Disclaimer : I do not own Naruto

.

Let's start your abnormal high school life!

.

Aku berlari secepat mungkin. Ini adalah hari pertama di SMA. Aku ingin segera ke kelas dan mendapat teman baru.

Mungkin karena aku terlalu terburu-buru, seseorang tidak sengaja menabrakku.

Yang menabrakku adalah seorang laki-laki tampan berambut raven. Wajahnya entah kenapa terasa tidak asing.

"Ma-maaf."

"Hn."

Laki-laki itu tidak mengatakan apapun lagi dan pergi melewatiku. Wow, benar-benar kesan pertama yang sangat bagus.

"Hei."

Tubuhku langsung menegang saat merasakan seseorang menepuk pundakku.

"Tolong maafkan dia. Dia memang agak kasar, tapi dia sebenarnya anak yang baik. Dibesarkan di keluarga terkenal seperti Uchiha membuatnya seperti itu."

Yang menepuk pundakku ternyata seorang gadis berambut merah muda. Aku menghela nafas lega.

Reputasi sekolah ini tidak terlalu bagus, jadi wajar saja aku takut jika ada yang tiba-tiba menyentuhku seperti itu. Beberapa rumor mengatakan bahwa anak-anak yang belajar di sekolah ini adalah sekumpulan anak aneh dan para berandalan.

Jika sekolah ini bukan satu-satunya sekolah yang dekat dengan rumahku, aku tidak akan pernah mau menghabiskan masa SMA disini.

"Tidak apa-apa. Tadi kau bilang Uchiha?"

Pantas saja wajah laki-laki itu tidak asing. Aku pernah melihatnya di TV. Siapa yang tidak kenal Uchiha? Keluarga itu terkenal karena terdiri dari orang-orang jenius dan berbakat. Merekalah yang menjaga keamanan kota ini.

"Oh, benar, aku belum memperkenalkan diri, ya? Namaku Haruno Sakura. Senang bertemu denganmu."

Gadis bernama Haruno Sakura itu menjulurkan tangan. Aku menyambut tangannya.

"Senang bertemu denganmu juga. Kau bisa memanggilku Miki."

Ekspresi Haruno-san tiba-tiba berubah. Matanya menyipit menatap tiga anak laki-laki yang mendatangi kami. Wajar saja sikapnya seperti itu. Wajah mereka menunjukkan niat jahat yang sangat jelas.

"Kalian berdua adalah gadis yang sangat manis. Kenapa kita tidak bersenang-senang bersa-"

Sebelum salah satu laki-laki itu menyelesaikan kata-katanya, tubuhnya terpental ke belakang. Mataku melebar, tak mempercayai apa yang baru saja kulihat.

Haruno-san baru saja memukul laki-laki itu?

"Minggir."

Itu hanya satu kata. Dan satu kata itu sudah lebih dari cukup untuk membuat berandalan-berandalan itu muncur ketakutan.

Bahkan aku ingin ikut mundur juga bersama mereka.

.

.

Aku tidak tau apa sekelas dengan gadis pertama yang mengajakku berbicara sekaligus memukul wajah seseorang tanpa ragu adalah berita bagus.

"Kita sekelas, Miki-chan!"

Aku hanya bisa memaksakan senyum.

"Oh, Sakura-chan, kelihatannya kita sekelas!"

Seorang laki-laki berambut pirang acak-acakan mendekati mereka berdua. Senyum Haruno-san langsung menghilang.

"Kenapa aku harus sekelas denganmu lagi?"

"Dan kelihatannya kita juga sekelas dengan Sasuke-Teme."

"Ada dimana dia?"

Senyum Sakura telah kembali sama cepatnya dengan waktu menghilangnya. Laki-laki berambut pirang itu menghela nafas.

"Aku tidak mengerti apa bagusnya dia."

Saat itulah tatapan laki-laki itu akhirnya jatuh pada seorang gadis tidak beruntung yang berusaha membuat dirinya tidak terlihat. Dengan kata lain, aku.

"Aku juga akan sekelas denganmu, ya? Namaku Namikaze Naruto."

"Eh? Kau adalah anak dari pendiri perusahaan Namikaze yang sangat terkenal itu?!"

Perusahaan Namikaze bisa membuat segalanya. Mereka membuat pakaian, makanan, mesin-mesin canggih, dan berbagai macam alat elektronik dengan kualitas tinggi. Penghasilan mereka sangat tinggi. Tidak heran perusahaan itu menjadi sangat terkenal.

Orang yang mengaku sebagai Namikaze Naruto menganggukkan kepalanya. "Benar, itulah aku."

Aku tidak bisa percaya ini. Aku sekelas dengan si muka datar Uchiha Sasuke, petinju profesional Haruno Sakura, dan laki-laki super kaya Namikaze Naruto. Kenapa teman-temanku tidak ada yang normal?

Namikaze-san belum menunjukkan sikap aneh, tapi cepat atau lambat watak aslinya pasti akan keluar. Seperti yang dilakukan Haruno-san.

Selamat tinggal kehidupan SMA-ku yang normal...

"Miki-chan, kenapa wajahmu menunjukkan ekspresi seperti orang yang telah kehilangan hal berharga dari hidupnya?"

.

.

Ternyata Namikaze-san tidak aneh juga. Kenyataannya, dia bertingkah seperti remaja pada umumnya. Dia mengajak aku dan Haruno-san makan bersama dan menceritakan hal-hal lucu.

Dan Haruno-san juga adalah gadis yang manis jika kau melupakan tinjunya yang mematikan.

"Jadi, tou-chan sering memberikan tugasnya kepadaku. Aku sangat senang dia mempercayaiku, tapi seharusnya dia menyelesaikan masalahnya sendiri dengan serius. Maksudku, ayah macam apa yang meninggalkan seluruh tugasnya kepada anaknya?"

"Bukankah seharusnya aku yang mengeluh begitu? Kau selalu memaksaku membantumu, Dobe."

"Tidak ada pilihan lain, kan? Beberapa tugas hanya bisa diselesaikan dengan bantuan polisi, Teme."

"Pengawasanku sekarang jadi diperketat karena kau."

Oh, dan ada satu orang lagi yang tidak aku sangka kehadirannya. Namikaze-san, secara ajaib, mampu membuat Uchiha Sasuke ikut makan bersama kami.

Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia ternyata orang yang cukup cerewet juga.

"Kudengar kau sering melakukan tugas polisi, ya, Uchiha-san?"

"Hn."

Atau mungkin dia hanya mau berbicara kepada Namikaze-san. Aku merasa tersakiti disini.

"Hei, Sasuke, kau harus menjawab pertanyaan Miki-chan dengan ben-"

"Halo, gadis-gadis. Kita bertemu lagi."

Seorang laki-laki menginterupsi. Uh... Anak-anak nakal itu lagi. Mereka membawa banyak teman kali ini. Laki-laki yang dipukul Haruno-san tidak bersama mereka. Aku tidak akan bertanya bagaimana kondisinya sekarang.

"Oh, kalian lagi?"

Mereka berjumlah sepuluh orang lebih dan sebagian besar membawa pemukul baseball.

Haruno-san berdiri tegap di depan laki-laki bertubuh paling besar seakan menantang mereka semua.

Ini gawat! Aku harus menghentikan mereka!

"Hentikan!"

Tapi, yang berteriak bukanlah aku. Namikaze-san berdiri diantara Haruno-san dan para berandalan.

"Aku punya gambaran apa yang telah Sakura lakukan, tapi seorang gadis melawan tujuh laki-laki bersenjata dan lima laki-laki berbadan besar? Dimana harga diri kalian?" ucap Uchiha Sasuke dengan nada merendahkan. Anak dari keluarga Uchiha memang hebat.

"Kau benar."

Kelihatannya sang pemimpin mulai mengerti. Dia berbalik dan menatap anak buahnya.

"Semuanya! Ayo, serang kedua laki-laki itu juga!"

"AYOOOO!"

Apa-apaan itu? Memangnya dengan menambah dua lelaki-kurus dan tidak bersenjata-sebagai target bisa membuat harga diri mereka terselamatkan?

"Mereka semua idiot," Namikaze-san bergumam kesal.

"Dan mereka juga sangat keras kepala. Tak kusangka bisa menemukan seseorang yang lebih keras kepala dari pada Naruto."

"Kau mengejekku, ya?"

"Sekarang, apa yang akan kau lakukan, Dobe? Mereka tidak mau mendengar kata-katamu."

"Kita berdua kabur saja."

"Ide bagus."

Uchiha-san, kemana pidatomu tentang harga diri tadi? Dan hanya kabur berdua? Bagaimana denganku? Kembalikan kehidupanku yang normal, sialan!

"Mau kabur, ya?"

Ugh... Para berandalan itu mengepung kami semua. Mereka terlihat siap mengayunkan tinju kapan saja.

"Dasar, tidak tau terima kasih," ucap Namikaze-san. Berterima kasih? Untuk apa?

"...?"

Si pemimpin kelihatannya memiliki pertanyaan yang sama denganku. Dia memiringkan kepalanya heran.

"Jika kau tidak menghentikan pertengkaran ini segera, kalian semua, baik yang berbadan kekar maupun yang bersenjata, akan berakhir sama dengan teman kalian yang saat ini berada di rumah sakit karena patah tulang."

"Huh...?"

Aku seharusnya berkata pada Namikaze-san bahwa aku tidak ingin mendengar kondisi laki-laki yang dipukul Haruno-san. Akibatnya, sekarang tubuhku tidak berhenti gemetaran.

.

.

"Apa terjadi sesuatu di sekolah? Kau terlihat sangat pucat," ibuku yang sedang menyetir bertanya khawatir.

"Sebuah pembantaian."

"...?"

Maaf, Kaa-san, meskipun kau menatapku dengan ekspresi penasaran seperti itu, hanya dua kata itu yang bisa kuucapkan. Tubuhku sudah tidak ada tenaga untuk mengatakan hal lain.

Kalau dipikir-pikir, bagaimana Namikaze Naruto mengetahui keadaan laki-laki yang dipukul Haruno Sakura? Saat itu, aku yakin hanya ada kami berdua dan tiga laki-laki itu.

Lupakan saja. Benar, lupakan saja semua kejadian tadi.

Seorang gadis yang mampu mengalahkan (bahasa kasarnya : membantai) tujuh laki-laki bersenjata dan lima laki-laki berbadan besar? Tidak mungkin sesuatu seperti itu ada di dunia ini.

Benarkan?

.

.

Di suatu tempat, Namikaze Minato sedang sibuk melakukan tugasnya.

"Hm? Salah satu rancangan mesin terbarunya telah dicuri?"

Ini adalah tugas yang tidak bisa diberikan kepada sembarang orang. Rancangan itu sangat penting untuk perusahaan. Berarti, hanya ada satu orang yang bisa diandalkan.

Minato mengambil laptopnya. Dia membuka Network khusus buatan anaknya.

Ayah tercinta_Naruto, seseorang telah mencuri rancangan mesin terbaru milik perusahaan. Minta data lengkapnya kepada Shikaku. Kau bisa melakukannya, kan?

Jawabannya tiba dengan sangat cepat.

Original_Tidak mau.

Ayah tercinta_Kenapa? Kumohon lakukanlah ini untuk ayahmu. Hanya kau yang bisa kuandalkan.

.

.

Di suatu tempat yang berbeda, seorang wanita menatap laptopnya sambil berkacak pinggang. Bunga-bunga menghiasi seluruh tokonya.

Penjual bunga_Bukankah kau bisa melakukannya sendiri dengan teleportasimu?

Saat itu juga, seorang wanita berambut panjang memasuki tokonya. Wajahnya mengerut.

"Apa yang kau lakukan, Hanako? Cepat kembali bekerja! Kita mendapat stok baru dari perusahaan Namikaze."

Wanita yang dipanggil Hanako itu buru-buru menutup laptopnya. "Aku mengerti, Ino."

.

.

Seorang laki-laki muda menghentikan sepedanya. Dia terlihat kesal saat menatap layar handphone-nya.

Ayah tercinta_Bekerja sama dengan 'seluruh dirimu' jauh lebih efektif.

Pengantar surat_Apanya yang bekerja sama? Kau menimpakan seluruh pekerjaanmu kepada 'kami'!

Original_Itu benar!

.

.

Seorang wanita yang sedang membawa anjingnya langsung menggelengkan kepala begitu melihat layar handphone-nya. Dia mulai menulis sesuatu.

Pencinta anjing_Sebenarnya kau hanya ingin mencari waktu untuk bisa berdua dengan Kaa-san benarkan?

.

.

Ayah tercinta_Teehee :3.

Gadis kecil_Kau benar-benar ayah yang sangat baik sampai air mataku tidak berhenti mengalir.

Namikaze Naruto yang menggunakan akun 'Original' di websitenya menghela nafas. Perlahan-lahan, jarinya mengetik sesuatu di laptop.

Original_Apa boleh buat. Ayo, 'kita' lakukan.

Bermacam-macam balasan pun bermunculan.

Penjaga perpustakaan_Kita tidak punya pilihan lain jika 'Original' yang mengatakannya.

Reporter_Akan kulakukan yang terbaik.

Penjaga perpustakaan_Bagaimanapun juga, ini adalah permintaan ayah 'kita'.

Maid_Hanya untuk kali ini saja.

Dan masih banyak lagi balasan-balasan yang akan memakan waktu lama untuk dibaca.

Namikaze Naruto tersenyum lebar. Dia mengetik kata-kata terakhir sebelum mematikan laptopnya. Dia tidak perlu membaca pesan berikutnya untuk mengetahui balasan ayahnya.

.

.

Original_Kau bisa mempercayaiku, Tou-chan.

Ayah tercinta_Kuserahkan tugas ini padamu.

Di dalam kantornya, Minato menyandarkan punggungnya. Naruto adalah yang paling bisa dipercaya untuk melaksanakan tugas ini.

Karena satu orang pencuri tidak akan bisa melawan ribuan orang yang saling terhungung.

Tidak, bukan ribuan orang. Tepatnya, satu orang yang memiliki ribuan 'orang lain' sebagai 'dirinya'.

.

.

"Namikaze, ya? Kau beruntung bisa berteman dengan orang sekaya itu, Miki."

"..."

Berarti itu satu-satunya keberuntungan yang kumiliki hari ini.

"Ngomong-ngomong, pernahkah kau mendengar rumor tentang Sembilan Proyek Terlarang?"

"...?"

"Ini hanya rumor. Ada yang pernah mengatakan bahwa Perusahaan Namikaze adalah pencipta salah satu dari proyek terlarang itu, yaitu proyek memperbanyak diri."

"Memperbanyak diri? Apakah itu mungkin?"

"Entahlah. Beberapa rumor mengatakan bahwa proyek itu telah selesai. Ada juga rumor lain yang mengatakan bahwa proyek itu gagal dan nyaris menyebabkan kebangkrutan pada perusahaan. Tidak hanya itu saja. Beberapa orang yang mempercayai rumor itu berkata bahwa 'clone' yang diciptakan ini bisa merubah bentuk tubuh, jenis kelamin, dan usia sesuai dengan kehendak orang yang 'asli'."

"Seluruh rumor ini sama sekali tidak masuk akal."

Ibu tertawa kecil. Mendadak dia mengerem mobil. Uh... Tiba-tiba berhenti seperti itu membuat kepalaku terbentur kursi di depanku. Kenapa Kaa-san melakukan itu?

"Maaf, aku tidak melihat lampu hijau."

Seorang gadis kecil berambut pirang pendek menundukkan tubuhnya, lalu buru-buru pergi ke tepi jalan.

"Tidak apa-apa. Lain kali hati-hati, ya," ucap ibuku ramah dari dalam mobil. Dia lemah jka berhadapan dengan anak kecil.

Mataku memperhatikan benda yang dipegang gadis kecil itu. Kenapa gadis kecil itu dibiarkan berkeliaran sambil memegang handphone? Apa orang tuanya tidak peduli jika anaknya diculik?

Dimana orang tuanya lagi pula?

"Ya! Aku akan lebih berhati-hati!" Gadis kecil itu menganggukkan kepala dengan ceria.

Mobil kami kembali berjalan. Aku terus memperhatikan gadis kecil yang terlihat semakin menjauh itu. Dia tersenyum dan melambaikan tangan.

Entah kenapa senyuman itu terasa tidak asing.

.

Do you want to continue your abnormal high school life?

.

A/N : Fanfic ini hanya sebuah eksprimen. Sebelumnya saya telah membuat fic Naruto berjudul Reincarnation and The Immortal yang berakhir dengan kegagalan. Selain karena para pembaca tidak menyukai gaya chapternya yang super pendek, juga karena jalan ceritanya terhapus begitu saja dari otak ane. Haha.. Maafkan author yang satu ini, ya.

Sebagai gantinya, maukah salah satu dari kalian berbaik hati melanjutkan eksprimen itu? Jika ada yang tertarik mengadopsinya, tolong beritau saya. Author sendiri juga ingin bisa melihat akhir dari cerita yang menyedihkan itu.

Karena ff ini hanya sebuah eksperimen, cerita ini juga bisa berakhir kapan saja dan updatenya bisa dua atau tiga bulan sekali. Semuanya tergantung reaksi pembaca dan otak lemot sang Author.

Tapi, kumohon terus berikan semangatmu!

Jaa nee~!