Authors note: hai... bertemu lagi dengan saya, author terngaret yang pernah ada #plak!
Bukannya ngelanjutin fict malah update baru lagi, mianhae. Bukan maksud saya nelantarin fict saya, tapi belum dapet wangsit muehehe... saya akan berusaha untuk tidak menelantarkan fict saya :D
Oke, happy read chingu ^-^
Disclaimer : mereka milik Tuhan YME
Warning : AU, OOC, Typo, GS, tema pasaran dll DLDR!
^-^v
.
kamar yang berada di rumah mewah itu terlihat sangat berantakan. Pecahan kaca berserakan di lantai kamar bernuansakan warna biru itu. Barang-barang tergeletak dimana-mana.
"Tuan, bagaimana ini, tuan muda Lee Donghae terus mengamuk dan memecahkan barang-barang." Seorang maid dirumah itu berseru panik kepada tuannya. Mr. Lee terlihat gusar melihat keadaan anaknya dari depan pintu.
"Donghae, hyung mohon hentikan, jangan menyakiti dirimu sendiri seperti ini," Donghwa-kakak Donghae- berusaha menghentikan adiknya yang terus melempar barang-barang di kamar itu.
"Hae, hyung mohon hentikan," mata Donghwa mulai memanas, ia berusaha untuk tak menangis melihat keadaan adik tersayangnya saat ini. Dari kejauhan, terlihat Mr. Lee tengah menelfon seseorang saat ini.
"Ku mohon datanglah kesini," Mr. Lee terlihat panik saat ini, ia mengucapkan terimakasih sebelum menutup telfonnya.
Donghwa berusaha memeluk Donghae, tetapi Donghae terus meronta dan menggeram.
"Hyukie...hyukie..."
Donghwa menatap adiknya yang terus memanggil nama itu dengan pandangan sendu. Perasaan perih merayap dihatinya. Kasihan sekali adiknya.
"Donghae!"
Kedua Lee tersebut menoleh kearah suara yang berasal dari depan pintu kamar. Donghae melihat sebentar dan kembali membanting barang.
"Hyukjae noona, tolong bantu aku," Hyukjae yang tadi berada di depan pintu, segera berlari kearah Donghae.
"Bisa tolong tinggalkan kami berdua?" pinta Hyukjae. Sebenarnya Donghwa sangat enggan meninggalkan mereka berdua, takut Donghae berbuat hal yang berbahaya. Tetapi melihat sorot mata Hyukjae yang penuh keyakinan, akhirnya ia meninggalkan mereka berdua.
Hyukjae meraih tangan Donghae yang sedari tadi membanting barang.
"Hae, tolong hentikan!" Donghae berusaha melepaskan tangan Hyukjae. Hyukjae menangkup wajah Donghae dan mengarahkannya padanya.
"Lihat aku, ada apa denganmu Hae?"
Cairan bening itu turun dari sudut mata Donghae, begitu melihat Hyukjae. Hyukjae tertegun melihatnya.
"Hyukie jahat, hyukie akan meninggalkan hae, hyukie jahat, hyukie jahat." Isakan Donghae makin kencang dengan airmata yang mengalir deras. Hyukjae mematung sesaat. Tak lama airmata juga mengalir dari caramelnya.
"Donghae dengarkan aku dulu ne, siapa yang bilang begitu?"
"Salah satu Noona di kelasku mengatakan seperti itu. Hae sedang menunggu Hyukie di depan gerbang tadi pagi, lalu noona itu mengatakan pada temannya, Hyukie akan pergi dari sini dan tidak akan kembali lagi. Hyukie jangan pergi, hiks,"
Donghae memeluk Hyukjae erat seakan tak mengijinkannya pergi kemanapun. Ia terus terisak kencang, bahunya juga bergetar. Tangisan itu sungguh terdengar memilukan. Hati Hyukjae berdenyut sakit melihat keadaan Donghae seperti ini. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Ia balas pelukan Donghae tak kalah erat, menyalurkan kasih sayang yang begitu besar pada namja ini. Sesaat Hyukjae mengernyitkan dahi saat merasakan ada yang basah di pinggangnya. Ia lepaskan pelukannya dan menarik tangan Donghae yang berada di pinggangnya. Hyukjae terkejut melihat pergelangan tangan Donghae yang berdarah. Pandangan Hyukjae tertuju pada serpihan kaca yang berserakan di lantai. Pasti terkena saat mengamuk tadi.
Hyukjae mengusap pipi Donghae dan tersenyum manis.
"Kenapa kau mengamuk? Lihat, tanganmu jadi berdarahkan, ayo kuobati," Donghae masih terisak saat ini, matanya menatap langsung caramel di depannya.
"Hyukie jangan pergi, Hae tidak mau ditinggal Hyukie, Hae Hyukie," setetes airmata kembali turun dari mata Donghae. Begitu menyayat hati bagi siapapun yang melihatnya. Tak terkecuali Hyukjae. Ia langsung memeluk Donghae erat, tak sanggup melihat Donghae yang terlihat begitu rapuh.
"Ne, Hyukie tidak akan meninggalkan hae, hyukie juga sayang hae. Hae jangan menangis lagi ne," Hyukjae mengusap airmata Donghae dan mencium kening Donghae sayang. Donghae mengangguk dan mengusap airmatanya. Hyukjae tersenyum dan menarik lembut tangan Donghae untuk mengobatinya.
Mr. Lee dan Donghwa yang melihat dari kejauhan terlihat begitu lega, melihat Donghae tidak mengamuk lagi. Mereka sangat berterimakasih pada Tuhan atas kehadiran Hyukjae untuk Donghae.
Donghae mengalami keterbelakangan mental saat ini, tetapi bukan berarti ia idiot atau semacamnya. Maka tak heran, di usianya yang menginjak 18 tahun ia masih terlihat seperti anak berumur 5 tahun. Tak ada yang bisa menenangkan Donghae bila ia mengamuk. Ia juga sangat tertutup pada orang lain, bahkan pada keluarganya sendiri.
Semenjak kehadiran Lee Hyukjae, Yeoja berparas imut dan mempunyai gummy smile itu, Donghae perlahan-lahan mulai berubah. Hanya Hyukjae yang bisa menenangkan Donghae dan sangat mengerti Donghae. Donghae amat sangat menyayangi hyukjae melebihi dirinya sendiri. Tak ayal, berita kepergiaan hyukjae membuat Donghae mengamuk hebat tadi.
"Nah, sudah selesai, Hae jangan seperti itu lagi ne, nanti Hyukie jadi sedih." Hyukjae sudah selesai membalut luka Donghae, kini mereka tengah duduk di tepi kasur kamar Donghae yang sebelumnya sudah di rapihkan oleh maid. Donghae mengangkat dagu Hyukjae dengan jemarinya dan menatapnya khawatir.
"Hyukie jangan sedih ne, Hae janji tidak akan seperti itu lagi," hyukjae tersenyum dan mengulurkan jari kelingkingnya kearah Donghae. "Janji?"
Donghae tersenyum lebar dan meraih jari itu, "janji." Kehangatan menyelimuti ruangan itu.
"Hyukie jangan tinggalkan Hae ne, Hae tidak mau. Hae sangaattt sayang Hyukie," Hyukjae tersenyum tetapi dalam hatinya ia menangis mendengar kietulusan dari ucapan Donghae. Yeoja berambut redbrown itu mengusap rambut darkbrown Donghae lembut. Ia membaringkan Donghae dan menyelimutinya.
"Hyukie jangan kemana-mana ne, Hyukie kan kekasih Hae," Donghae menggenggam tangan Hyukjae dan menautkan jemarinya. Hyukjae tersenyum lembut. Donghae mulai tertidur tanpa melepaskan tautannya. Hyukjae masih setia mengelus surai Donghae. Ia menatap sendu wajah childish Donghae yang tengah tertidur.
"Aku juga menyayangimu Hae, sangat. Kau sudah kuanggap keluargaku. Tapi maaf, aku benar-benar harus pergi. Maaf."
Hyukjae kembali mengecup kening Donghae dan perlahan melepas tautannya. Ia bergerak mundur perlahan. Saat di depan pintu ia kembali berucap dengan lirih.
"Maaf."
To be continued
Saya tau ini fict abal dan aneh, mana pasaran lagi
Masih membingungkan? Sengaja. Ini kan baru prolog muehehe...
Ayooo yang mau tau kelanjutannya review ne
Salam hangat.
