahan yang dipendam. Baru juga masuk sekolah, sudah ada yang bikin perkara, minta ditimpuk ini orang.
"Hei! Siapa lu? Berani-berani nya ngomong gitu ke kita? Emang situ tau kita? Anak baru aja uda belagu!" balas Kiba nyolot.
Naruto hanya berusaha menenangkan Kiba. Dia tahu sahabat anjingnya ini kadang jadi lebih temperamen daripada dirinya.
"Sabar bro.. dia itu cewek."
"Lu belain dia Nar? Dasar nenek sihir rambut cokelat."
Naruto dan Anko sweatdrop.
"Elu juga rambut cokelat kali Kib."
"Sudah cukup! Naruto ! Kiba! Ancaman masih berlaku! Dan kalian membuang-buang waktu hukuman kalian!" tegas Anko.
NaruKiba pun menurut.
"Nah ayo Tomoyo-san, saya antar ke kelas Anda." Ucap Anko sambil mempersilahkan Tamaki masuk.
Sebelum memasuki gerbang, Tamaki menoleh ke arah Kiba dan bertemu pandang dengannya. Tatapan tajam keduanya seolah menyiratkan pengibaran bendera perang.
KRIIIIIINGGGGGGGGGGG
Bel tanda pergantian jam berdering. Jam pelajaran pertama akan berganti ke jam pelajaran kedua. Suasana koridor sekolah masih sepi. Tentu saja karena biasanya setiap mata pelajaran memiliki durasi 2 jam pelajaran berturut-turut agar lebih leluasa dalam proses belajar mengajar dan agar guru-guru tidak capek juga bolak balik tiap jam ganti kelas.
Dua orang pemuda tokoh cerita kita tadi berlari tergopoh-gopoh menuju kelas XI-2. Pakaian keduanya basah dan kotor (tentu saja! Apa yang kau harapkan dari membersihkan toilet?). Keringat memenuhi wajah dan badan keduanya.
TOK..TOK..TOK..
"Sumimasen sensei, kami boleh masuk?" tanya Kiba.
Pertanyaannya tentu saja mengundang perhatian Kakashi, guru Matematika, dan teman-teman sekelas mereka.
"Oh.. Inuzuka-san dan Namikaze-san. Membersihkan toilet seperti biasa? Baiklah, silakan masuk" jawab Kakashi.
Naruto dan Kiba langsung saja berlari menuju bangku paling belakang-bangku mereka berdua-tanpa mempedulikan tatapan mengejek teman-teman sekelasnya.
"Hoi rubah, dogboy, kelihatannya pagi kalian menyenangkan." Sindir gadis blonde pucat di bangku depan mereka, Ino namanya.
"Diem lu PIG!" sahut Naruto kesal.
"HAHAHAHA Selowww rubah! Kesel amat lu. Emang habis diapain sama cewek ular tu?" tanya Sakura, gadis berambut pink yang duduk di sebelah Ino.
Sebenarnya Sakura termasuk anak yang pintar, bahkan menduduki ranking ketiga di kelas. Tetapi karena sudah berteman lama dengan rub-eh Naruto dan Ino, jadi kadang keluar juga usilnya.
"Biasalah, disuruh mijitin badannya yang bohay itu.. makanya kita jadi basah." Sahut Kiba sambil melirik mesum ke arah kedua teman ceweknya.
"DASAR! KUMAT LAGI HENTAI LU DOGBOY!" sergah Ino.
"Ati-ati Kib, lu gak mau di amaterasu si Teme kan?" kali ini Naruto menengahi. Meski mengucapkan kata-kata itu, pandangan Naruto tidak pada tempatnya (?). Pandangannya lurus ke depan, ke arah seorang gadis yang sedang menuliskan jawaban soal Kakashi sensei di papan tulis. Gadis berrambut indigo panjang, kakinya yang langsing, meskipun tinggi badannya tidak seberapa (?). Sambil bayangin yang iya-iya, mulutnya bersenandung lirih
Kau bidadari turun dari surga, untuk bang Naru,, eeyaaaa
"Lah lu gitu nggak takut di kaiten sama Neji-senpai Nar?" ucapan Kiba sukses membuat Naruto terjungkal.
"Kalian berdua! Mau sampai kapan membuat masalah? Apa hukuman terlambat masih kurang? Kalau begitu silakan kerjakan soal no 4 dan 5 di papan tulis." Bentak Kakashi. Yaiyalah, siapa yang nggak kesel coba. Uda terlambat, malah ngobrol sendiri – eh berdua- pula di kelas.
"Ha..hai sensei."
Naruto maju ke depan dengan cepat, berpapasan dengan Hinata yang selesai mengerjakan soal nomor 3. Pura-pura tidak sengaja (tapi sengaja) menyentuh tangan Hinata membuat Hinata merona. Ahhhh rasanya melambungg..ngefly...halus bener kulit himeku, begitu pikirnya. Tak peduli apa soal yang tertulis di depannya. Tangannya menuliskan jawaban yang sama sekali nggak nyambung dengan pertanyaan. Selesai menuliskannya, Naruto senyam senyum gaje.
"Sudah sensei."
Kakashi yang tetap serius dengan buku paket di depannya hanya berucap
"OK, next please Inuzuka-san."
"Haii sensei.." jawab Kiba lesu.
'Gila tuh si rubah, cepet bener jawabnya. Sejak kapan dia jadi pinter gitu?' batinnya tanpa tahu bahwa jawaban Naruto sebenarnya asal-asalan dan tidak tepat.
Entah karena sudah down dulu atau karena memang polos, Kiba malah bengong di depan papan tulis.
'busettt itu angka apa cacing' gumamnya.
"Bagaimana Inuzuka?" tanya Kakashi mendongakkan kepala dari buku nya.
"Ma-maaf sensei, saya tidak bisa." Jawabnya jujur sambil menunduk.
Kakashi menghela nafas kasar.
"Haahhhh.. ya sudah, silakan kembali ke bangku mu. Tomoyo-san tolong selesaikan soal Inuzuka tadi."
"Hai sensei."
Kiba yang hendak melangkah ke bangkunya seketika mendongak, matanya beradu pandang dengan iris hazelnut gadis itu. Bukan.. bukan itu yang Kiba perhatikan, tapi senyuman miring nan mengejek yang diberikan gadis itu untuknya.
'sialan lu cewek, kalo aja hari ini belum cukup gue buat masalah, uda gue teriakin lu di muka jelek lu'
Kiba mendengus dan berjalan menuju bangkunya.
"Cewek yang tadi ya Kib?" tanya Naruto
"Iya.. apes banget sih gue hari ini. Tu cewek pake sekelas lagi sama kita. Dosa guee apaa Tuhannnn." Teriak Kiba tertahan.
"Dosa lu banyak dogboy, jelas-jelas lu makhluk hentai yang suka bikin masalah." Sambung Sakura.
"Sialan lu jidat! Gue hentai kan cuma sekedar fantasi aja, emang kaya lu ama si pantat bebek apa?"
"Halah.. jangan kura-kura dalam perahu deh, gue tahu lu sama si rubah tiap malem minggu suka nongkrong di kafe X" balas Ino sengit.
Kafe X sebenarnya adalah sebuah bar tertutup di Konoha yang hanya diperbolehkan untuk orang-orang dewasa. Kafe ini sangat vulgar. Berbagai hal dan kegiatan yang berbau "sex" ada di sana. Biasanya untuk memasuki kafe tersebut, pelanggan harus menunjukkan KTP yang masih berlaku. Hanya untuk memastikan bahwa usia mereka sudah memenuhi persyaratan.
"Hah? Tahu dari mana lu Ino?" tanya Sakura penasaran.
"Iye..tahu darimana lu? Jangan-jangan elu pas lagi di sana juga ya?" balas Kiba sengit.
"Kibaa.." Naruto noel-noel lengan Kiba
"Apaan sih lu Nar?"
"Lu lupa tiga minggu yang lalu pas kita pulang dari kafe itu kita ketemu sama si Pig? Wajarlah dia tahu" inget si Naruto.
"Oh.. iya ding hehehe." Kiba malah cengengesan
Ino dan Sakura pun sweatdrop.
Jumat 15.30
KRINGGGGGGGGGGGGGGG
Bel tanda berakhirnya hari di sekolah berdering.
Siswa siwi tampak berlarian keluar dari kelas. Hanya beberapa yang tinggal di kelas berkumpul sambil merencanakan liburan week-end mereka. SMA Konoha melakukan kegiatan belajar mengajar di hari Senin hingga Jumat. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur.
Sementara itu di kelas XI-2
Naruto berjalan menuju bangku depan, ke arah Hinata.
"Hi-na-ta.. pulang bareng yuukkk..sekalian jalan-jalan, mumpung malam Sabtu nih. Besok kan libur." rayunya manja. Tubuhnya ia condongkan ke atas meja Hinata, matanya lurus menatap mata amethyst di hadapannya, memberikan tatapan dan senyuman paling handsome – kata author.
Pfiiiiwwuuuuuuuuuuuiiiiiiiiittt
Terdengar suitan dari teman-teman se gengnya di bangku belakang, plus seringaian Sasuke dan senyum andalan Sai di pintu kelas. Mereka berdua di kelas XI-1 sengaja ke kelas XI-2 untuk menjemput gadis mereka (Sebenernya Sai dan Ino belum jadian sih, baru flirtingan gitu).
"Ma-maaf Na-naruto-kun, aku pu-pulang bareng..." sahut Hinata sambil menundukkan kepala, menyembunyikan rona wajahnya.
"Neji-senpai? Bukannya hari ini dia jadi utusan sekolah ke SMA Suna ya? Kau nggak bisa mengelak lagi hime.." potong Naruto.
"e-ettoo.."
"Dia akan pulang bersamaku, kebetulan arah pulang kami sama" potong gadis di sebelah Hinata, gadis anak baru itu, Tamaki, sambil menarik tangan Hinata mejauh.
Naruto yang merasa dihalangi segera menarik tangan Hinata yang lain.
"Hei, memang lu siapa? Nantang gue lu dasar anak baru. Hinata-hime memangnya hime mau pulang naik apa?"
"Na-naik bu-bus."
"Hffttt... teganya lu anak baru, Hinata diajakin naik bus. Biar dia gue bonceng motor aja."sahut Naruto sambil memeluk Hinata, menjauhkannya dari Tamaki. Mumpung nggak ada Neji, batin Naruto.
"Na-naruto-kun, Ta-tamaki o-orang baru di-di sini. Ka-kasihan kalau di-dia nyasar."
Kiba, kawan Naruto yang paling mengerti besarnya cinta Naruto (eeyaaa), besarnya keinginan Naruto (ihiirrr) dan beratnya perjuangan Naruto untuk mendapatkan Hinata (ciyehhhh), langsung beraksi.
Dengan cepat dia menggamit lengan Tamaki dan menariknya.
"Tenang aja Hinata, biar gue antar si anak baru ini pulang. Jaa teman-teman." Ucapnya sambil mengedipkan mata ke arah Naruto.
Di tempat parkir motor.
"Lepasin aku!" Teriak Tamaki sambil menarik tangannya dari cengkeraman tangan Kiba.
"Nggak akan! Sampai gue pastiin lu nggak ganggu acara pulang bareng Naruto dan Hinata!" jawab Kiba keukeuh.
"Ck.. nggak perlu ditahan. Aku nggak akan ganggu mereka kok tenang saja. Lepasin! Aku ada kerja part time dan gak mau telat." Ucap Tamaki sambil tetap berusaha melepaskan tangannya.
"Hooo.. kerja part time dimana? Di kafe X ya?" ucap Kiba asal sambil meniak-turunkan alisnya, matanya mengilat menggoda.
Tanpa diduga, wajah Tamaki memerah.
'ah..mungkin dia marah, gue keterlaluan ya nuduhnya?'
"Me-memangnya kenapa kalau aku kerja part time di sana? Masalah buat kamu?" balas Tamaki dengan suara bergetar, menunduk, menghindari tatapan pemuda di depannya.
Kiba hanya ternganga! Tidak menyangka kalau tebakannya yang sangat asal-asalan (karena otak mesumnya) itu tepat. Saking kagetnya, cengkeraman tangannya pada lengan Tamaki mengendur. Seolah memanfaatkan kelengahan Kiba, Tamaki pun melepaskan diri dan berlari ke luar sekolah sambil menangis.
"He-hei.. anak baru.. arghh namanya siapa ya gue lupa...heii tunggu.." sambil berteriak Kiba mulai mengeluarkan motornya dari parkiran dan menyalakannya.
Suara mesin motor menderu-deru memekakkan telinga setiap orang yang dilewati (itulah kenapa ada yang melarang motor 2 tak beroperasi). Kiba memacu motornya kencang, matanya berusaha mencari-cari gadis berrambut cokelat dengan seragam sekolahnya. Namun, sial bagi Kiba, dicari kemanapun tidak juga dia temukan gadis itu.
"ARRGHHHH.. apa sih dosa gue! Sampai-sampai hari ini sial banget."
Akhirnya Kiba memutuskan untuk pulang ke rumah.
Biar author sebutkan satu persatu dosa kamu Kiba. Hobi download & nonton film bokep & anime ecchi; hobi "main" di kafe X walaupun belum terlalu "berbahaya"; berbohong ke Ma Tsume tiap malam minggu, bilangnya mau main ke rumah Naruto padahal...; nyogok Inspektur Ebisu (bawahan Ma Tsume di kepolisian Kota Konoha) dengan kumpulan video ecchi agar mau membawa dia dan Naruto ke kafe X.
Nah kurang apalagi coba? Gitu masih nanya apa dosa kamu? -,-"
TBC
Bersambungnya nanggung banget yak hehehe. Sebenarnya sudah separuh jalan saya buat fic ini. Tapi kalau dijadikan satu takut kepanjangan.
RnR ya..
Terimakasih,
NAI
