-Taekwoon POV-

Namaku Jung Taekwoon. Aku adalah pemuda berusia dua puluh lima tahun dengan hidup serba pas-pasan. Aku tinggal bersama dengan adik laki-lakiku satu-satunya, Jung Sanghyuk, yang masih duduk di bangku kuliah. Kami tidak tinggal bersama dengan orang tua kami lagi. Ibu kami sudah meninggal semenjak melahirkan Sanghyuk, sementara ayah kami pergi meninggalkan kami begitu saja semenjak Sanghyuk masih di bangku SMP, bersama dengan hutang-hutang yang dilimpahkan semua padaku. Hal itu membuat aku tidak bisa melanjutkan pendidikan sampai kuliah, hanya selesai sampai lulus SMA.

Dan karena itulah aku disini, mengunjungi satu perusahaan ke perusahaan lain sambil membawa ijasah SMA ku untuk mencari pekerjaan. Sebetulnya ayah kami tidak meninggalkan kami begitu saja. Ayah kami meninggalkan sebuah buku tabungan atas namaku dengan isi uang yang lumayan banyak. Namun uang itu tetap tidak cukup karena sudah aku gunakan untuk membayar sekolah Sanghyuk saat SMA, membayar hutang-hutang yang ditinggalkan ayah kami meskipun belum lunas semua, dan untuk biaya masuk perguruan tinggi Sanghyuk.

Meskipun berkali-kali ditolak oleh beberapa perusahaan yang aku kunjungi, aku tidak menyerah. Aku tetap terus berjuang mencari pekerjaan demi mencari sesuap nasi untuk aku dan Sanghyuk, membayar semua hutang ayahnya, dan juga untuk membiayai biaya kuliah Sanghyuk. Aku terus berharap aku akan mendapat pekerjaan, apapun itu akan aku terima asalkan aku bisa mendapat uang demi adikku. Aku tidak mau Sanghyuk berakhir hanya menjadi seorang dengan lulusan SMA dan hidup susah sepertiku, aku ingin Sanghyuk menjadi orang yang sukses.

Sebetulnya, aku sudah memiliki satu pekerjaan sampingan. Setiap malam, aku bekerja di sebuah club sebagai bartender. Namun, gaji yang aku dapat masih tidak cukup. Jangankan membiayai kuliah Sanghyuk, terkadang semua langsung habis saat penagih hutang datang untuk menagih hutang ayahku. Oleh karena itu sekarang aku mencari pekerjaan yang bisa aku lakukan siang hari hingga sore hari untuk menambah penghasilanku.

-Wonshik POV-

Aku, Kim Wonshik. Seorang CEO perusahaan Valuable Corp, sebuah perusahaan otomotif yang sudah didirikan cukup lama oleh kakekku. Tentu, di usiaku yang masih dua puluh lima tahun ini, aku bisa dengan mudah mendapatkan jabatan CEO karena perusahaan ini diwariskan oleh kakekku yang telah meninggal.

Mungkin kalian bertanya, kenapa kakekku mewariskan perusahaannya padaku? Kenapa tidak diwariskan pada ayahku? Namun sejujurnya aku kurang tau apa alasan kakek ku mewariskan perusahaannya pada aku. Tapi yang jelas, aku adalah cucu kakekku satu-satunya dan kakek sangat menyayangiku. Mungkin karena sifatku yang ceria, easy going, dan otakku yang cerdas dan pintar. Dan saat kakek menyerahkan perusahaannya padaku, orang tuaku juga mendukung seratus persen padahal usiaku masih sangat muda.

Oke, cukup perkenalan dariku. Dan saat ini, aku sedang berdiam diri di ruanganku karena aku sedang memikirkan sesuatu. Bukan! Ini bukan soal masalah perusahaan. Perusahaanku berjalan dengan baik. Aku dapat mengurus perusahaan ini dengan sangat baik, jangan remehkan usiaku yang masih sangat muda ini. Tapi, masalah yang sedang aku pikirkan ini adalah masalah hati.

-flashback on-

Aku berjalan masuk ke dalam sebuah club milik sahabatku yang sering aku kunjungi untuk mendapatkan hiburan setelah bekerja seharian, lalu duduk di kursi yang berada dekat di meja bartender. Saat aku hendak memesan minuman, aku terpaku melihat salah satu bartender disana.

Jung Taekwoon.

Aku membaca name tag yang tersemat di dadanya. Pria ini... terlalu manis dan cantik untuk dikatakan sebagai pria, bahkan aku nyaris tidak percaya kalau dia adalah pria. Namun sangat disayangkan, pria ini sangat expresionless. Namun itu tidak mengurangi aura manis dan cantik dari pria ini. Aku tertarik padanya.

"Tuan?"

Aku tersadar dari lamunanku saat aku mendengar suaranya yang begitu lembut memanggil namaku. Suara Jung Taekwoon. Suaranya sangat lembut bahkan hampir terdengar seperti suara seorang wanita. Suara lembutnya membuat detak jantungku semakin tidak karuan.

"Ah, maaf. Saya mau pesan Cocktail saja."

Taekwoon tersenyum tipis, sangat tipis bahkan hampir terlihat seperti tidak tersenyum sama sekali. Tapi aku dapat melihat dengan senyuman seorang Jung Taekwoon ini. Dia mulai membuatkan cocktail untukku lalu setelah cocktail nya jadi, dia meletakkan gelasnya didepanku.

"Silakan, tuan."

Aku hanya tersenyum untuk membalas Taekwoon, lalu mulai meminum cocktail ku, sambil terus memperhatikan Taekwoon yang sedang melayani pesanan pengunjung lain. Lalu setelah Taekwoon terlihat senggang, aku mencoba mengajaknya bicara.

"Taekwoon-ssi?"

Taekwoon menoleh padaku saat aku memanggil namanya. Sungguh, wajahnya saat ini begitu imut dan menggemaskan, membuatku ingin menerkamnya.

"Taekwoon-ssi, boleh saya meminta Anda untuk 'menemani' saya malam ini?"

Taekwoon tampak membulatkan matanya. Tentu, aku tau Taekwoon pasti akan terkejut karena permintaanku yang tiba-tiba, apa lagi pekerjaan Taekwooon bukan untuk itu. Tapi, masa bodo. Aku sudah tidak sabar ingin 'bermain' dengan pria manis ini.

"Maaf, tuan. Saya bekerja sebagai bartender disini. Kalau Anda ingin, Anda bisa memesan wanita penghibur atau pria penghibur di club ini."

"Saya tahu itu, tapi saya sangat tertarik pada Anda."

Taekwoon tampak kesal. Tidak, aku tidak merasa bersalah. Justru hatiku malah semakin berteriak melihat ekspresi kesal Taekwoon, sangat menggemaskan. Namun Taekwoon tidak memperdulikanku, dia langsung keluar dari club itu tanpa berbicara sepatah katapun.

"Hmm, ternyata kau sulit didapat ya... Jung Taekwoon."

Aku menyeringai, lalu menghabiskan cocktail di gelasku. Aku kembali memikirkan Taekwoon. Tenang saja, aku pasti akan mendapatkan dia. Akan kujadikan Taekwoon milikku.

-flashback off-

Dan saat ini, aku, di ruang kerjaku, tersenyum. Aku sudah menyusun rencana untuk malam ini agar aku bisa mendapatkan Taekwoon dan menjadikannya milikku malam ini. Aku mengirim chat pada sahabatku, Lee Jaehwan, yang merupakan pemilik club itu untuk meminjam Taekwoon malam ini. Untungnya, Jaehwan mengizinkanku untuk meminjam Taekwoon malam ini.

-Author POV-

Wonshik berdiri di depan pintu masuk club untuk menunggu seseorang. Ya, orang yang Wonshik tunggu sejak lagi tidak lain dan tidak bukan adalah Taekwoon. Wonshik sudah menyusun rencana untuk melakukan malam panas berdua bersama dengan Taekwoon malam ini.

Dan tidak lama kemudian, orang yang Wonshik tunggu sejak tadi datang. Pria manis itu, Taekwoon, berjalan menuju pintu masuk club dengan cuek tanpa menyadari Wonshik yang menatapnya sejak tadi.

Saat Taekwoon hendak masuk ke dalam club, Wonshik menahan lengan Taekwoon. Taekwoon pun terkejut melihat Wonshik yang sedang memegang lengannya.

"Pria yang kemarin..."

Pikir Taekwoon. Sejujurnya, Taekwoon sangat takut melihat pria didepannya ini. Wonshik menyeringai sambil berjalan mendekati Taekwoon.

"Tuan? Ada apa? Tolong lepaskan saya, saya harus bekerja."

"Kamu tidak usah bekerja sebagai bartender malam ini, baby. Cukup temani aku malam ini."

"Saya tidak mau."

"Kau tidak bisa menolak, Jung Taekwoon."

Wonshik mengambil handphone nya dari saku celananya, lalu Wonshik memperlihatkan pesan chat nya dengan seorang dengan nama 'Lee Jaehwan' tertera disana. Lee Jaehwan, adalah bos sekaligus pemilik club ini, teman dekat Wonshik.

Tentu, Taekwoon terkejut karena ternyata Wonshik memiliki kontak bos nya, dan juga kelihatannya mereka berdua akrab dilihat dari gaya bicara Wonshik pada Jaehwan di chat itu.

"Hyung!"

"Ya, Wonshik-ah?"

"Aku melihat pria manis dengan nama Jung Taekwoon di club mu kemarin malam."

"Oh, Taekwoon. Ya dia pekerja paruh waktuku. Kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu membahas soal dia?"

"Aku tertarik padanya. Boleh aku pakai dia untuk 'menemani'ku malam ini?"

"Sebetulnya...dia tidak bekerja untuk itu... Tapi karena kau sahabatku, silakan saja. Pakai saja dia untuk 'menemani'mu. Katakan padaku kalau dia menolaknya, aku akan memecat dia."

Taekwoon terbatuk membaca chat terakhir dari Jaehwan untuk Wonshik. Setelah itu, Wonshik kembali memasukkan ponselnya kedalam saku celananya.

"Jadi, bagaimana... baby Taekwoon? Kau bersedia menemaniku atau memilih untuk dipecat oleh bos mu saja, hm?"

Taekwoon menundukkan kepalanya. Taekwoon tau, Wonshik terlihat berbahaya. Dan Taekwoon tau apa yang sebenarnya ingin Wonshik lakukan padanya. Tapi kalau Taekwoon menolaknya, Taekwoon akan dipecat oleh Jaehwan. Tentu Taekwoon tidak ingin itu terjadi, mengingat Taekwoon sangat membutuhkan uang.

"Baby Taekwoon? Jadi apa pilihanmu? Cepat berikan aku jawaban."

Taekwoon terdiam beberapa saat, namun kemudian Taekwoon menganggukan kepalanya pelan. Wonshik memiringkan kepalanya, agak bingung apa maksud respon Taekwoon itu.

"Aku mau menemani Anda malam ini."

Mendengar jawaban Taekwoon, Wonshik tersenyum senang. Wonshik langsung menggendong Taekwoon ala bridal lalu masuk ke dalam club.

"Hari ini ramai sekali."

Wonshik berusaha melewati kumpulan orang-orang yang sedang menari-nari di club itu, sampai akhirnya mereka berdua sampai disebuah lorong pendek dengan dua pintu disamping kiri dan dua pintu lagi disamping kanan.

"Kau pilih yang mana, baby?"

"Terserah Anda, tuan..."

Taekwoon menundukkan kepalanya. Saat ini Taekwoon hanya bisa pasrah dan membiarkan Wonshik membawanya. Dan akhirnya pilihan Wonshik jatuh pada pintu paling pojok sebelah kiri, Wonshik membawa Taekwoon masuk kedalam sana.

Ruangan itu tampak luas, juga tersedia ranjang empuk disana. Namun ruangan itu hanya diberikan lampu yang terlihat agak remang. Taekwoon tau, apa guna ruangan ini. Rasanya Taekwoon ingin kabur saja dari ruangan ini, tapi Taekwoon sudah terlanjur terjebak di ruangan ini. Wonshik sudah mengunci pintu ruangan itu.

Wonshik menurunkan Taekwoon di sisi ranjang lalu langsung membuka kancing kemeja putih yang Taekwoon kenakan perlahan, setelah itu Wonshik langsung melepas jas yang dia kenakan sejak tadi.

"Tu-tuan...apa yang ingin Anda lakukan?"

"Apa kamu pura-pura tidak tau, baby?"

Wonshik melonggarkan dasi yang dia kenakan sejak tadi, lalu Wonshik mendorong tubuh Taekwoon hingga Taekwoon terbaring di atas ranjang. Wonshik menindih tubuh Taekwoon dengan senyum menyeringai di wajahnya.

"Mari kita habiskan malam ini berdua."

Baiklah, habis sudah Taekwoon malam ini. Taekwoon tidak bisa kabur lagi karena Wonshik sudah mengunci Taekwoon dibawah tubuhnya, dan terpaksa Taekwoon membiarkan Wonshik merampas kesuciannya malam ini.

Sinar matahari memasuki jendela sebuah ruangan, membangunkan seorang pria dengan tubuh kekar berambut hitam dengan beberapa tattoo terlihat di tubuhnya. Pria itu tampak tertidur tanpa mengenakan busana, begitu pula dengan pria yang masih tertidur pulas di sebelahnya. Mereka adalah Kim Wonshik dan Jung Taekwoon.

Wonshik menoleh kesampingnya. Wonshik mendapati Taekwoon masih terlelap disebelahnya. Wonshik tersenyum tipis, lalu turun dari tempat tidur sambil memunguti pakaiannya yang tergeletak dilantai. Wonshik membiarkan Taekwoon untuk beristirahat terlebih dahulu karena Wonshik tau, Taekwoon pasti lelah karena Wonshik menggunakan Taekwoon untuk memuaskan nafsunya sampai pukul satu dini hari.

Wonshik berjalan masuk ke dalam sebuah kamar mandi kecil yang memang disediakan didalam ruangan itu untuk membersihkan dirinya dan kembali memakai pakaiannya. Setelah Wonshik berpakaian rapih, Wonshik berjalan mendekati Taekwoon. Wonshik mengguncang-guncangkan pundak Taekwoon pelan.

"Baby, ayo bangun."

Merasa tidurnya terganggu, mulai membuka matanya. Dan pemandangan pertama yang Taekwoon lihat adalah Wonshik. Itu membuat Taekwoon terkejut bukan main.

"Gyaa!"

Taekwoon berteriak dan langsung bangkit dari posisi tidurnya untuk menghindari Wonshik, namun tidak lama kemudian Taekwoon meringis merasakan sakit di bagian bawahnya. Lubangnya, yang kemarin sudah dikuasai oleh milik Wonshik, orang yang tidak dia kenal sama sekali. Taekwoon merasa seperti jalang sekarang.

"Baby, kamu baik-baik saja? Kamu terlihat kesakitan."

"Saya baik-baik saja, tuan. Dan... tolong berhenti panggil saya 'baby'. Tugas saya untuk menemani Anda sudah selesai, saya permisi dulu."

Dengan perlahan Taekwoon turun dari tempat tidur, berusaha menahan rasa perih di bagian bawahnya mati-matian. Taekwoon memunguti pakaiannya lalu langsung memakainya tanpa membersihkan dirinya terlebih dahulu.

"Kamu tidak mandi terlebih dahulu?"

"Saya terburu-buru dan harus pulang untuk membelikan sarapan untuk adik saya. Saya bisa mandi di rumah nanti."

"Biar aku yang membelikannya dan mengantarmu pulang."

"Tidak perlu."

"Aku akan mengantarmu. Ini paksaan, bukan tawaran. Kamu tidak bisa membantah."

Wonshik bangkit berdiri sambil menarik tangan Taekwoon untuk keluar dari club itu tanpa memperdulikan Taekwoon yang meringis kesakitan karena perih dibagian bawahnya. Lalu Wonshik mengantar Taekwoon kerumah Taekwoon.

Sebelum menuju ke rumah Taekwoon, Wonshik mampir ke salah satu restaurant Jepang mewah dan menyuruh Taekwoon untuk memesan makanan disana, dan lagi-lagi Wonshik memaksa Taekwoon untuk memesan apa yang Taekwoon mau lalu membayarkan makanan itu dan meminta pelayan untuk membungkus makanan itu.

Setelah membeli makanan, Wonshik mengantar Taekwoon sampai rumahnya. Taekwoon meminta Wonshik untuk berhenti di depan sebuah rumah kecil dan butut, dan itu membuat Wonshik agak heran kenapa Taekwoon memintanya untuk berhenti disini.

"Ini rumahmu?"

"Iya, ini rumahku."

Wonshik sempat tercengang mendengar pengakuan dari Taekwoon. Wonshik tidak mengerti, bagaimana bisa Taekwoon betah tinggal di rumah kecil, sempit, dan kumuh seperti ini? Wonshik baru menyadari kalau Taekwoon ini hidup susah.

"Terima kasih sudah membelikan makanan ini untuk sarapan adikku juga terima kasih sudah mengantarku pulang, tuan. Sampai nanti."

"Tunggu."

"Ada apa, tuan?"

"Berhenti memanggilku 'tuan'. Panggil namaku. Namaku Kim Wonshik."

"Ehm, Wonshik-ssi...sampai nanti."

Taekwoon menunduk pamit lalu membuka pintu mobil Wonshik. Taekwoon membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam rumahnya, sementara Wonshik terdiam beberapa saat, dan setelah itu Wonshik menjalankan mobilnya kembali.

Di dalam rumah, terlihat adik Taekwoon, Sanghyuk, menatap Taekwoon dengan tatapan tajam serta kedua tangannya disilangkan di depan dada. Jelas sekali, pasti Sanghyuk khawatir karena semalam Taekwoon tidak pulang dan malah bermalam berdua dengan Wonshik disebuah club tempat dia bekerja.

"Hyung baru pulang? Semalam kemana saja? Kenapa hyung terlihat berantakan?"

Taekwoon membulatkan mata, Taekwoon berusaha mencari alasan yang masuk akal untuk diberikan pada Sanghyuk, tapi Taekwoon tidak menemukannya. Sempat terfikir oleh Taekwoon untuk mengatakan bahwa bos nya menyuruh Taekwoon lembur di club karena banyak pelanggan sampai pagi, tapi Taekwoon urungkan. Taekwoon tahu adiknya tidak bodoh. Sanghyuk sangat tahu jelas kalau club tutup sekitar jam tiga pagi.

"Hyung? Jawab aku! Hyung tidak melakukan hal yang aneh diluar kan?"

Taekwoon tertegun. Taekwoon tidak bisa berbohong, Taekwoon memang sudah melakukan hal yang tidak pantas dengan Wonshik semalam, tapi Taekwoon tidak mungkin memberi tahu soal itu pada Sanghyuk. Sanghyuk pasti kecewa pada Taekwoon.

Lalu pandangan Taekwoon tertuju pada sebungkus sushi yang dia beli bersama Wonshik tadi. Taekwoon langsung menunjukkan bungkusan ditangannya pada Sanghyuk.

"Kamu mau sushi? Sudah lama kamu menginginkan sushi yang ada di televisi kan?"

Untungnya, saat Taekwoon mengatakan 'sushi', mata Sanghyuk langsung berbinar. Seakan Sanghyuk melupakan kecurigaannya pada Taekwoon, Sanghyuk langsung merampas bungkusan itu dari tangan Taekwoon lalu membawanya ke ruang makan. Taekwoon bernafas lega.

Sementara Sanghyuk sarapan dengan sushi yang dia bawa, Taekwoon mandi dan membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya dengan pakian rapih. Taekwoon berniat mencari pekerjaan lagi. Meskipun sebenarnya bagian bawahnya masih terasa perih, tapi Taekwoon tidak ingin bermanja. Taekwoon harus berjuang demi Sanghyuk.

Taekwoon berjalan masuk ke ruang makan. Sanghyuk menyipitkan mata, melihat Taekwoon masuk ke ruang makan dengan pakaian rapih seperti akan pergi keluar.

"Hyung sudah mau pergi lagi?"

"Iya, bagaimanapun aku aku harus mencari pekerjaan lagi agar bisa membiayai kuliahmu."

"Tapi hyung saja baru pulang tadi pagi. Istirahat saja dulu hari ini, hyung."

"Tidak. Aku akan tetap mencari pekerjaan untuk uang tambahan."

Taekwoon memakan sarapannya, lalu langsung berangkat pergi tak lupa membawa map berisi ijasah SMA nya dan beberapa potong iklan lowongan pekerjaan yang dia ambil dari koran. Sanghyuk hanya menghela nafas pasrah.

-Taekwoon POV-

Saat ini aku berdiri di depan sebuah gedung dengan tulisan besar 'Valuable Corp' dengan satu lembar iklan lowongan pekerjaan di tangan kiriku sementara tangan kananku memegang map berisi ijasah SMA ku. Aku berniat melamar pekerjaan disini, karena menurut iklan yang aku dapat, perusahaan ini sedang membuka dua lowongan pekerjaan, dua orang untuk office boy dan satu orang untuk menjadi sektretaris perusahaan. Tentu dengan hanya bermodal ijasah SMA, aku tidak berharap bisa mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris. Aku hanya berharap bisa mendapat pekerjaan sebagai office boy. Setidaknya itu cukup kalau hanya untuk menambah-nambah penghasilan.

Aku mulai berjalan masuk ke dalam gedung Valuable Corp lalu aku mendekati meja resepsionis. Seorang wanita yang merupakan resepsionis tersenyum ramah dan menyambutku, aku juga menjawabnya dengan ramah.

"Permisi..saya ingin melamar pekerjaan. Apakah masih ada lowongan?"

"Tentu! Bisa serahkan data-data Anda pada saya? Saya akan membawakannya pada CEO."

Aku tersenyum senang, lalu menyerahkan map ku pada seorang resepsionis itu. Wanita itu membungkuk sopan padaku, lalu berjalan pergi. Aku tetap berdiri di dekat meja resepsionis untuk menunggu kabar dari resepsionis tadi.

-Author POV-

Resepsionis itu sampai di depan pintu dengan papan bertuliskan 'Chief Executive Officier'. Wanita itu mengetuk-ngetuk pintu itu lalu membuka pintu ruangan itu.

"Permisi sajangnim."

Wonshik, sang CEO yang sedang sibuk dengan laptop nya mempersilakan wanita itu untuk masuk ke dalam ruangannya. Wanita itu masuk lalu menyerahkan map milik Taekwoon tadi diatas meja Wonshik.

"Ada yang ingin melamar pekerjaan disini, tuan."

Wonshik menghentikan kegiatannya, lalu melihat map itu. Entah mengapa ada rasa penasaran saat melihat map itu. Wonshik membuka map itu untuk melihat siapa calon pegawainya yang baru. Dan Wonshik langsung tersenyum senang melihat nama tertera di sebuah ijasah di dalam map itu.

"Tunggu."

Saat menyadari sang resepsionis nya sudah pamit untuk pergi keluar dari ruangannya, Wonshik memanggilnya untuk mencegah resepsionis itu pergi.

"Tolong suruh orang yang menyerahkan map ini untuk keruanganku. Aku ingin langsung mewawancarainya."

Resepsionisnya tampak agak heran karena keputusan Wonshik yang tiba-tiba itu, tapi tanpa bertanya macam-macam wanita itu mengangguk lalu pamit pergi keluar dari ruangan itu.

Terlihat Taekwoon masih berdiri di depan meja resepsionis untuk menunggu kabar. Resepsionis itu berjalan mendekati Taekwoon lalu membungkuk pada Taekwoon.

"Tuan, CEO kami ingin langsung mewawancara Anda sekarang juga. Mari ikut saya ke ruangan CEO kami."

Taekwoon agak cengo sebentar mendengar perkataan resepsionis itu, namun kemudian menganggukan kepala lalu mengikuti resepsionis itu. Sampai di depan pintu CEO, resepsionis itu membungkuk untuk pamit kembali ke depan.

"Padahal aku belum mempersiapkan apa-apa untuk wawancara... ah, aku pasti bisa!"

Taekwoon mengetuk-ngetuk pintu CEO itu beberapa kali, lalu kemudian membukanya. Taekwoon tidak langsung melihat siapa CEO perusahaan itu, Taekwoon lebih mementingkan untuk masuk lalu menutup pintu ruangan CEO itu perlahan.

"Kita bertemu lagi, baby."

Taekwoon yang sedang menutup pintu, terhenti mendengar suara itu. Tentu, suara itu tidak asing ditelinga Taekwoon. Baru kemarin malam pria pemilik suara itu memakainya untuk bersenang-senang sampai subuh, mana mungkin Taekwoon melupakan suaranya. Taekwoon menoleh pada sumber suara.

"Kim... Wonshik...ssi..."

To be Continued