Canvas Series - White

Disclaimer: Masashi Kishimoto & Blanc - Canvas

Thanks to: Xenoa Fahrer (thanks udah memperkenalkan Blanc - berikut karyamu yang jadi inspirasiku!)


"Toutes les couleurs du monde"
Kau tak ubahnya seluruh warna di dunia yang selalu mewarnai hariku.

.

Innocent; /adj/ having or showing the simplicity or naiveté of an unworldly person;guileless; ingenuous.


.

White is Innocent

.

Menurut mitos, Roma, kota tempat mereka berteduh saat Notte Bianca tiba, selalu hujan tiap malam di mana perayaan itu tiba. Bahkan sudah menjadi tradisi. Mitos itu bukan sekadar isapan jempol. Biasanya tiga hari menjelang Notte Bianca, kota ini mendadak hilang karena berkabut.

Daerah di sekitar situ memang terkenal dengan kabutnya pada bulan-bulan di akhir tahun karena curah hujan yang meningkat disertai badai sporadis. Terkadang kabut datang mendadak mendahului kehadiran hujan dan dapat menyelimuti kota selama berhari-hari tanpa jeda. Tapi kali ini lain, kabut tidak datang saat perayaan itu tiba. Melainkan rerintik hujan yang turun cukup lama.

Netra berwarnakan jelaga itu menoleh ke samping. Didapatinya gadis pirang yang merupakan sobat kentalnya sejak mereka memakai popok. Gadis Yamanaka itu masih saja memerhatikan jalanan basah karena hujan yang dilalui pedestrian sembari berteduh dan menunggu pameran seni di kastil Sant' Angelo dibuka. Melihat rekan pirangnya itu basah kuyub kehujanan karena menungguinya tanpa pelindung hujan, ia berinisiatif untuk memberikan sesuatu kala melihat sebuah stand yang buka di seberang jalan.

"Ino, kau tunggu di sini sebentar. Aku akan kembali sebentar lagi." Ujarnya sembari beranjak meninggalkan si gadis.

Belum sempat Ino menjawab, pemuda itu sudah menghilang di balik kerumunan.

"Shikamaru ke mana sih?" Ia bertanya pada diri sendiri. Sang rekan meninggalkannya sendiri di depan Sant' Angelo.

Tak lama, kepala nanasnya menyembul di antara kerumunan dan berjalan menghampirinya seraya membawa dua cup cafe latte. Sesampainya di hadapan Ino, pemuda bermarga Nara itu menyerahkan cafe latte hangat padanya.

"Untukmu. Minumlah."

Ino dengan senang hati menerimanya dan segera menyesapnya.

"Grazie," ujar Ino yang dibalas dengan anggukan oleh Shikamaru.

Shikamaru tersenyum. Ia senang melihat sang gadis tersenyum. Tentu saja. Ia tak pernah puas dan tak pernah berhenti memberi perhatian pada sobatnya itu meski perhatian kecil sekalipun. Tak hanya karena dia ingin, melainkan ada maksud lain di hatinya jika ditelaah lebih dalam. Sayangnya si gadis tak pernah peka. Begitu innocent hingga kadang membuatnya kesal sendiri.

Shikamaru berandai jika saja Ino mengerti mengapa ia selalu memberi perhatian padanya, sesekali memerhatikannya diam-diam, atau bahkan menemaninya jika ia sendirian. Salahkah jika Shikamaru berharap? Setidaknya berharap Ino mengerti peka dan mengerti perasaannya meski tak berbalaskan.

Shikamaru berandai Ino tidak se-innocent itu.

.

Ino tersenyum sembari menyesap lagi kopi favoritnya. Hangatnya cairan keruh itu mengalir ke kerongkongannya.

Andai saja Shikamaru tahu bahwa selama ini Ino pun selalu memerhatikannya. Menganggap semua perhatian yang dilakukan Shikamaru itu adalah hal yang manis. Hanya saja, ia merasa harus tetap stay cool. Salahkah jika selama ini ia pura-pura tidak peka untuk mendapat perhatian lebih dari sahabat yang juga mengisi sebagian hatinya? Salahkah jika diam-diam menyimpan rasa pada pemuda nanas di sampingnya itu? Ia kembali melirik si Nara muda.

Baginya, bersama Shikamaru sudah lebih dari cukup.

.

White is Innocent. Namun tak selamanya yang Innocent memang Innocent.

.

[White - Fin]


a/n: Saya mendedikasikan fiksi ini untuk Xenoa Fahrer yang memberi inspirasi untuk membuat Canvas versi saya. Grazie Mille :)