.

.

Disclaimer: EXO punya SM dan diri mereka masing-masing.

Pair: SeKai or KaiHun (KaixSehun)

WARNING!:kata kasar n makian yang bertebaran, tsundere!Sehun, Shounen-ai, OOC sangat, miss typo(s), AU, dll.

Rate: M untuk beberapa makian dan umpatan

DON'T LIKE? DON'T READ!

.

.

Wajah cemberut bukan sesuatu yang bagus dipandang mata, tapi tentu saja terlihat imut bagi para pedofilia. Tapi dia tak peduli sama sekali, yang penting dia ingin cepat menyelesaikan hal ini. Dan cepat-cepat kembali ke kamarnya lagi.

Oh Sehun membenci hal yang tengah dilakukannya ini─sebenarnya dia membenci segala hal. Dia benci disuruh-suruh oleh ibunya, dia benci hari minggu dimana sang ibu sering menyuruhnya belanja padahal seharusnya bisa tidur seharian, dan dia benci daftar belanjaan yang ibunya berikan.

Semua yang ada dalam pikirannya tidak pernah sejalan dengan kenyataan. Meskipun itu juga termasuk titah yang ibunya berikan. Sebenarnya bisa saja dia pergi jalan-jalan dengan temannya mungkin. Tapi bukannya takut akan pelototan mematikan ibunya, dia hanya tidak mau dianggap anak durhaka saja.

Karena itu di sinilah dia, berdiri di depan sebuah pintu rumah yang tentu saja tidak lebih bagus dari rumahnya. Dulu rumah ini tidak berpenghuni dan ditinggal begitu saja oleh pemiliknya, Sehun bahkan langsung lari saat melewati rumah ini sepulang sekolah. Bukannya takut akan cerita hantu dari nenek-nenek tetangga sebelah, dia hanya takut kejatuhan salah satu puing bangunan rumah bobrok ini saja.

Tangan kanannya memegang sepiring kue buatan asli sang ibu, sedangkan tangan kirinya memencet bel dengan cepat dan kesal karena sudah lima menit lebih tidak ada yang membukakan. Kata ibu sih ada orang baru yang menempati rumah ini, dan entah karena ibunya memang baik atau cuma sok cari perhatian, wanita itu langsung saja semangat membuat kue dan menyuruhnya mengantar kue ini.

"Cepat buka pintunya, sialan!" teriaknya kesal menendang pintu yang keras. Membuatnya melompat dengan satu kaki. Aiish~ dasar tuli!

Kegiatannya melompat-lompat─karena dia ingin, bukannya karena sakit. Hal seperti itu saja sih sama sekali tidak membuatnya sakit─ terhenti saat pintu itu terbuka dan Sehun sudah bersiap akan membombastis dengan sekumpulan makian impresif. Tapi entah kenapa semua itu tertahan di tenggorokannya begitu saja.

Dilihatnya seorang namja berdiri di hadapannya, dengan mata yang menyorot tajam, rambut hitam berantakan yang tidak keren, kulit tan yang sama sekali tidak seksi, dan senyuman yang tidak berkarisma sama sekali. Jangan lupakan namja ini memakai sebuah jins ketat dan kaos putih tipis saja yang sama sekali tidak terlihat keren dan seksi.

Kalau kalian sedang melihatnya tengah terpesona, itu berarti mata kalian terinfeksi.

"Oh, maaf. Belnya rusak jadi aku baru mendengarmu saat kau berteriak tadi!" ujar namja itu masih dengan senyum yang menurutnya bodoh dan tidak membuat wajah itu lebih tampan.

"Ya ya... kau terlalu miskin hanya untuk membeli yang baru!" celetukannya membuat namja itu mengerutkan dahi dan menatapnya tajam. "A-apa?!" dan kalau kalian mendengar suaranya yang mencicit tadi, itu berarti telinga kalian juga terinfeksi sekarang, asal kalian tahu saja dia mengatakannya dengan tegas tadi.

"Masuklah!" ujar namja itu dengan menggeser tubuhnya sedikit, memberinya ruang untuk masuk. Sehun memperhatikan bagian dalam rumah sekilas dan menggeleng.

"Tidak. Aku kemari hanya untuk memberikan ini, bukan untuk bertamu beberapa jam kedepan di rumah menyedihkanmu!" ujarnya menyodorkan sepiring kue yang tinggal setengah─jangan salahkan karena dia lapar dan belum sempat sarapan tadi. Dilihatnya namja tan itu mengangkat sebelah alisnya sebelum tersenyum─demi apapun sekarang daftar hal-hal yang dibencinya jadi bertambah karena senyuman itu.

"Jangan tersenyum mesum seperti itu atau aku akan menyumpali mulut dengan batu, brengsek!" memberikan tatapan tajam sembari semakin menyodorkan piringnya, ingin cepat-cepat pergi dari rumah busuk ini.

"Sungguh tidak ingin masuk? Aku hanya tidak ingin dianggap tidak sopan saja," namja itu semakin menggeser tubuhnya, membuat Sehun bisa langsung melihat kearah ruang tamu yang berantakan dan buah apel yang tersaji di sana.

Berdehem sekali─ "Baiklah kau yang memaksa!" dan melangkah masuk ke dalam rumah, Sehun langsung duduk tanpa dipersilahkan oleh sang tuan rumah dan menyomot sebuah apel merah segar. Dia mau masuk ke dalam bukan karena tergoda oleh apel-apel ini, tapi karena namja ini yang terlihat memaksanya untuk masuk─dan tolong tambahkan ini juga karena rasa sopan santun.

"Nah, kau mau minum apa?" tanya namja itu masih berdiri dan bersidekap menatapnya. Dahi Sehun mengernyit tidak suka melihat ekspresi namja ini yang terlihat geli menatapnya.

"Jus jeruk, kalau ada. Tapi aku yakin kau hanya punya air mineral jadi terserah saja apa yang kau punya!" ujarnya masih sibuk dengan apelnya. Tidak mempedulikan saat namja tan itu sudah dari hadapannya. Apa? Dia tamu juga jadi tidak masalah makan apel yang sudah tersaji ini.

Matanya mengedar ke sekeliling ruangan. Masih banyak kotak kardus besar disekitar, mungkin namja itu masih membereskannya. Cih, dia tidak peduli. Yang penting cepat habiskan apel ini dan pulang.

"Ini, silahkan~"

Sehun mengerjap menatap segelas air putih di atas meja dan menatap namja itu dengan alis berkerut. "Apa ini?! Kau mengambilkanku air bekas kobokan?"

"Bukankah kau yang bilang air putih? Dan ini bukan air kobokan, nona!"

"SIALAN! Aku bukan perempuan. Dan seharusnya kau pikirkan dulu kata-katamu itu, dasar babun!"

Kini namja itu duduk di sebelahnya dengan tatapan mata yang tajam. Sehun menghentikan kegiatan mengunyah apelnya. Dia sama sekali tidak merasa takut dengan tatapan itu! Dan apa-apaan ini?! Kenapa malah menatapnya sedekat ini?

"A-apa?!" dan kalian harus benar-benar memeriksakan telinga kalian jika mendengarnya tengah tergagap tadi.

Kemudian namja itu berbisik, "Seharusnya kau yang memikirkan terlebih dahulu sebelum bicara. Apa aku harus mengajariku tata krama, eum?"

Sehun merinding merasakan namja ini berbisik pelan di telinganya. Bukan jenis bisikan mengancam nyawa, tapi jenis bisikan seduktif yang mengundang rasa panas menjalar di pipinya. Tolong jangan beranggapan kalau dia tengah memerah, tapi udaranya saja yang terasa panas.

Dan matanya melotot kaget saat melihat apa yang tengah dilakukan namja tan itu. "APA YANG MAU KAU LAKUKAN?! KENAPA MELEPAS BAJU SEPERTI ITU, HAH?!"

.

.

TBC or END?

.

.