Ohayou minna-san.. (^,^). Hana membawa fic khusus untuk SHDL. Sebenernya Hana udah ada fic lagi untuk celebrate SHDL tapi gak sesuai tema jadi, Hana buat fic baru lagi deh!. Yosh! Langsung ya!
-####-
Naruto © Masashi Kishimoto
Sad Story Autumn © Hana 'Reira' Misaki
Pair: SasuHina, slight ItaHina
Genre: Hurt/Comfort, Romance
Sasuke,Hinata,Ino,Naruto: 16 tahun
Sakura, Sai, Deidara: 17 tahun
Itachi, Yugao , Sasori, Neji: 21 tahun
Warning: Typo(diusahakan seminim mungkin), OOC(mungkin), Dan keanehan lainnya.
If you don't like this fic, you can click back on your browser web! Thanks
-####
Seorang gadis indigo keluar dari rumahnya yang bergaya minimalis Jepang. Ia hari ini tampak bahagia karena hari ini ia resmi menjadi anak SMA dan dia senang karena bisa masuk kesekolah bertaraf internasional dengan nilai tertinggi.
Hari ini ia pergi kesekolah bersama Neji, karena hari ini Neji kebetulan libur –ralat- meliburkan diri demi mengantar sang adik tercinta. Hinata berlari kecil menuju mobil kakaknya dan masuk kedalamnya.
"Kau cocok sekali dengan seragam itu, Hinata-chan."puji Neji.
"Arigatou ne, Nii-san."Jawab Hinata dengan wajah merona. Membuat wajahnya menjadi err.. manis. Kalau saja Neji bukan kakak nya mungkin sekarang Hinata sudah diserang oleh Neji.
"Baiklah kita berangkat."Ucap Neji. Ia memacu mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
.
.
.
Beberapa menit kemudian Hinata sudah sampai didepan gerbang sekolahnya. Ia pun pamit kepada Neji.
"Arigatou, Nii-san sudah mau mengantarku."Ucap Hinata.
"Sudahlah Hinata, kau jangan bersikap seperti itu. Aku tidak suka."
"Gomen Nii-san."Hinata menunduk, ia takut kalau Neji akan marah. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, Neji tersenyum lembut.
"Baiklah, jadilah anak baik ya Hinata-chan, Jaa."Ucap Neji.
"Jaa, Nii-san."Jawab Hinata.
Neji memacu mobilnya lagi meninggalkan Hinata seorang diri. Hinata menunggu sampai mobil Neji tidak lagi terlihat oleh mata lavendernya.
Hinata berjalan menuju papan pengumuman untuk melihat ia ada dikelas mana. Hinata mencari namanya dan…
X-A
Tanpa banyak bicara ia langsung menuju kelasnya. Ia menyusuri koridor yang mulai ramai hingga akhirnya ia sampai dikelasnya. Ia duduk dibagian paling belakang dekat dengan jendela. Ia memang tidak suka duduk dibagian depan. Setelah duduk dibangkunya ia mengeluarkan earphone dan mendengarkan lagu kesukaannya. Ia menutup matanya sambil sesekali mengetuk-ketuk jarinya kemeja tanda kalau ia menikmati music yang mengalir dari earphone nya.
Hinata terlalu menikmati music yang mengalun dari earphone nya, sampai-sampai ia tidak menyadari kalau seseorang sedang melihatnya dengan tatapan kesal.
"Hei, kau!"Panggil orang itu tetapi Hinata tidak menyahut. Orang itu pun berjalan mendekat kearah Hinata dan melepas paksa earphone Hinata dari telinganya. Sontak Hinata langsung melihat orang tersebut.
"Hei.. apa yang kau lakukan?" Raut wajah Hinata memancarkan kekesalan yang luar biasa.
"Ini tempatku."Ucap orang itu dengan tegas, wajahnya tidak kalah kesal daripada Hinata. Ia menatap tajam Hinata.
"Apa maksudmu?" Wajah Hinata berubah bingung. Ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan orang didepannya ini.
"Pergi dari sini! Ini adalah tempatku."Ucap orang itu dengan meninggikan suaranya sedikit. Hal itu membuat nyali Hinata sedikit ciut.
"K-kau bisa duduk disampingku kan?"Hinata mencoba tenang.
"Tidak!"Jawab orang itu singkat. Ia menarik paksa Hinata untuk keluar dari tempat duduknya. Hinata sempat memberontak tetapi kekuatannya tidak cukup akhirnya, ia mengalah.
"Huh…"Hinata akhirnya duduk didepan orang itu dan yang penting masih dekat jendela. Hinata menyukai duduk dekat jendela karena ia bisa melihat daun-daun jatuh berguguran karena sekarang juga sedang musim gugur.
'Teng…Teng…Teng…'
Bel berbunyi tanda jam pelajaran pertama akan dimulai.
.
.
.
'Teng…Teng…Teng…' Bel istirahat berbunyi.
Murid-murid berhamburan keluar kelas tetapi, tidak dengan Hinata dan orang itu. Ya Hinata belum mengetahui namanya karena memang mereka belum berkenalan. Hinata merasa tidak enak pada orang itu, ia takut kalau orang itu akan mengiranya sombong. Jadi Hinata memutuskan untuk bertanya namanya. Hinata berbalik kebelakang dan mendapati orang itu sedang melihat keluar jendela. Merasa diperhatikan orang itu pun menengok kearah Hinata.
"Hei, Namaku Hyuuga Hinata."Ucap Hinata memperkenalkan diri.
"Hn."Jawabnya singkat.
"Umm… namamu siapa?"Tanya Hinata.
"Uchiha Sasuke."Jawabnya.
Setelah mengetahui namanya Hinata merasa sudah tidak ada yang perlu ia tanyakan dan ia memutuskan untuk keluar kelas. Tapi saat ia hendak berdiri tiba-tiba tangan Sasuke menarik pergelangan tangannya dan menahannya. Hinata menautkan alisnya tanda ia bingung dengan perlakuan Sasuke.
"Mau kemana?"Tanya Sasuke.
"Umm… aku ingin keluar."Jawab Hinata, wajah nya merona saat pergelangan tangannya dipegang oleh tangan kekar Sasuke.
"Temani aku disini."Ucap Sasuke pelan tapi masih dapat didengar oleh Hinata. Hinata yang notabene nya tidak bisa menolak pun kembali duduk.
"Baiklah."ucap Hinata.
Sasuke kembali memusatkan perhatian keluar jendela. Hinata sedikit kesal karenanya. Hinata merasa tidak dianggap sama sekali, padahal laki-laki ini yang memintanya untuk menemaninya. Hinata hanya menghela nafas dan berbalik menghadap kedepan kearah papan tulis dan menulis sesuatu yang tidak penting dibuku catatannya hanya untuk sekedar menghilangkan rasa bosannya.
'Teng…Teng…Teng…'bel masuk berbunyi.
.
.
.
'Teng…Teng…Teng…'
Bel berbunyi memberi tanda kalau sekolah telah usai. Beberapa anak sudah keluar kelas dan bertemu teman atau pacar mereka. Hinata yang sudah bersiap-siap untuk pulang melirik sebentar kearah belakang, ketempat Sasuke. Ia tahu kalau laki-laki itu pasti belum pulang. Hinata pura-pura tidak peduli dengan dia. Ia berjalan keluar kursinya dan menuju pintu keluar.
"Kau pulang sendirian?" Pertanyaan Sasuke sukses membuat langkah Hinata terhenti dan memutar arah berbalik menghadap kearah Sasuke yang masih duduk manis dikursinya.
"Iya, memangnya kenapa?" Tanya Hinata. Sasuke merapikan barang-barangnya dan berjalan menuju Hinata. Tiba-tiba pergelangan tangan Hinata ditarik oleh Sasuke yang menyebabkan gadis itu mengikuti langkah Sasuke. Hinata kaget sekaligus tidak terima dengan sikap Sasuke yang seenaknya.
"H-hei , a-apa yang kau lakukan? Aku mau dibawa kemana?"Tanya Hinata ia sedikit kesal dengan perlakuan seenaknya ini.
"Pulang."Jawab Sasuke singkat. Hinata hanya bisa pasrah diseret oleh Sasuke seperti ini. Disepanjang koridor banyak yang melihat Hinata dengan tatapan membunuh dan iri. Bagaimana tidak, Sasuke sang pangeran sekolah tengah bergandengan tangan dengan seorang gadis yang bahkan tidak terkenal. Sasuke memang baru resmi jadi anak SMA hari ini sama seperti Hinata tapi, ia langsung terkenal karena ketampanannya bahkan kakak kelasnya sampai ada yang membuatkan fans club khusus untuknya.
Hinata berjalan dengan menunduk. Ia tidak ingin melihat tatapan dari sekitarnya. Sedangkan Sasuke sang pelaku yang membuatnya menjadi pusat perhatian terlihat cuek dan santai saja. Beberapa saat kemudian mereka sampai diparkiran tempat mobil Sasuke diparkir.
"Naik."Perintah Sasuke.
Hinata langsung naik tanpa berkata apapun. Sasuke pun masuk memalui pintu yang berlainan dengan Hinata dan langsung memacu mobilnya dengan kencang.
.
.
.
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai didepan kediaman Hyuuga, rumah Hinata.
"Jadi ini rumahmu?"Tanya Sasuke.
"I-iya."Jawab Hinata.
"Mana ponselmu?"Tanya Sasuke lagi.
"U-untuk a-apa?"Hinata kembali dibuat bingung oleh sikap Sasuke.
"Sudahlah, mana?" Hinata mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Sasuke. Sasuke mengambil ponselnya dan memasukan nomornya lalu meneleponnya. Hinata hanya melihatnya saja.
"Ini, nanti aku hubungi kau."Ucap Sasuke seraya mengembalikan ponsel Hinata. Hinata hanya mengangguk walau sebenarnya ia bingung dengan apa yang terjadi. Hinata keluar dari mobil Sasuke dan mengucapkan terima kasih.
"Arigatou, Sasuke-kun."Ucap Hinata.
"Hn. Besok kau akan ku jemput." Ucap Sasuke dan langsung menancap gas pergi meninggalkan Hinata.
Hinata bengong melihat kepergian mobil Sasuke. Sampai tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
"Kau kenapa Hinata?"Tanya seseorang berambut coklat panjang dan bermata sama dengan Hinata.
"ah.. ti-tidak, aku tidak apa-apa Nii-san."Jawab Hinata. Tanpa menghiraukan pandangan aneh dari Neji ia pun langsung masuk kedalam rumahnya.
.
.
.
Keesokan harinya..
Hinata bangun lebih pagi hari ini. Ia sendiri tidak tahu mengapa. Setelah bangun ia bergegas kekamar mandi. Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi dan langsung memakai seragam khas Konoha Internasional High School. Setelah merasa penampilannya sudah rapi ia langsung turun kebawah dan sarapan bersama orang tua, adik serta kakaknya.
"Ohayou, minna."Ucap Hinata seraya tersenyum hangat.
"Ohayou, Nee-san."Jawab Hanabi-adik Hinata-
"Hn, Ohayou"jawab Hiashi –ayah Hinata- dan Neji bersamaan.
Hinata duduk dikursi sebelah Neji. Mukanya terlihat berseri-seri tetapi, sepertinya tidak ada yang menyadarinya. Kecuali…
"Wah… Hinata-chan sepertinya terlihat senang hari ini, ada apa ya?"Ucap Hikari –ibu Hinata- yang baru keluar dari dapur sambil membawa Onigiri. Hinata yang ditanya seperti itu hanya bisa merona.
"Ah… Ti-tidak a-ada apa-apa Kaa-san."Ucap Hinata sambil memainkan jarinya.
"Hehe, Hinata-chan sedang jatuh cinta ya?" Pertanyaan Hikari itu sukses membuat semua orang yang ada dimeja makan itu menoleh kearah Hinata. Hinata yang dipandangi seperti itu hanya menunduk. Pandangan mereka sepeti mengatakan 'Jelaskan apa benar yang dikatakannya.'. Hinata yang tidak tahu apa yang harus dijelaskan hanya menjawab..
"Su-sudahlah Kaa-san."Ucap Hinata yang masih menunduk. Melihat putrinya yang malu-mali seperti itu membuat Hikari tersenyum lembut.
"Ya sudah, mari makan!"Ucap Hikari menyudahi acara menggoda putrinya. Mereka pun makan dengan tenang.
.
.
.
Setelah selesai sarapan Hinata bergegas keluar karena ia sudah mendengar deru mobil dan ia yakin bahwa itu mobil Sasuke.
"Aku berangkat ya."Ucap Hinata melangkahkan kaki keluar. Tapi langkahnya berhenti saat Neji memanggilnya.
"Hinata, kau berangkat sendiri?"Tanya Neji. Hinata memutar arah menghadap Neji. Ia bingung apa yang harus ia katakan untuk menjawab pertanyaan Neji. Kalau ia bilang iya, pasti Neji akan bersikeras untuk mengantarnya. Tapi kalau ia jawab tidak, pasti Neji akan menginterogasinya selama 30 menit dan Hinata tidak bisa membuat Sasuke menunggu lebih lama. Jadi apa yang harus ia jawab?. Lama Hinata berpikir membuat Neji tidak sabar. Neji pun melayangkan pertanyaan yang sama.
"Hei Hinata? Tadi aku Tanya kau berangkat sendiri?"Tanya Neji lagi.
"Eh.. ano.. se-sebenarnya a-aku berangkat ber-bersama temanku."jawab Hinata akhirnya. Neji menautkan alisnya. 'Siapa yang dimaksud temannya itu?'pikir Neji.
"Siapa?"Tanya Neji singkat.
"ano.. na-namanya Uc-Uchiha Sa.." belum sempat Hinata menyelesaikan jawabannya Neji sudah memotongnya.
"Baiklah, kau berangkatlah bersamanya."Ucap Neji. Hinata terbelalak kaget. Tidak biasanya Neji langsung mengijinkan ia berangkat sekolah bersama temannya, apalagi ia tahu kalau orang itu laki-laki. Eh.. tunggu dulu, apa Neji benar-benar tahu kalau yang berangkat bersama Hinata itu laki-laki?. Tapi disisi lain Hinata merasa lega karena ia diijinkan berangkat bersama temannya tanpa harus diinterogasi oleh kakaknya terlebih dahulu. Buru-buru Hinata pamit kepada kakaknya, ia takut kalau Neji berubah pikiran.
"Ka-kalau begitu aku berangkat dulu, Nii-san."Ucap Hinata.
"Hn." Jawab Neji. Setelah mendapat jawaban itu Hinata langsung keluar dari kediaman Hyuuga dan didepan Gerbang ia bisa lihat mobil Sasuke. Hinata berlari kecil menuju mobil Sasuke dan langsung naik kedalamnya.
"Kau lama." Ujar Sasuke singkat. Hinata menatap wajah Sasuke yang tidak menatapnya dengan tatapan bersalah.
"Go-gomen, Sasuke-kun."Ucap Hinata pelan. Sasuke yang melihat Hinata merasa bersalah hanya menghela nafas.
"Hn." Jawab Sasuke singkat. Tanpa basa basi lagi ia langsung mengemudikan mobilnya meninggalkan kediaman Hyuuga.
.
.
.
Sementara itu…
"Kau membiarkannya berangkat sendiriian setelah mendengar nama Uchiha kan?"Tanya Hiashi yang berdiri tak jauh dari tempat Neji.
"Hn."Jawab Neji singkat.
"Apa kau masih merasa bersalah pada Uchiha itu?"Tanya Neji.
"Tidak juga."Neji mulai tertunduk.
"Benarkah?"Hiashi meyakinkan.
"…" Neji tidak menjawab.
"Semua itu bukan salahmu, Neji!" Hiashi mulai prihatin dengan keadaan putra sulungnya ini.
"Hn, mungkin."Jawab Neji, ia masih belum mau mangangkat kepalanya.
"Ino-chan menyukaimu, dan kau juga demikian. Jadi kau tidak bisa menolak kenyataan ini kan? Kau tidak usah merasa bersalah pada Uchiha Itachi kan?"jelas Hiashi.
"Aku tahu, tapi aku tetap tidak bisa memaafkan diriku. Dia pergi keluar negri untuk menghidari kami. Tou-san, apa kau mau memenuhi permintaanku ini?"Tanya Neji.
"Apa itu?"Hiashi tidak pernah melihat Neji memohon seperti ini.
"Tolong jodohkan Hinata dengan Itachi, bukankah Tou-san pernah bilang akan menjodohkan Hinata?" Neji hamper mengeluarkan air matanya. Hiashi memandang iba Neji.
"Tapi, Tou-san berniat menjodohkan Hinata dengan Sasori."Ucap Hiashi.
"Aku mohon Tou-san."Ujar Neji. Melihat Neji seperti ini membuatnya menjadi tidak tega.
"Baiklah, Neji. Aku akan menjodohkannya dengan Itachi."Jawab Hiashi akhirnya.
"Arigatou, Tou-san." Ucap Neji.
-TBC-
Maaf ya kalau fic Hana kependekan. Hana bikin ini ngebut jadi kalau hasilnya tidak memuaskan Hana mohon maaf *nunduk*. For the last…
Keep Or Delete?
Please Review!
