Please Comeback To Me [I'm Still In Love With You] Chapter 1

Tittle : Please Comeback To Me [I'm Still In Love With You]

Cast : SEVENTEEN

Jihan;Jungcheol;Sooksoon;Meanie;Docheol

Leght : Chaptered

Rated : T-M(aybe)

Dislaimer :

Idk

WARNING : TYPO DETECTED

Note : ff ini lanjutan dai ff karya natsu, h mini hadiah mesive untuk natsu dari josa. Siapa natsu? Siapa josa? Kalian tak perlu tahu'-'

FLASHBACK

Jisoo terdiam begitu sampai diapartemennya yang terasa begitu dingin, bahkan selama satu minggu berada 'dirumahnya' dia mengabaikan semua panggilan dan pesan singkat dari kekasihnya. Jisoo mendudukkan dirinya ditempat tidur lalu membuka Box yang Jeonghan berikan padanya. Beberapa hari lagi adalah hari pernikahannya dengan orang yang dia cintai, dia sudah tak ada urusan lagi sekarang dengan hidup Jeonghan. Itu bagus bukan? Sekarang dia telah bebas dari rasa bersalah, dia sudah menepati janjinya dan sudah tak memiliki beban lagi. Mungkin selama ini, alasan kenapa Jisoo belum bisa mengunjungi Jeonghan adalah karna rasa bersalah. Sekarang semua sudah usai, kisah mereka berhenti sampai disini. Begitu membuka box itu, dia langsung melihat album foto pernikahannya semua benda kesukaannya dengan Jeonghan, gelang couple mereka, dan yang terakhir sebuah buku diary yang ditempelkan sebuah note, dan note itu yang menulis adalah dirinya? 'Jeonghan-ah... maaf aku selalu sibuk akhir-akhir ini, sehingga kita tak bisa sering bertemu seperti dulu. Sebagai gantinya, jika kau merindukanku tulislah sesuatu dalam buku ini. Jadi, aku tau apa yang terjadi padamu setiap hari. Aku mencintaimu –Jisoo-' Jisoo terkekeh membaca note kekanakkan itu, dia bahkan lupa pernah menulisnya juga memberikan buku itu juga. Dia hanya mengambil buku itu dan menatapnya, "Apa aku harus membacanya atau tidak?" Jisoo bermonolog dengan dirinya sendiri. "Tapi, bukankah semua sudah tak ada gunanya lagi?" akhirnya Jisoo memutuskan untuk menaruh buku itu kedalam box kembali dan menyimpannya diatas lemari.

Jisoo menatap undangan pernikahannya sendiri dalam diam, undangan terakhir ini tadinya ingin dia berikan pada Jeonghan melalui pos. Tapi setelah dirinya memikirkan kondisi terakhir Jeonghan, dia jadi mengurungkan niatnya dan memilih datang mengantarkannya sendiri kerumahnya. Seperti deja vu, sebenarnya dia agak merindukan pria cantik itu. Bagaimana kabarnya sekarang? apa dia juga bahagia seperti dirinya saat ini? atau jangan-jangan Jeonghan sudah menikah dengan Mingyu? Dia berjalan menuju pintu dan menekan belnya, tapi ternyata bukan Jeonghan yang membuka pintu. Tapi seorang wanita, "Ya... anda mencari siapa?" Jisoo berfikir bahwa wanita ini mungkin sepupu Jeonghan, akhirnya bicara

"Apa Tuan Yoon ada? Aku ingin memberikan undangan ini" Wanita itu menatap Jisoo bingung,

"Tak ada yang bermarga Yoon disini, mungkin itu pemilik lamanya... sekarang rumah ini ditempati keluarga Kang"

"Apa pemilik lamanya meninggalkan alamat barunya padamu?" tanya Jisoo.

"Tidak... dia menjual rumah ini murah sekali, bahkan dia mau menerima tiket pesawat kelas rendah untuk uang mukanya"

Jisoo tentu kaget mendengar penuturan wanita itu, apa Jeonghan terlilit hutang sampai terpaksa menjual rumahnya kemudian melarikan diri. Tapi, semua yang Jisoo tinggalkan lebih dari cukup untuk membayar sebesar apapun hutangnya kan? Dan apa tadi menjual dengan sangat murah? Bukan seperti orang yang terlilit hutang. Tapi, orang yang ingin cepat menghilang.

Jisoo pulang ke apartemennya dengan penuh pertanyaan di kepalanya. Kemana sebenarnya Jeonghan? Apa yang terjadi padanya? Dia sama sekali tak habis fikir dengan apa yang Jeonghan fikirkan. Satu-satunya petunjuk untuk menemukan Jeonghan, mungkin ada didalam buku itu. "Ah... iya benar bukunya..." Jisoo segera mengambil box yang disimpannya diatas lemari dan mengambil diary itu, kata demi kata yang Jeonghan tulis didalam sana sama sekali tak luput dari pandangannya. Semua yang tertulis dibuku itu, seolah Jisoo bisa merasakan apa yang Jeonghan rasakan dulu. Saat Jeonghan merasa bahagia, sedih, terluka, marah, kecewa, dan harapannya semua tertulis didalam sana. Kadang Jisoo tersenyum saat Jeonghan menceritakan hal lucu yang dialaminya ditempat kerja, atau Jeonghan menulis beberapa kebiasaan buruk dan konyol nya disana. Kadang dia merasa bersalah dan ikut terluka saat Jeonghan menuliskan kekecewaannya pada dirinya. Hingga Jisoo sampai pada halaman terakhir diary itu.

'Jisoo... annyeong...^^ Jika kau membaca diary ini berarti kau pasti akan membaca ini juga, sudah lama aku tidak menulis disini. Jisoo... jujur saat kau tiba-tiba menelfon ku, aku sangat bahagia. Tapi ternyata, kau menelfon untuk memberitahukan hal yang sama sekali tak ingin kudengar dari mulutmu. Aku sangat sedih dan kecewa tentu, bahkan aku menangis semalaman begitu pengacara mu datang esok harinya mengantarkan surat itu padaku. Aku senang kau yang datang untuk mengambilnya, aku benar-benar merindukanmu setelah sekian lama aku tak melihatmu. Aku merindukanmu... Sebenarnya alasan kenapa aku menahanmu selama tujuh hari dirumah kita, itu karna aku ingin melihat apa kau benar-benar serius dengan perpisahan ini. dan juga karna satu alasan, yaitu aku masih mencintaimu... Aku sangat ingin memelukmu, menggodamu, menciummu, semua yang pernah kita lakukan dulu aku ingin mengulanginya. Tapi, aku cukup tau diri untuk tidak melakukan itu pada orang yang sudah bukan milikku lagi. Jisoo... kau ingat permintaanku saat itu? Kalau kau sudah melupakannya, biarkan aku mengingatkanmu sekali lagi... Selalu mencintaiku, selalu bersamaku, jangan pernah bosan padaku, jangan menyukai orang lain melebihi kau mencintaiku, jangan mengkhianatiku, jangan meninggalkanku, dan permintaan ketujuh yaitu permintaan terakhir... -Seandainya, suatu saat nanti perasaanmu hilang. Katakan padaku, jadi aku bisa bersiap-siap untuk melupakanmu dan tidak terlalu terpuruk. Jangan menahanku kalau kau sudah tak menyayangiku lagi- Aku senang kau menepati permintaanku, terimakasih... aku juga akan menepati janjiku, yaitu menghilang dari hidupmu. Aku mencintaimu Jisoo'

Flashback end

"Aku selalu menunggumu, bahkan

Sampai titik kelemahanku

Aku menunggumu,

Untuk kembali mencintaiku"

# # #

3 Tahun kemudian

Jisoo memandangi keadaan luar jendela kamarnya. Sebenarnya ini bukan kamarnya sendiri, melainkan kamar rumah sakit. Banyak hal yang dipikirkannya saat ini. Dan semua terpusat pada sosok yang bernama Yoon Jeonghan. Sejak hari dimana ia mengantarkan undangan pernikahannya ke rumah Jeonghan, ia tidak lagi bisa menemuinya. Bahkan sampai sekarang, sudah 3 tahun sejak kejadian itu, Jisoo benar-benar kehilangan cinta sejatinya. Ia tak pernah lelah untuk mencari sosok yang dicintainya, Jeonghan. Hingga pada suatu hari fisiknya melemah, pada hari pernikahan keduanya, Jisoo terserang hipoksia mendadak. Semua tamu undangan sontak terkejut melihat keadaan Jisoo yang terkapar di depan altar. Yang lebih mengejutkan, calon istrinya justru pergi meninggalkannya. " Selamat tinggal Hong Jisoo" itulah kalimat terakhir yang dapat ia dengar sebelum semuanya menjadi gelap. Sebenarnya Jisoo sudah mengetahui niat busuk calon istrinya. Apalagi kalau bukan HJS Group, perusahaan yang dimiliki oleh Jisoo. Wanita itu, lebih tepatnya keluarga mereka tidak menginginkan Jisoo melainkan menginginkan perusahaan tersebut, bersama harta Jisoo tentunya. Jisoo tidak terkejut saat ayahnya memberitahunya perihal ini. Ia justru menangis, tidak menangisi kepergian calon istrinya melainkan ia menangisi seseorang. Ya, Jeonghan. Bahkan saat awal kesadarannya, nama pertama yang ia lontarkan hanyalah nama Jeonghan, walaupun sebenarnya orang yang dipanggil tidak akan pernah datang untuk menemuinya. Keberadaan Jeonghan memang menjadi misteri saat ini, Kim Mingyu, orang yang terakhir Jisoo temui bahkan tidak mengerti dimana keberadaan Jeonghan. Hanya satu orang yang mengetahuinya. Boo Seungkwan. Tapi Seungkwan justru menutup mulutnya rapat-rapat. Jisoo sudah berusaha, namun hasilnya gagal. Rasanya Jisoo ingin menyerah, namun ia tidak bias, ia hanya ingin meminta maaf pada Jeonghan. Karena ia tersadar, sosok yang dia cintai hanya Jeonghan.

"Sampai kapan kau akan memandangi jendela terus?" sebuah suara berat mengejutkan lamunan Jisoo. Namun Jisoo tidak berpaling dari tempatnya. Ia masih sama, menatap jendela itu. Terdengar hembusan nafas panjang orang itu. Ia mengacak surau coklatnya.

"Aku harus meralat pertanyaanku, sampai kapan kau terus terpuruk seperti ini, hyung? Untuk apa berharap pada orang yang tidak mencintaimu?" pria itu menghempaskan tubuhnya di sofa yang berada tepat di samping jendela. Jisoo hanya diam tak menjawab. "Hyung, dengarkan aku, Jeonghan hyung sudah pergi, itu artinya dia sudah melepasmu, atau mungkin dia telah bahagia bersama orang lain"

"Diam kau Soonyoung-ah" kali ini Jisoo membuka suaranya. Kwon Soonyoung, nama pria itu. Soonyoung justru memojokkan Jisoo

"Bagaimana aku bisa diam? Kau dulu sudah diberi kesempatan tapi kau justru prig sekarang saat dia pergi, kau malah mengejar dan mencarinya, bodoh !"

"Ya aku memang bodoh, aku sudah terjebak dalam situasi ini, namun aku malah menyadarinya sekarang, aku tesadar dia sangat penting bagiku, aku mencintainya Soonyoung, sangat"

Kali ini Soonyoung terdiam tidak merspon.

"Aku menginginkannya untuk menjadi milikku lagi"

Soonyoung mengacak rambutnya lagi. Sepertinya ia sudah lelah untuk menjelaskan semuanya pada Jisoo. Setiap kali mereka bertemu, mereka selalu memperdebatkan hal yang sama. Yoon Jeonghan.

"Terserah kau saja hyung, aku tidak ingin kau menyiksa dirimu sendiri, sudah hampir beberapa minggu kau tidak makan setelah kau gagal mencari Jeonghan hyung ke Amerika, kau tahu? Eomma mengkhawatirkanmu, dia selalu meneleponku untuk memintamu agar mau makan, ia selalu menangis. Memang dia tidak memperlihatkannya padamu, tapi di hadapanku, dia selalu menangis, hatiku sangat sakit hyung, walaupun aku tahu, eomma bukanlah ibu kandungku" ucap Soonyoung lirih. Memang akhir-akhir ini Jisoo tidak makan, nafsu makannya hilang setelah pencariannya ke Amerika tidak membuahkan hasil. Tubuhnya semakin kurus, dengan lingkaran hitam menghiasi wajahnya. Sudah berkali-kali ia mondar-mandir ke rumah sakit karena penyakitnya yang selalu kambuh. Dan sekarang ia datang ke rumah sakit lagi karena kesehatannya menurun akibat beban yang terlalu berat ia tanggung. Ia juga tak pernah beranjak dari kursi rodanya. Ia terlalu malas untuk berjalan, padahal Jisoo itu sehat, hanya jiwanya saja yang tidak sehat. Soonyoung kembali menghela nafasnya, ia tidak mau berkomentar lagi. Ia tidak ingin berdebat sangat panjang, ia hanya ingin hyungnya kembali seperti dulu, Hong Jisoo yang ceria. "Terserah kau saja" ia merogoh kantongnya, mengambil ponsel disana, dan mengetikkan sebuah pesan. Sesekali ia melirik Jisoo yang hanya menatap lurus tanpa bergerak sedikitpun. Beberapa menit kemudian ia mendapat balasan.

'To : Soonyoung-i

Aku sudah menemukannya ! datanglah dan temui aku di Jepang.

Aku akan memberitahu alamatnya tapi jangan beritahu Jisoo hyung

Karena sebenarnya ada masalah disini'

Soonyoung mengangkat alisnya. Ia membaca kalimat yang ditulis Seokmin-kekasihnya dengan seksama. Ia tidak mengerti maksud kalimat terakhir.

"Ada apa?" suara Jisoo mengagetkan Soonyoung. Tiba- tiba saja Jisoo sudah berada di hadapannya.

"Ehm tidak ada, aku harus menemui Seokmin di Jepang, dia merindukanku"

"Bolehkah aku ikut? Aku bosan disini"

" Kau mau ikut? Sepertinya tidak bisa hyung"

"Kenapa? Aku punya penginapan disana, berlama lama disini membuatku stress juga, aku butuh udara segar dan suasana baru"

"Tapi hyung-"

"Apa? Ada masalah? Atau ada yang kau sembunyikan? Tenanglah aku tidak akan mengganggu kencan kalian"

"T-tidak bukan itu"

"Apa kau keberatan? Katanya tidak ingin aku terpuruk seperti ini"

"Ehm.."

"Antar aku"

Soonyoung menghela nafasnya, dengan berat hati ia mengangguk untuk menyetujui permintaan hyungnya itu. Ini hal yang langka, biasanya Jisoo tidak akan mau bila disuruh untuk menyegarkan pikiran seperti ini. Ia juga tidak ingin rencananya bersama Seokmin diketahui oleh Jisoo. Sudah 2x Soonyoung tertangkap basah menyelidiki keberadaan Jeonghan. Kali ini tidak boleh terjadi. Apalagi sosok yang dicari sudah ditemukan dan Soonyoung tidak akan membiarkan Jisoo menemuinya sebelum mereka. "Ehm, tapi kau tidak akan ke Jepang dengan kursi roda itu kan?" ledek Soonyoung tetapi Jisoo tidak bereaksi sama sekali, tersenyumpun tidak. Soonyoung kembali mengacak rambutnya

'Sampai kapan aku meladeni mayat hidup' teriaknya dalam hati.

#Seminggu kemudian#

Sudah seminggu sejak setibanya di Jepang membuat banyak perubahan terhadap diri Jisoo. Ia perlahan kembali menjadi Hong Jisoo yang dulu. Ia sudah bisa makan dengan baik, ia sudah bisa tersenyum, bahkan tertawa. Sepertinya Jepang member banyak energy positif terhadapnya. Setidaknya di Jepang ia bisa melupakan Jeonghan, ya untuk sementara.

"Ahjussi ! antarkan aku sekolah !" panggil gadis kecil membuat aktivitas Jisoo berkebun setiap paginya terhenti.

"Hey siapa yang mengajarkanmu menanggilku ahjussi?"Jisoo melepas sarung tangannya dan mengajcak rambut gadis itu, yang hanya tersenyum memamerkan deretan giginya.

"Ayo Rina-chan" Jisoo menggandeng tangan Rina, nama gadis itu. Rina adalah anak bungsu dari Tuan Kim, orang kepercayaan ayahnya untuk mengelola penginapan ini. Penginapan yang letaknya tidak jauh dari pusat kota.

"Kalian mau kemana" Tanya Jisoo pada dua orang yang nampaknya sedang tergesa-gesa. Dua itu Nampak terkejut dengan sapaan Jisoo yang berdiri dibelakang mereka. Mereka hanya berhenti dan mematung.

"Hoshi oppa.. Dokyeom oppa…" Rina menepuk punggung Soonyoung dan Seokmin.

"Jisoo hyung.. Rina-chan… k-kami akan pergi"

"Berkencan"

"Sepagi ini? Bukannya kemarin kalian sudah pergi seharian? Apa itu kurang?"

"Hehe.. kami berangkat dulu" Soonyoung menarik lengan Seokmin tanpa menjawab pertanyaan Jisoo. Jisoo dan Rina menggeleng seperti sudah hapal dengan tindakan mereka.

# # #

"Rina.. belajarlah yang baik, jadilah bintang yang bersinar !" ucap Jisoo. Rina mengangguk seperti sudah terbiasa dengan perkataan pamannya itu. Kata-kata yang selalu diucapkan Jisoo setiap kali mengantar Rina ke sekolah. Semacam penyemangat. "Aku mengerti ! bye ahjussi…" Rina melambaikan tangannya, Ia selalu memanggil Jisoo dengan sebutan 'ahjussi' walaupun Rina adalah orang Jepang, ia tidak mau memanggil Jisoo dengan sebutan lain. Jisoo menggeleng melihat tingkah Rina. Andai saja dia dan Jeonghan memiliki anak, pasti sekarang dia ada bersama Rina untuk bermain bersama.

"Eomma aku tidak mau pulang bersama appa…. Dia lama menjemput… aku tidak mau menunggu" suara anak laki-laki membuat Jisoo penasaran. Ada orang Korea juga yang bersekolah disini.

"Ck.. kau ini jangan seperti itu.. appa sangat sibuk jadi dia akan dating terlambat" tiba-tiba Jisoo terkejut mendengar suara laki-laki lain. Ia lantas menengok kebelakang dan menemukan anak itu bersama 'eomma'nya yang sedang berjongkok menyamakan tingginya dengan anak itu. Namun sayangnya laki-laki itu membelakangi Jisoo. Surau pendek hitam dengan baju santai berwarna biru langit degan celana jeans panjang yang ia kenakan. "Tidak mau ! aku mau eomma yang menjemput !" anak itu berlari dengan raut wajah seperti.. ingin menangis, atau sudah menangis. Anak itu berlari memasuki gerbang tanpa berpamitan dengan sang ibu.

"Y-yak ! Michael-ssi !" prang itu berbalik

Deg !

Nafas Jisoo terasa tercekat.

Dadanya sesak.

Jantungnya hampir meledak.

Tubuhnya sangat kaku sekarang.

"Y-yoon Jeonghan?" panggil Jisoo. Kedua mata mereka bertemu.

Hanya sebentar.

Dan sosok itu pergi.

"Yoon Jeonghan ! berhenti !"

TBC