The Life and The Sun

Disclaimer :

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

The Life and The Sun © Voly Ichi Yama

Warning : Typo(s), Yaoi, BL

Pair : AkaKi

Genre : Romance

Rating : K+

.

.

Bagi Akashi Seijuurou, Kise Ryouta itu; Matahari.

Cerah.

Selalu ceria.

Dan terlalu bersinar.

.

.

.

Bagi Kise Ryouta, Akashi Seijuurou itu; Kehidupan.

Penuh makna.

Tempatnya bergantung.

Dan di situlah lingkaran hidupnya.

.

.

Pernah suatu ketika Matahari menghilang.

Lenyap.

Tak ada seberkas cahaya.

Gelap.

Dan Seijuurou hampir gila dibuatnya.

.

.

Pernah kehidupan mengkhianatinya.

Mengambil cambuk yang menghantam keras pada wajah.

Kemudian pergi tanpa kata.

Membuang dan meninggalkannya.

Ada satu bagian yang hancur saat itu.

Dan Ryouta, lupa bagaimana caranya bernapas.

.

.

Berat untuknya pergi.

Berat untuknya memperlihatkan sisi kejam bagai neraka.

Sulit rasanya ketika tangan-tanga memimilih untuk melepaskan

Dan berat untuk hati meninggalkan sang Matahari.

.

.

Dia tidak pernah tahu arti derita.

Dia tidak pernah tahu arti sakit.

Bahkan jatuh pun tak pernah dialami.

Namun ketika pengkhianatan itu ambil bagian dalam Hidup.

Dia pun kehilangan arti.

Arti dari hidup.

Kehidupannya.

.

.

"Seicchi ingat tidak? Waktu itu pernah meninggalkankukan?"

'Dan itu hal terbodoh yang pernah kulakukan'

"Kurasa saat itu... aku lupa siapa diriku."

'Dan kurasa kau tidak sendiri.'

"Dan aku benar-benar ingin mati."

Tangan-tangan Kehidupan menggapai, menyentuh dan mengelus kedua sisi pipinya, menoreh senyum yang membuat sang Matahari melakukan hal yang sama.

"Atas nama Bapa. Putra terkasih. Dan Bunda Ilahi. Akashi Seijuurou bersumpah di hadapanNya. Dibawah lindunganNya. Dalam kesejahteraan yang Dia curahkan. Bahkan sampai maut memisahkan, aku; Akashi Seijuurou, takkan pernah meninggalkan Mataharinya; Kise Ryouta. Meski ia harus terpanggang karenanya."

Semburat kemerahan muncul.

Tangan-tangan Kehidupan bisa merasakan hangat, yang kemudian mendobrak masuk ke hati.

Matahari mengulurkan kedua tangan, melakukan hal yang sama saat menyentuh kedua pipi sang Kehidupan. Sinar cerah menuntun untuk mempertemukan kening mereka.

"Aku, Kise Ryouta, bersumpah atas nama Bapa, Putra, dan Bunda Ilahi. Akan terus berada di sisi Kehidupan, meski maut memisahkan."

Dua senyum ditarik.

"Ryouta."

"Hm? Nani?"

"Aku mencintaimu."

Seijuurou merasakan hangat, pada kedua tangannya, pipinya, bahkan keningnya.

"Kehidupanku penuh dengan hal bodoh!"

"Namun?"

"Aku terlalu mencintainya ssu!"

Dan kehangatan itu semakin menjadi.

"Bagi Ryouta, Tetsuya itu apa?"

Pertanyaan tabu, bahkan yang keluar dari Kehidupan sekalipun. Dia siap, Seijuurou siap. Dan hatinya sakit saat melihat senyum yang lebih cerah mampir di wajar Mataharinya.

Ryoutanya tersenyum hanya dengan sebuah nama dari orang lain. Bukan hal baru, dan juga bukan hal yang menyenangkan.

"Kurokocchi itu manis, maniiiiissss banget kayak gula!"

Haruskah Kehidupan senang kala Matahari memuji orang lain, meski dialah pemicu hal itu? Kita semua tahu, Kehidupan itu bukanlah hal yang stabil, bukan hal yang tak pernah goyah serta selalu kukuh. Ada kalanya Kehidupan berbalik hanya dalam sepersekian detik.

Dan hal itu pun berlaku untuk Akashi Seijuurou.

"Kalau dalam tata surya, Kurokocchi itu seperti Bulan!"

"Bulan?"

Kehidupan memang bukanlah hal yang stabil, namun semua orang tahu seorang Akashi Seijuurou adalah orang yang kuat. Haram baginya menunjukkan emosi negatif ketika dekat bersama sang Matahari. Bahkan meski perih mulai menusuk ulu hati.

"Itu karena Kurokocchi selalu tenang, dia seperti Bulan yang ada di langit malam. Begitu kelam, begitu hitam, tapi juga begitu cantik. Berbeda sekali denganku."

'Namun perbedaan itulah yang membuatku jatuh.'

"Dan kadang, Kurokocchi penuh dengan Kehidupan."

Seijuurou mengangkat alis, dia memisahkan jarak di antara mereka, dan menemukan redup pada wajah Mataharinya.

Mungkinkah? Hanya mungkinkah...?

"Dia bisa dapat perhatian dari Kehidupan dengan mudah, bahkan dengan keberadaannya yang tak sebesar dan seterang Matahari. Bukankah Bulan tidak memiliki cahaya sama sekali? Bulan mendapat cahaya dari Mataharikan?"

Kehidupan itu diam, dia terus memperhatikan Matahari yang sedikit demi sedikit meredup. Semakin redup.

"Dan seseorang begitu memperhatikannya sampai menanyakan hal ini padaku..."

Tidak tahan untuk terus meredup, Ryouta memalingkan wajah, dia merasa matanya panas, menyenangkan memang ketika membicarakan sahabat terbaiknya, dan bagian yang pernah hancur kembali merasakan sakit.

Apakah Kehidupan sekali lagi akan pergi darinya.

Jika itu terjadi, jika itu yang akan terjadi...

"Ryouta tahu Matahari itu adalah Bintang besar?"

Perlahan kedua iris beralih, melirik sang Kehidupan dari ujung matanya.

"Bintang besar yang memberi cahaya pada banyak benda-benda langit yang lain?"

Kini wajahnya kembali menatap sang Kehidupan, meski raut merajuk masih kental di sana.

Mungkin matahari sedang panas.

"Pada Bulan, pada Bumi, bahkan pada Planet terjauh sekalipun. Dia begitu dekat, begitu bersinar, dan semua bisa menikmatinya."

Ryouta ingin protes, mengatakan jika semua itu salah, karena Kehidupan jauh lebih dekat dengan yang lainnya.

"Semua bisa menikmatinya. Bahkan hal yang tidak memiliki Kehidupan."

"..."

"Ryouta, ingin ingin tahu kenapa aku meninggalkannya waktu itu?"

"..."

"Kehidupan itu tidak selamanya selalu kukuh. Ada kalanya, hal kecil membuatnya berbalik, goyah bahkan labil."

Ada rasa bersalah tertangkap oleh kedua iris Matahari, dan entah bagaimana hal itu justru membuatnya merasa hangat.

Senang.

"Aku cemburu."

Dan sakit.

"Seicchi meninggalkanku setahun penuh."

Air matanya turun, entah sebagai substitusi rasa yang mana.

"Itu penyesalan terbesarku."

"Apa Seicchi tahu bagaimana aku menjalani hidup, ketika dia membuangku? Ketika dia melepaskanku?"

"Sumpahku, itu takkan pernah terulang lagi."

"Apa Seicchi tahu... aku... aku... aku hanya ingin terikat dengannya?"

Untuk kesekian kalinya. Bukan yang pertama, namun selalu membuat Kehidupan membuka mata.

Menoreh senyum, kemudian merengkuh sinar terang Matahari dengan kedua tangannya.

Tangan-tangan Kehidupan.

"Diterima."

.

.

Mungkin Matahari bergantung penuh pada Kehidupan.

Namun teori lain mengatakan;

Matahari adalah penentu keteraturan Hidup.

Dan satu hal yang selalu dicatat oleh Akashi Seijuurou;

Matahari itu terlalu bersinar. Matahari itu selalu ceria. Matahari itu cerah.

Kise Ryouta adalah Mataharinya.

Orang bijak berkata;

Tidak akan ada Kehidupan tanpa Matahari.

Untuk Seijuurou;

Semua tak lagi berarti tanpa adanya Kise Ryouta di sisinya.

Ryouta, adalah satu-satunya keteraturan dalam hidupnya.

Kehidupannya.

「FIN」