Tak terasa, Taufan sudah sebulan telah meninggalkan bumi dan langit, keluarga dan sahabat terdekat. Bahkan telah meninggalkan orang yang dulu sempat ia suka –Ying-. Gadis cantik keturunan tionghoa itu kini terus berlart dalam kesedihan tak berujung yang membuat ia menjadi stress. Begitu pula dengan saudara dari Taufan sendiri. Makin lama mereka makin berubah semenjak kematiannya. Mulai dari kakaknya Halilintar ditambah keadaan ketiga adiknya yang bisa dibilang tak bagus. Mereka terus terhanyut dalam luka yang takkan pernah kering. Hanya saudara kedua dari 5 boboiboy bersaudara yang dapat memulihkan mereka kembali. Tapi apa daya? Mereka bukan Tuhan. Yang bisa kembali memutar waktu.

Waktu semakin senyap dan semakin menyesakkan dada bagi orang yang mengingat sosok pria jahil nan usil ini.

Tapi sekarang semua telah berbeda. Tak ada lagi suara jeritan di pagi hari tuk membangunkan Halilintar. Tak ada lagi orang yang akan membantu tugas Fisika Gempa. Tak ada lagi orang yang akan mengajak dan menemani Api bermain. Tak ada lagi orang yang menenangkan Air dikala ia sedih atau terluka. Semua telah berbeda.

Dan sekarang hidup menjadi suram tanpa warna. Tak ada lagi canda tawa untuk menghibur semua orang yang sedang menangis. Tak ada lagi karena ia telah menghilang.

Hanya satu keingina Taufan. Ia ingin agar semua orang tuk tak menangisi keadaannya. Ia akan kembali ke bumi tuk menenangkan semua orang yang sedang berkabung atas kematiannya. Terutama kakaknya Halilintar yang makin kesini semakin berubah sifat aslinya.

Apakah ku bisa tuk mengembalikan mereka seperti semula?

Boboiboy (c) animonsta

Story by me

Warning : full Halilintar pov dan segala kekurangan dalam fic ini

Enjoy

.

.

.

.

Hari ini ini tak terasa sudah sebulan kematian adikku yang paling kucinta dan paling ku sayangi. Siapa lagi kalau bukan Taufan?

Pria penyuka warna biru dan penggila skateboard yang membuatku menjadi rindu akan suara dan canda tawanya. Aku baru bangun tidur dengan mata sembab dan bengkak karena terus menangisi kepergian adikku itu.

Mungkin semalam aku bermmpi buruk hingga aku sampai ketiduran di kamar Taufan. Jujur semenjak kepergiannya aku menjadi cengeng. Entah karena apa tapi aku selalu menangis jika ada yang mengungkit masalah adikku Taufan. Lalu aku harus bagaimana?

Jika kalian menanyakan kemana orang tua kami mereka kembali ke Amerika dengan sadisnya. Bagaimana tidak? Disaat aku dan ketiga saudaraku yang lain membutukan penopang tuk kami agar kami tak terlarut dalam kesedihan, mereka dengan tega meninggalkan kami dengan alasan "karena kami juga harus mencari uang tuk kalian besar nanti." Benar benar menyebalkan bukan?

Kuputuskan tuk mandi karena badanku yang kotor dan bau. Jam masih menunjukan pukul 5 pagi. Aku hanya menghela nafas lalu pergi kekamar mandi tuk membersihkan diri sekaligus melupakan masalahku sejenak.

Setelah mandi dan berseragam, aku melangkah menuju kedapur tuk memasak. Tak disangka, ternyata ada adik ketga ku Gempa.

"oh kak Hali sudah bangun. Padahal tadi baru mau aku bangunkan." Ucap Gempa yang menoleh sebentarlalu kembali pada masakannya. Aku hanya menggumam sebagai balasan.

"kak tolong bangunkan yang lain ya? Aku mau buat susu hangat dulu." Ucap Gempa disertai dengan senyuman. Aku tahu Gempa kau sedang menyembunyikan kesedihanmu dibalik senyuman itu. Aku hendak menangis kembali saat Gempa tersenyum karena itu lebih mirip Taufan.

Ketika ku mau beranjak ke anak tangga, tiba tiba Api dan Air sudah siap dengangan seragam. Aku hanya memandang mereka dengan pandangan sedih. Bagaimana tidak sedih?

Kulihat wajah Api penuh dengan memar begitu pula dengan Air. Aku pikirkan mereka habis sparring kemarin karena tuk meluapkan emosi. Aku hanya menghela nafas.

"ayo kita sudah ditunggu oleh Gempa diruang makan." Ucapku mengajak mereka berdua. Mereka berdua tak membalas perkataanku dan melangkah melaluiku begitu saja. Apa aku sudah tak dianggap kakak disini?

Aku hanya mengangkat bahu. Lalu menyusul mereka berdua keruang makan

Saat diruang makan suasana terasa sunyi dan senyap. Tak ada yang berani membuka suara sedikitpun. Jika Taufan masih ada...mungkin ia akan mencairkan suasana yang mencekam ini dengan canda tawanya.

Setelah selesai makan aku dan saudaraku langsung menuju sekolah. Kami semua naik bis agar hemat tenaga. Ketika dipersimpangan kami turun karena sudah sampai disekolah. Aku langsung menuju kelasku karena ku tak tahan melihat ekspresi ketiga adikku yang terpuruk. Sesampainya dikelas ku langsung menenggelamkan kepalaku dengan tangan sebagai bantal.

Sebelum mimpi menjemputku , kudengar suara ditelingaku yang menggangguku. Siapa lagi kalau bukan Fang?

"ayolah Lintar. Jangan teus tenggelam dalam kesedihan. Relakan saja Taufan. Ia pasti akan sedih jika ia melihat semua saudaranya masih menagisi keadaannya." Ucap Fang.

Aku mengangkat kepalaku dan menghadap Fang, rival abadiku. Kutatap wajahnya lalu tak lama aku menangis sambil meremas rambutku.

"aku memang kakak yang payah ...hiks...lebih baik aku mati daripada hidup dalam penderitaan. Aku mau bunuh diri saja lalu aku-"

PLAKK

Sebelum ku menyelesaikan racauanku Fang menampar pipiku sambil menangis.

"KAU FIKIR SIAPA YANG BISA MELUPAKAN TAUFAN HAH? AKU JUGA SAMA SANGAT SEDIH DENGAN KEPERGIANNYA. TAPI KU MENCOBA TUK BANGKIT. TAPI KAU...KAU..HIKS..." ucap Fang dengan nada tinggi. Ini apa benar Fang yang kukenal?

"betul Hali. Kita juga sama merasa sedih atas kepergian Taufan. Tapi kita harus membiarkan ia tenang. Jangan jadi cengeng! Apa ini Halilintar yang aku kenal?" ucap Yaya menimpali perkataan Fang yang terputus.

Kini aku sadar. Harusnya aku melindungi dan mengajak ketiga adikku tuk mendoakan Taufan supaya ia bisa tenang dialam sana. Bukannya ikut berlarut larut dalam kesedihan. Kakak macam apa aku ini? Yang tega membiarkan adiknya terluka hanya karena masalah seperti ini?

Kuputuskan tuk menghapus air mataku dan aku bertekad dalam hati agar aku bisa kembali mengembalikan sifat diriku dan adik adikku seperti semula. Ku tak mau masalah ini terus mengangguku.

Aku akhirnya tersenyum kepada kedua sahabatku ini. Senyum yang tak pernah ku perlihatkan kepada orang lain-kecuali Taufan-. Mereka kembali membalas senyumku. Saat ku menoleh kesamping bangkuku kulihat bayangan Taufan yang tersenyum dengan indah bak malaikat jatuh dari langit.

'tersenyumlah selalu kak Hali. Karena ku lebih menyukai dirimu yang tersenyum daipada dirimu yang menyedihkan' ucap bayangan Taufan. Kuperlebar senyumku mendengar perkataannya tersebut.

'aku akan mengembalikan sifat mereka seperti semula. Kau jangan khawatir. Semuanya serahkan padaku' gumamku dalam hati.

Perlahan bayangan itu memudar. Namun sebelum benar benar menghilang kulihat senyum dan tawanya yang membuatku rindu akan sosoknya.

"ini baru Halilintar yang kukenal." Ucap Fang sambil merangkulku.

"jangan terlalu dekat denganku landak anggur!" ejekku padanya. Lalu terjadilah cekcok yang hebat antara akudan rivalku ini. Aku harap aku bisa kembali bangkit untuk diriku dan demi adikku. Terima kasih Taufan.

Kuharap kau selalu tenang dan bahagia disana.

Tbc...

Maaf ya review yang masuk kemarin tak aku balas soalnya aku lagi sibuk. Mengurus ini dan itu. Oh ya maafkan aku jika aku punya banyak salah sama kalian.

Selamat menjalankan ibadah puasa ya readers...

Marhaban ya ramadhan...

Semoga author akan terus berkarya dalam ff untuk menghibur kalian semua

Bye