God! What's on this girl's mind?
Oke, entah apa yang saya pikirkan saat membayangkan fic ini. Sebelumnya, Hello semuanyaa yang ada di fandom Hetalia. Kayaknya sih jalan cerita fiksi ini bakalan laknat (atau enggak ya?), walaupun saya enggak tau apa sebenarnya laknat itu? #Plak #newbie. Yah sudah lah, dinikmati aja ceritanya. :^)
Title : God! What's on girl's mind?
Disclaimer : Hetalia belong to Himaruya –Sensei.
Genre: Drama, Romance.
Warning: Kata-kata kasar, OOC, OC, etc.
Rated: T (karena kata - kata kotor yang keluar dari mulutnya saudara Indonesia)
Summary : Alfred dan Nesia membuat kesepakatan yang akan membuat hidup mereka berdua berubah. Entah untuk selamanya atau tidak, yang pasti kesepakatan itu akan mengubah pandangan mereka terhadap hal – hal di sekitar mereka, juga pandangan mereka terhadap satu sama lain.
Lettura felice!~ :]
.
-Chapter one-
.
"Haha! Indonesia, kau gagal masuk peringkat 10 besar perekonomian dunia lagi! Sesuai dengan perjanjian, mulai sekarang, aku akan memanggilmu Nesia! Hahaha, Hero memang hebat!"
Suara menyebalkan itu terngiang dalam kepala Nesia–a.k.a–Indonesia. Lagi-lagi, Nesia gagal memasuki peringkat 10 besar perokonomian dunia.
"Peringkat 17… lumayan… ada peningkatan…" Batin Nesia menyemangati dirinya sendiri.
Padahal Nesia sudah belajar dengan tekunnya. Yah, apa mau dikata. Takdir berkata lain. Sekarang dia harus menjalani hari-hari di sekolah dengan nick name pemberian Alfred– Nesia.
"Woy! Indon! Ngapain lo bengong aja di perpustakaan kayak orang bego?" teriak Malaysia pada Nesia, dengan toa' nya.
Nesia yang kaget sontak langsung ambil buku secara randomnya. Bodo amat, yang penting gak keliatan lagi mikirin sesuatu.
"Isi perjanjian yang kedua, harus bersikap sopan layaknya Japan. Enggak boleh marah. Harus bersikap seperti Japan!" batin Nesia dalam hati. "Ah, Enggak kok. Aku gak bengong, nih lagi baca buku." Sahut Nesia pada akhirnya, sembari membuka buku yang ia ambil.
Malaysia memandangi buku yang Nesia pegang, lalu tertawa keras.
"Gak usah boong deh, alay! Liat tuh bukunya! Mata lo kebalik ya? Sampe-sampe bukunya dibaca kebalik? HAHAHAHAHAHAHA!" Malaysia tertawa dengan laknatnya.
Wajah Nesia langsung merah padam –memanas. Dengan cepat ia balik bukunya ke keadaan normal. Selebihnya ia hanya tersenyum kecut.
Malaysia tertawa lebih keras lagi saat tau… buku apa yang Nesia pegang.
"HAHAHA!" Malaysia lalu mengacungkan jempolnya pada Nesia, lalu menunjuk buku yang Nesia pegang.
Indonesia lalu melihat buku yang ia pegang. Tiga puluh detik kemudian matanya melototi buku itu.
"Yo… yoga … for pregnancy woman."
Strike.
Nesia langsung tertunduk lemas. "Enggak boong lagi deh. Enggak akan, kalau jadinya kayak begini." Ujar Nesia dalam hati.
"Haah… emang deh ya, Nes. Lo tuh bego atau pura–pura bego sih?" tanya Malaysia dengan kasarnya pada Nesia.
Hening. Semua personifikasi negara yang ada di perpustakaan menghentikan aktivitas mereka (e.g. Hungary yang sedang memukul Prussia dengan frying pan kesayangannya.), lalu memandangi Malaysia dan Nesia secara bergantian.
Nesia mengangkat kepalanya lemas. Kata–kata Malaysia menusuk hatinya sangat dalam. Wajahnya makin merah. Matanya mulai berkaca–kaca.
"Lo tuh mikirin apa sih ndon, sampe baca buku begituan? Ooh… gue tau! Lo pasti lagi ngandung anaknya Netherlands ya, Nes? Hahaha! Selamet deh, kalo gitu!" ujar Malaysia sambil berkacak pinggang. Malaysia tidak tau, kalau semua personifikasi negara yang ada di perpustakaan memandangnya sebal.
Nesia meremas ujung rok nya. Rahangnya mengeras. Nesia mencoba untuk mengontrol emosi nya.
"Inget, Nes! Perjanjian nomor dua!" Nesia lalu menundukkan kepalanya, berharap dapat meredam emosinya.
"Kenapa ndon? Marah yaa? O.. o.. o tidak bisa. Kau masih inget perjanjian dengan Alfred kan, Indon?" kata Malaysia sinis.
Nesia berharap ada seorang personifikasi negara yang berbaik hati untuk menambal mulut Malaysia, yang selalu meluncurkan kata-kata kasar pada dirinya. Atau tangisnya akan meledak.
"Cukup, Malaysia! Kau keterlaluan! Hentikan ocehan kasar mu itu, atau ku hukum kau untuk membersihkan toilet wanita di lantai dua!" suara sang ketua Osis (siapa lagi kalau bukan Arthur a.k.a England) membuat Malaysia pucat seketika.
"A… Arthur…" Sapa Malaysia bergetar. Bukan bergetar karena ketakutan. Tapi karena Malaysia menyukai Arthur. Everyone knows it. Membayangkan orang yang disukainya melihat dia sedang dengan kejinya meledek saudaranya sendiri, adalah mimpi terburuk Malaysia.
Tanpa ba bi bu lagi, Nesia langsung melesat kabur dari Perpustakaan, sebelum Malaysia melihatnya menangis dan menyerbunya dengan ribuan kata kasarnya.
.
God! What's on girl's mind? © Ficky Fict.
Hetalia © Hidekaz Himaruya –Sensei
.
Splash.
Nesia membasuh wajahnya dengan air. Yap, dia sedang berada di toilet. Lebih tepatnya menangis di toilet.
"Nesia! Kau harus tegar! Ini sudah menjadi konsekuensi mu! Gak boleh nangis!" teriak Nesia menyemangati dirinya sendiri.
Nesia lalu menatap bayangan dirinya sendiri di cermin dalam–dalam. Air matanya mengalir lagi.
"Ini semua karena mu Alfred…" Ujar Nesia sinis, sambil menyeka air matanya.
Nesia lalu mengambil boneka kecil berbentuk Alfred, yang entah ia dapatkan darimana. "Hei little Alfred, Kau tau? Kau menyebalkan. Andai aku bisa mengutukmu jadi kodok, aku akan mengutukmu. Bisa saja, aku meminta bantuan Arthur untuk mengubahmu jadi kodok. Sayangnya… jika aku melakukan itu, Natalia akan membunuhku, memutilasi tubuhku, dan menyatapku sebagai hidangan makan malam." Ujar Nesia cemberut sambil menatap bayangan little Alfred di cermin.
"Yah, sepertinya aku mulai gila. Ini semua karena mu… Alfred. Personifikasi negara America memang menyebalkan!" Nesia lalu membuang little Alfred ke tempat sampah dan pergi dari toilet.
.
.
To be continued...
.
A/n : Sudah selesai? Yap. Chapter One nya sih udah selesai, bukan ceritanya. hmm... sebenarnya ada sesuatu yang membuat saya ragu... mengenai genre, saya masih ragu -_-. Oke deh, gak mau banyak cencong, Silahkan berikan masukan dan komentar anda lewat review (pm juga boleh :3).
