LOTUS

Chapter : 1

Main Cast :

Lee Sungmin

Cho Kyuhyun

Other Cast : Lihat didalam cerita...

Happy Reading !

.

.

.

Flashback 10 tahun yang lalu.

Cerita ini terjadi sejak beberapa Abad yang lalu ketika Dinasti Cho masih berjaya dan menjadi penguasa semenanjung Korea. Kerajaan terbesar pada Abad itu.

Tanah-tanah di sana begitu subur. Tanah yang pas untuk bercocok tanam. Berpuluh-puluh hektar tanah di siapkan oleh kerajaan untuk para petani berkebun dan berladang. Beribu jenis binatang ternak di kembang biakkan di daerah pegunungan yang subur dengan rerumputan segar.

Di sediakan pula berpuluh-puluh hektar tanah lapang yang sudah di tanami dengan pohon Apel kwalitas bibit terbaik yang hanya ada satu-satunya di kerajaan Cho.

Kerajaan Cho begitu makmur, subur dan sejahtera sejak berpuluh-puluh tahun lama nya. Rakyat tidak pernah menderita. Keadilan di perjuangkan untuk rakyat rendah. Sandang dan pangan yang setiap tahun selalu di penuhi oleh kerajaan untuk rakyat. Kerajaan Cho yang begitu di hormati kerajaan tetangga dan di takuti oleh para musuh begitu sangat berjaya.

.

Lee Sungmin, seorang bocah laki-laki yang baru berusia 10 tahun itu terlihat keluar dari rumah sederhana nya sambil menenteng sebuah keranjang besar yang terbuat dari rotan. Langkah cerianya mengalun menapaki jalan setapak yang akan membawa nya ke perkebunan apel milik kerajaan tempat ayah nya bekerja.

Lee Sungmin adalah anak buruh petik apel. Pekerjaan nya setiap hari adalah mengumpul kan apel hasil panen ayah nya untuk di bawa ke istana. Pekerjaan berat yang sudah Sungmin geluti sejak bocah itu masih berumur 5 tahun.

Pada siang hari Sungmin berangkat ke perkebunan apel menyusul ayah nya yang sudah pergi sejak pagi tadi, dan kedua ayah anak itu baru akan pulang ketika matahari hampir terbenam di ujung barat.

Butuh waktu hampir setengah jam lamanya perjalanan dari kediaman Sungmin menuju perkebunan apel, membuat bocah itu kadang harus beristirahat sebentar di pinggir Sungai lalu setelah nya ia baru melanjutkan lagi perjalanan nya.

Sungmin telah sampai di perkebunan apel yang sangat luas itu. Dari kejauhan Sungmin melihat ayah nya tengah duduk beristirahat di bawah salah satu pohon apel yang daun nya sangat rindang sambil mengipasi dirinya dengan topi yang ia gunakan.

Sungmin mengambil air minum didalam keranjang nya. Di dekatinya sang ayah yang begitu terlihat kelelahan karena siang itu terik matahari memang bisa membakar kulit karena terlalu panasnya.

Sungmin mendudukan dirinya di sisi ayah nya dan menyodorkan sebotol air minum pada Yunho, sang ayah tercinta.

" Appa minum lah dulu." Yunho tersenyum pada anak tunggal nya itu yang selalu penuh perhatian pada nya.

" Hari ini kau datang lebih awal nak." Ucap Yunho seraya mengambil botol air minum di tangan Sungmin.

Sungmin menatap pekerja yang sebagian masih sibuk memetik buah apel yang sudah ranum.

" Appa bisa beristirahat lebih lama. Aku yang akan memetik apelnya."

Yunho mengikuti gerakan Sungmin yang mulai bangkit dari duduknya.

" Kau baru saja sampai Ming. Beristirahat lah dulu." Sungmin tersenyum mengambil keranjang rotan nya.

" Aku sudah cukup beristirahat di rumah appa."

Bocah kecil yang baik hati itu mulai memetik buah-buah apel yang sudah ranum itu menggantikan ayah nya yang masih beristirahat di bawah rindang nya pohon apel sambil memperhatikan sang anak.

.

.

Di kerajaan tengah geger dengan berita menghilang nya pangeran Cho Kyuhyun dari istana. Seluruh prajurit beserta dayang istana di arahkan untuk menyusuri seluk beluk seluruh istana demi menemukan pangeran Cho Kyuhyun, remaja nakal yang setiap hari pekerjaannya selalu membuat ulah.

Lelah membuat ulah di istana sampai membuat setiap dayang kerepotan mengurusnya—tabiat paling buruk dari remaja itu adalah kegemaran nya yang selalu menyusup keluar istana tanpa pengawalan.

Suara berat sang Jenderal mengalun keras memerintah kan sebagian prajurit untuk keluar istana mencari pangeran Kyuhyun. Mencari di tempat-tempat biasa pangeran Kyuhyun berada atau di mana pun itu asalkan dapat menemukan pangeran nakal yang telah melarikan diri dari istana.

Di balai pemerintahan yang sudah kosong Kaisar Cho Hangeng menunduk sambil menopang kepala nya. Rasa lelah yang menggelayuti semakin bertambah berat ketika ia mendapatkan kabar kalau putra kesayanganya kembali membuat ulah dengan kabur dari istana.

Hangeng mengangkat wajah nya merasakan tangan lembut seseorang menyentuh bahunya yang masih terlapisi oleh jubah merah kebesarannya.

Senyum Ratu Heechul menyambut pandangan sang Kaisar. Tidak mampu lagi membendung rasa lelah sekaligus rasa khawatirnya, Hangeng menarik tubuh Heechul mendekat dan memeluk pinggang nya untuk bersandar. Dengan penuh perhatian Heechul mengusap pucuk kepala suaminya itu.

" Pangeran Kyuhyun berbuat ulah lagi. Putra mu itu senang sekali membuat keributan di istana." Papar Hangeng kepada sang istri. Lelaki itu menggosokkan kepalanya di perut Heechul semakin mencari kenyamanan pada tubuh sang istri.

Heechul tersenyum lembut. Benar, putra tunggalnya itu tidak hentinya membuat keributan setiap harinya di istana. Ada-ada saja hal yang pangeran Kyuhyun lakukan untuk membuat dayang-dayang nya maupun para prajurit kerepotan karena ulahnya itu.

" Rasa ingin tahunya itu membuat orang lain menjadi korban nya."

" Tapi aku takut jika Pangeran Kyuhyun terus sepert ini, hal ini akan melukai dirinya sendiri."

Hangeng melepaskan pelukannya dan beralih menatap wajah sang istri. Heechul beralih menduduk kan tubuhnya di sisi Hangeng. Ratu cantik itu meraih tangan suaminya itu untuk menggenggam nya lembut memberi keyakinan.

" Tidak akan ada yang terjadi pada Pangeran Kyuhyun. Dia adalah anak yang hebat. Kau sudah mendidiknya dengan kemampuan melebihi dirimu. Semua akan baik-baik saja Yang mulia." Ucap Heechul.

Hangeng menerawang. Kyuhyun memang sudah ia ajari semua jenis ilmu pengetahuan dan bela diri. Segala jenis racun dari yang ringan sampai yang berbahaya sekalipun sudah Hangeng ajarkan. Ia sudah mengajari Kyuhyun menggunakan senjata—panah, pedang, belati dan semua jenis senjata sudah Kyuhyun kenyam sejak ia masih berusia lima tahun. Semua jenis bela diri sudah Kyuhyun kuasai. Hangeng sudah melatih semua indra Kyuhyun sebagai persiapan kelak putranya itu menduduki tahtanya.

Tapi—rasa khawatir itu masih selalu ada. Karena Kyuhyun adalah putra satu-satunya yang kelak akan mewarisi seluruh tahta kerajaan. Musuh berada dimana-mana. Dan Hangeng tidak ingin melihat putranya itu terluka sedikit pun.

" Aku tahu Pangeran Kyuhyun adalah putraku yang paling hebat."

.

.

Sungmin sedang bersiap-siap untuk pulang kerumah nya. Keranjang rotan yang ia bawa sejak dari rumah tadi sudah siap ditangan nya dengan beberapa buah apel ranum yang diberikan oleh penjaga kebun pada setiap pekerja termasuk dirinya. Sungmin hanya tinggal menunggu ayah nya untuk pulang bersama.

Tidak berapa lama Yunho datang dengan membawa kotak bekal makanan yang tadi ibunya titipkan untuk sang ayah.

" Sungmin, nak—tidak apa-apa kalau hari ini kau pulang sendiri. Appa mesti harus memetik beberapa pohon apel lagi. Panen hari ini lebih banyak dari biasanya nak."

" Appa, kita harus pulang bersama. Kalau begitu biarkan aku yang membantu appa agar pekerjaan appa cepat selesai."

Yunho menggeleng tidak setuju.

" Tidak nak. Kau pulang lah lebih dulu. Eomma mu pasti sudah cemas menunggu mu di rumah. Nanti katakan pada eomma, kalau appa akan pulang sebentar lagi." Yunho menyerahkan bekal kotak makanan ke tangan Sungmin.

" Appa tidak apa-apa bekerja sendiri?" Tanya Sungmin mencemaskan ayahnya.

Yunho tersenyum lembut," Appa tidak apa-apa Ming. Cha—lekaslah pulang, hari sudah hampir senja." Ucap Yunho meminta anaknya untuk cepat pulang kerumah.

Sungmin mengangguk dan berpamitan pada ayahnya untuk pulang lebih dulu. Yunho melambaikan tangan nya mengiringi langkah Sungmin yang mulai semakin menjauh dari perkebunan apel.

.

.

Sungmin bersenandung ringan mengusir rasa bosan karena ia pulang sendiri tanpa ayah nya yang bisa ia ajak bercerita. Kadang kala bocah itu singgah untuk memetik bunga liar yang tumbuh dipinggir-pinggir aliran sungai yang jerih di samping jalan setapak. Sungai di samping jalan setapak itu adalah sungai yang di buat oleh kerajaan untuk kepentingan rakyat. Mereka dapat menggunakan air di sungai itu untuk mencuci pakaian ataupun mandi. Dan air di sungai itupun di alirkan langsung ke sawah-sawah penduduk yang tengah bertani. Sedangkan air untuk keperluan memasak atau minum, pihak kerajaan sudah membuatkan mendungan besar yang sumber airnya berasal langsung dari air pengunungan yang jernih.

Dari kejauhan Sungmin melihat seorang namja kecil yang mungkin masih seumuran dengan nya tengah duduk-duduk nyaman bersandar di bawah pohon tua yang lebat daun nya. Sungmin hanya melihat punggung namja kecil itu dari jarak jauh karena namja itu bersandar dengan membelakangi nya.

Dengan rasa ingin tahu, Sungmin mendekati pohon tempat namja kecil itu bersandar. Hari sudah hampir mendekati petang tetapi kenapa masih ada seseorang yang berdiam di luar rumah.

Di kerajaan Cho sudah di tetapkan peraturan bahwa setiap anak-anak dilarang untuk keluar rumah pada malam hari karena takut di khawatirkan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan terjadi pada mereka. Apalagi kerajaan saat ini tengah gempar-gempar nya dengan kabar bandit-bandit yang beraksi menculik anak-anak untuk di jual ke negeri tetangga. Walaupun perbatasan kerajaan di jaga ketat oleh setiap prajurit tapi tidak menutup kemungkinan penculikan itu akan tetap terjadi.

" Hey kau. Apa yang sedang kau lakukan disini."

Sungmin berseru di balik pohon tua itu. Bocah kecil itu nampak bersiaga dengan tangan terkepal siap meninju. Seseorang yang Sungmin panggil tadi hanya mengacuhkan nya.

Jengah terus diacuhkan, Sungmin memilih untuk mendekati batang pohon tepat di belakang namja kecil itu. Baru beberapa langkah Sungmin maju, suara yang Sungmin yakini sebagai nama kecil itu terdengar.

" Jangan mendekat. Tetap berdiri disana." Sungmin berhenti melangkah dan diam mematung.

Namja yang tengah bersandar tadi bangkit membalikkan tubuhnya memandang Sungmin dengan bersandar di batang pohon.

" Apa yang tengah kau lakukan di luar rumah. Ini sudah hampir petang , bukankah anak-anak di larang keluar dari rumah." Namja kecil tadi mendekati Sungmin seperti binatang yang siap untuk memangsa nya.

Sungmin mencoba menutupi ketakutannya," Aku—aku baru pulang dari perkebunan apel." Sahut Sungmin terbata dengan kaki gemetaran.

" Kau bekerja disana." Tanya bocah yang tidak Sungmin ketahui namanya itu.

" Ne, aku bekerja disana."

" Cepatlah pulang. Ini sudah hampir petang, tidak baik anak kecil seperti mu keluyuran di luar rumah." Suruh namja kecil itu sedangkan ia kembali duduk menatap aliran sungai yang deras.

Sungmin mengamati penampilan namja kecil itu. Dia tidak terlihat seperti rakyat biasa seperti dirinya. Tentu saja pakaian yang ia kenakan hanya bisa di miliki oleh orang-orang bangsawan.

" Kau berkata jika sudah petang anak-anak dilarang keluar rumah, lalu apa yang masih kau lakukan disini anak kecil." Ejek Sungmin.

" Aku bukan lagi anak-anak, umurku sudah 15 tahun."

Sungmin menganga menutup mulutnya shock. Ya ampun, ternyata namja ini lebih tua lima tahun darinya, sungguh tidak bisa di percaya.

Sungmin memberanikan diri untuk duduk di samping namja itu tetapi masih sedikit menjaga jarak darinya.

" Nama mu siapa. Aku Lee Sungmin."

Seseorang yang belum Sungmin ketahui namanya itu menoleh menatapnya tajam.

" Apa?"

" Apa orang tuamu tidak pernah mengajarimu tentang orang asing. Kau main berbicara saja padaku." Namja itu terlihat tidak suka dengan Sungmin.

Sungmin mengamati namja di samping nya ini," Kau sepertinya orang baik."

" Bagaimana kau tahu aku ini orang baik." Sahut nya agak ketus.

" Buktinya kau mau berbicara padaku." Sahut Sungmin dengan senyum lebarnya.

" Nama ku Kyuhyun." Namja itu berbicara lagi.

" Ye?" Tanya Sungmin tidak mengerti.

Namja itu menatap Sungmin lagi," Bukan kah tadi kau bertanya namaku."

" Oh, jadi nama mu Kyuhyun." Sungmin terdiam seperti tengah mengingat sesuatu.

" Apa kau pangeran Kyuhyun." Seru Sungmin membulatkan matanya lucu.

" Apa nama Kyuhyun hanya di miliki oleh pangeran Kyuhyun." Namja itu bersandar lagi menyaman kan tubuhnya di batang pohon.

Sungmin mengangguk membenarkan," Benar, tidak mungkin pula pangeran Kyuhyun ada disini. Dan aku juga tidak tahu rupa pangeran Kyuhyun itu seperti apa."

" Kenapa juga pangeran Kyuhyun selalu menutupi wajahnya dengan topeng mengerikannya itu." Sambung Sungmin tanpa melihat kalau namja di samping nya itu sejak tadi selalu menghela nafas jengan mendengar ocehan Sungmin yang tidak ada habisnya.

" Apa kau tahu, kalau pangeran Kyuhyun itu—"

" Bisa kau diam. Binatang buas bisa saja mendengar suara cempreng mu itu." Sungmin menutup memulutnya mendengar gertakan menakutkan Kyuhyun.

" Kau mau ." Sungmin menyodorkan sebiji buah apel yang sangat ranum kehadapan Kyuhyun.

" Ini apel yang di petik dari perkebunan kerajaan. Aku memberikan secara percuma padamu." Sungmin meletakkan apel itu di pangkuan Kyuhyun.

" Makan itu. Aku harus segera pulang, ibuku mungkin sudah menungguku dirumah." Sungmin merapikan apel didalam keranjang rotannya itu dan bersiap untuk kembali pulang.

" Setiap hari kau akan lewat disini?" Tanya Kyuhyun menghentikan langkah Sungmin. Bocah kecil itu berbalik menatap punggung Kyuhyun.

" Tentu saja. Jalan ini yang paling dekat dari rumah ku ke perkebunan apel." Sahut Sungmin yang kembali melanjutkan langkahnya untuk pulang.

.

.

Suara tangisan memenuhi seisi rumah sederhana tempat Lee Sungmin tinggal. Beberapa saat yang lalu, orang-orang yang bekerja di perkebunan apel membawa tubuh ayah nya yang sudah tidak bernyawa lagi. Mereka mengatakan kalau ayahnya telah di gigit oleh ular berbisa sewaktu ia sedang memetik apel.

Sungmin sama sekali tidak percaya dengan apa yang mereka katakan, kalau ayahnya di gigit ular—kenapa keseluruhan tubuh ayahnya membiru pucat seperti orang yang baru memakan racun mematikan.

Sungmin menangis sesegukan. Ia tidak pernah berfikir kalau ayahnya akan pulang dalam keadaan seperti ini. Tadi ayah nya sudah berjanji untuk segera pulang kerumah, tetapi Sungmin tidak mengharapkan ayahnya akan pulang dalam keadaan tidak bernyawa. Ayah yang sangat ia cintai kenapa pergi meninggalkan nya dengan cara seperti ini.

" Appa—appa bangun." Sungmin menangis memeluk erat jasad ayahnya.

Sedang kan ibunya terduduk lesu dengan derai air mata yang tidak hentinya mengalir. Sebagian warga sudah menyiapkan tempat untuk memakam kan jasad Yunho keesokan harinya, dan sisanya lagi masih tinggal dirumah duka untuk menyiapkan segala kebutuhan untuk proses pemakaman.

" Jaejoong, kau harus kuat demi Sungmin." Hyuna tetangga sebelah rumahnya sekaligus sahabat baik dari wanita itu mengusap bahu Jaejoong mencoba untuk menenangkan nya.

Jaejoong menatap wajah Sungmin yang telah memerah karena sudah terlalu lama menangis.

" Aku belum siap di tinggalkannya secepat ini Hyuna." Jaejoong semakin menangis terisak menatap wajah suaminya.

" Aku mengerti perasaan mu. Tapi aku juga paham, Yunho pasti akan sedih melihat mu seperti ini."

Hyuna turut menangis meratapi nasib tragis yang menimpa sahabatnya yang saat ini tengah mengalami kemalangan yang sangat menyedihkan.

Sungmin merangkak mendekati ibunya," Eomma." Bocah kecil itu menangis sesegukan di pelukan Jaejoong.

Jaejoong semakin tidak kuasa membendung kesedihannya. Tangisan Sungmin juga cukup ampuh menjadi goresan luka di hatinya.

'Yunho, kenapa kau tinggalkan aku dan Sungmin secepat ini.' Jaejoong menangis dengan semakin memeluk tubuh kecil Sungmin.

Bunga sudah layu. Menguning dan mengering sampai kering tak bersisa. Sudah tidak ada lagi warna cerah disana. Harum nya pun sudah hilang. Tidak ada lagi keindahan ketika musim gugur datang melayukan dan mengeringkan bunga sampai daunnya berguguran diatas tanah yang gersang.

.

.

Pangeran Kyuhyun tengah berada di istana kediamanan nya. Pangeran nakal itu baru saja selesai mendengarkan ceramah panjang lebar dari sang ayahanda ketika ia baru sampai di istana. Tabiatnya yang suka kabur dari kerajaan tidak bisa Hangeng maafkan lagi. Putra satu-satunya yang sangat ia sayangi itu harus tahu bahaya diluar sana yang bisa kapan saja mengancam nyawanya.

Hangeng tidak bisa hanya terus menutup mata akan kenakalan Kyuhyun yang selalu membahayakan nyawa nya sendiri dan membuat dirinya selalu dirundung rasa khawatir. Dan tadi meledaklah semua kekhawatiran Hangeng menjadi amarah besar.

" Ayahanda bersikap seperti aku ini masih bocah berumur lima tahun yang tidak tahu apa-apa." Ucap Kyuhyun mengingat tadi betapa marahnya Hangeng ketika ia baru sampai di istana saat matahari sudah terbenam sempurna.

Kyuhyun mengambil buah apel yang tadi sempat Sungmin berikan. Tadi Kyuhyun tidak memakan apel itu, ia hanya menyimpan apel itu dibalik jubahnya.

Kyuhyun kembali mengingat bagaimana Sungmin memberinya sebiji apel padahal mereka baru pertama kali bertemu.

" Lee Sungmin. Di seorang namja, tetapi kenapa wajahnya seperti seorang wanita." Kyuhyun mengusap buah apel di tangannya.

" Ketika bersentuhan dengan nya, kulitnya halus seperti kulit seorang gadis. Apa aku bisa bertemu dengan nya lagi."

Sejak saat itulah pangeran Kyuhyun mulai ingin lebih mengenal sosok Lee Sungmin, bocah kecil yang sudah memberinya sebiji apel di hari pertama mereka bertemu.

.

.

Sebagai sahabat, Chengmin selalu ada untuk menemani Sungmin sejak mereka pulang dari pemakaman Yunho—sampai sekarang mereka kembali lagi kerumah Sungmin, Chengmin selalu setia disisi sang sahabat. Menghibur Sungmin dengan kata-kata penenang atau hanya sekedar duduk diam memperhatikan Sungmin yang sejak tadi terus memeluk lukisan wajah ayah nya didalam kamarnya.

Berselang hampir 10 menit lamanya hanya duduk diam, gadis kecil itu mulai sedikit merangkak mendekati ujung kaki Sungmin yang tengah bersandar dibawah ranjang kecilnya. Di sentuh-sentuhnya ujung kaki bocah lelaki itu untuk mencoba menarik perhatian Sungmin yang sibuk dengan dunia nya sendiri.

Sungmin menoleh dengan wajah sembab nya. Bocah lelaki itu memang sangat cengeng kalau sudah menyangkut ayah nya.

" Kau sudah bosan menemaniku disini." Ucap Sungmin beralih menghadap kearah Chengmin.

Chengmin menolak dengan gelengan kepala," Tidak oppa. Aku tidak bosan, tapi aku jadi ikut sedih melihat mu seperti ini." Chengmin mengusap sudut matanya yang mulai mengeluarkan airmata.

Sungmin meletakkan lukisan ayahnya dan mendekati Chengmin untuk memeluk tubuh gadis kecil itu. Kedua sahabat baik itu berpelukan erat.

" Aku sudah tidak punya appa lagi minnie." Ratap Sungmin kembali menangis lagi.

Chengmin ikut menangis sama seperti Sungmin.

" Tidak oppa. Kau masih punya appa. Kau bisa menganggap appa ku sebagai appa mu juga."

Sungmin melepaskan pelukannya," Boleh kah?" Tanya bocah lelaki itu dengan mata berair.

Chengmin mengangguk di sertai senyum yang menampilkan gigi-gigi kecilnya yang lucu.

" Tentu saja, appa ku adalah appa mu juga." Sahut Chengmin kembali memeluk Sungmin.

Sesaat Sungmin merasa sedikit lega. Ia masih mempunyai ayah, walaupun itu adalah ayah dari sahabatnya sendiri.

" Gomawo minnie. Aku menyayangi mu."

" Aku pun menyayangi mu oppa."

Dari balik tirai Hyuna bersama Jaejoong mencuri dengar percakapan Sungmin dan Chengmin. Keduanya tersenyum haru.

" Kau sudah dengar sendiri apa yang Chengmin katakan. Sungmin bisa menganggap Hyunseng sebagai ayahnya juga. Kau tidak perlu khawatir. Kami selalu ada untukmu dan Sungmin, karena kita adalah keluarga."

Hyuna menarik tubuh Jaejoong kedalam pelukannya. Wanita cantik itu menepuk-nepuk punggung sang sahabat untuk menghibur nya. Jaejoong mengangguk sambil menangis.

" Di dunia ini hanya kalian satu-satunya keluarga ku dan Sungmin."

Setidaknya selepas kepergian Yunho, masih ada Hyuna dan Hyunseng sahabat yang sudah mereka anggap keluarga sendiri yang selalu ada untuk dirinya dan Sungmin.

.

.

Dua hari sudah berlalu sejak terakhir pertemuan mereka. Pangeran Kyuhyun selalu menunggu sosok Sungmin lewat di jalan pinggir sungai tempat pertama kali mereka bertemu. Dan yang pangeran Kyuhyun dapat hanyalah kekecewaan karena sampai saat ini sosok Sungmin tidak pernah terlihat lagi.

Kyuhyun selalu menunggu dari pagi sampai matahari hampir pulang keperaduannya berharap setidaknya dua hari yang terbuang sia-sia itu, ia dapat berjumpa lagi dengan sosok bocah kecil yang sedikit banyak sudah mengecoh perasaan Kyuhyun.

Kyuhyun kembali memperhatikan deras riak air yang mengalir dari hulu sungai," Apa saat itu adalah pertemuan pertama dan terakhir kami. Bahkan aku hanya tahu namanya saja."

Kyuhyun melempar kerikil besar kedalam sungai yang menimbulkan bunyi plum besar memecah kesunyian di waktu senja itu.

Kyuhyun sudah merasa hampir putus asa menunggu tanpa kepastian kalau Sungmin akan kembali melewati jalan itu. Sudah dua hari pangeran Kyuhyun menunggu. Dan setelah dua hari ini, Kyuhyun rasa ia tidak akan kembali lagi ke sungai ini untuk menunggu Sungmin lewat.

" Di masa depan, aku harap kita bisa bertemu lagi Lee Sungmin."

Kyuhyun bangkit dari batang pohon yang ia sandari. Pangeran muda itu mengibaskan jubah nya yang sedikit di sangkuti daun-daun kering yang berasal dari pohon besar di belakangnya.

Tanpa menoleh lagi, pangeran Kyuhyun kembali keistana dengan harapan suatu saat nanti ia dapat kembali bertemu dengan Sungmin walaupun tidak di sungai ini lagi.

.

.

" Di istana tidak nyaman seperti yang selama ini kita lihat Jae. Disana kekejaman, ketidakadilan sering terjadi pada rakyat rendah seperti kita. Apa tidak sebaiknya kau dan Sungmin tetap tinggal di desa saja. Ada tanah peninggalan Yunho yang bisa kalian kelola untuk bertani atau berkebun."

Hyuna menyayangkan keputusan Jaejoong untuk masuk ke istana menjadi seorang dayang. Wanita satu anak itu ragu takut-takut sahabat baik nya itu menderita kalau tinggal di istana apalagi dengan mengikutsertakan Sungmin untuk ikut bersamanya, yang berarti Sungmin juga akan tinggal di istana.

" Pikirkan sekali lagi Jae."

Hyuna berharap Jaejoong dapat mendengarkan saran darinya untuk tetap tinggal di desa bersama mereka.

Jaejoong menyentuh tangan Hyuna dan menggenggam nya hangat.

" Disini terlalu banyak kenangan kami bersama dengan Yunho. Aku berharap dengan bekerja di istana aku dapat sedikit melupakan suami ku. Benar kata mu, aku tidak ingin terus bersedih memikirkan Yunho dan satu-satunya jalan aku harus meninggalkan rumah ini."

Walaupun tidak pernah mengalaminya tetapi Hyuna mengerti apa yang tengah di rasakan Jaejoong. Di tinggalkan suami pergi untuk selama-lamanya itu adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidup, apalagi Yunho pergi begitu cepat seperti ini.

" Aku pun tidak ingin memaksa mu untuk terus tetap tinggal disini. Kalau menurutmu ini keputusan yang terbaik, aku hanya dapat berharap kau dan Sungmin akan terus hidup dengan baik di istana." Ucap Hyuna mencoba mengerti.

Jaejoong tersenyum tulus. Hyuna memang selalu mengerti tentang keadaan nya.

" Kalau ada waktu aku akan mengunjungi mu." Ucap Jaejoong lagi.

Hyuna mengernyit alis," Kalau kau tidak bisa mengunjungi ku, aku yang akan mengunjungi mu." Jaejoong terkikik kecil. Senyum pertama kali yang ia tampilkan sejak kematian Yunho beberapa hari yang lalu.

" Baiklah."

" Kapan kau akan berangkat ke istana. Aku dengar beberapa dayang baru sudah dibawa sejak kemarin sore."

" Kami akan di jemput besok pagi." Sahut Jaejoong. Hyuna bergerak maju guna merengkuh tubuh ringkih sahabat kecilnya itu.

" Aku pasti akan sangat merindukan mu dan Sungmin."

" Kami pun pasti akan sangat merindukan kalian."

" Baik-baiklah selama disana." Pesan Hyuna lagi yang di angguki oleh Jaejoong.

" Tentu."

.

.

Sungmin dan Chengmin tengah duduk di pelataran teras depan rumah Sungmin. sejak tadi kedua sahabat karib itu hanya diam membisu. Chengmin mengambil kerikil kecil dan memainkan nya di tanah, sedangkan Sungmin hanya memperhatikan gadis itu dari samping.

" Minnie, kau masih marah padaku?"

Tidak ada sahutan dari Chengmin. Gadis kecil itu sejak tadi terus mengabaikan Sungmin.

" Aku minta maaf. Sebagai permintaan maafku, aku akan melakukan apapun untuk tuan putri yang manis ini."

Sungmin mencoba menawarkan perjanjian pada Chengmin. Jika dulu—setiap kali mereka berengkar, trik ini selalu berhasil membuat Chengmin memaafkan nya tapi seperti nya tidak untuk hari ini.

" Aku akan menangis kalau kau terus mendiamkan ku." Ancam Sungmin yang kehabisan cara untuk membujuk Chengmin yang tengah merajuk padanya.

Berhasil—gadis itu menghentikan permainan batu nya dan menoleh pada Sungmin.

" Apa aku meminta oppa untuk tidak pergi, oppa akan menurutinya?" Tantang gadis manis itu.

Sungmin menunduk sedih. Ia pun berat untuk meninggalkan Chengmin sahabat sejak ia masih bayi ini, tapi Sungmin pun tidak mungkin berpisah dari ibunya.

" Sepertinya kau sudah tidak menyayangiku lagi." Sungmin menampilakan wajah sesedih mungkin.

" Kau memberiku pilihan yang sulit. Sejujurnya aku tidak bisa jauh darimu, tapi aku juga tidak mau berpisah dari ibuku. Apa kau tega melihatku menderita seperti ini."

Sungmin tahu kalau Chengmin adalah gadis yang sangat baik, berjiwa lembut. Gadis itu terlalu menyayangi Sungmin seperti kakak nya sendiri sampai-sampai gadis itu tidak ingin melihat sahabat nya itu sedikit saja bersedih.

" Aku hanya tidak ingin berjauhan dari mu oppa. Siapa nanti yang akan menemaniku bermain, mengajak ku memancing di sungai kalau bukan oppa."

Gadis manis itu menangis mengingat sebentar lagi Sungmin akan pergi meninggalkan nya.

Sungmin merangkak mendekat memeluk tubuh yang tidak jauh lebih besar darinya itu.

" Dari istana kedesa kita ini tidak terlalu jauh minnie. Aku hanya perlu berkuda dengan cepat untuk bisa sampai menjenguk mu. Aku akan mengunjungimu setiap minggunya. Satu hari itu kita habiskan untuk bermain sepuasnya." Sungmin menepuk-nepuk punggung Chengmin menenangkan tangisan gadis manis itu.

" Setiap minggu—oppa berjanji, tidak bohong kan." gadis manis itu mengulurkan jari kelingking nya membuat segel perjanjian mereka.

Sungmin menautkan jari kelingking mereka," Oppa janji."

.

.

Semalam Chengmin berjanji untuk tidak menangis lagi ketika berpisah dari Sungmin. tetapi pagi ini gadis kecil itu lagi-lagi menangis sesegukan dibalik punggung ibunya. Pagi ini keluarga Chengmin memang akan mengantarkan kepergian Jaejoong dan Sungmin ke istana.

Sungmin mendekati Chengmin. Bocah kecil itu mengulurkan tangan nya mengusap airmata Chengmin.

" Kau sudah berjanji pada oppa untuk tidak menangis lagi minnie." Sungmin mengingatkan akan janji kelingking mereka.

Chengmin menyembulkan kepalanya dari balik punggung sang ibu. Gadis kecil itu kembali memeluk tubuh Sungmin. Ia tidak ingin berpisah dari Sungmin.

" Jangan pergi oppa." Pinta gadis itu lagi sarat akan permohonan yang mendalam.

Hyuna beralih menggendong tubuh Chengmin hingga pelukan keduanya terlepas.

" Anak eomma yang cantik jangan menangis lagi. Sungmin oppa sudah berjanji akan selalu menjenguk minnie disini." Bujuk Hyuna pada sang anak yang terus saja menangis.

Sungmin mengangguk setuju," Oppa pasti akan selalu menjenguk minnie."

Kereta kuda yang di siapkan untuk menjemput Jaejoong dan Sungmin sudah siap hanya tinggal menunggu mereka untuk naik.

Jaejoong melangkah mendekati," Hyunseng aku titip tanah Yunho padamu." Pesan wanita itu.

" Aku akan menjaga tanah itu dengan baik noona. Kau pun jagalah dirimu baik-baik."

Jaejoong pun beralih menatap Hyuna," Kami akan pergi sekarang. Jaga diri kalian."

" Hati-hati Jae."

Sungmin dan Jaejoong menaiki kerata kuda. Kedua anak dan ibu itu menyempatkan untuk berpamitan sebelum kereta kuda itu membawa mereka ke istana.

.

.

.

Tbc

Aku tidak tahu kenapa aku membuat ff baru lagi. Ide ini mengalir begitu saja, maafkan aku. Aku masih banyak hutang chapter yaa.. tapi dinikmati saja yaa.

Aku berharap ff baru ini di respon dengan sangat baik. Reader tercinta jangan lupa REVIEW. Review kalian menentukan lanjut tidak nya ff baru ini.

Salam hangat Hazuki Airin.

Heart Beat akan menyusul..