Setting ceritanya adalah di alternate world Japan jadi bukan dunia yang kita kenal. Untuk yang pernah nonton Downton Abbey, kira-kira seperti itulah dunianya. Kagema adalah sebutan untuk pelaku prostitusi pria di jaman Edo.

Disclaimer: I don't own Kuroko no Basket. I don't make money from writing this fanfiction.

Dream of the Red Mansion

Chapter I

Keluarga Akashi adalah keluarga bangsawan paling kaya dan berpengaruh di seantero Jepang yang dipimpin oleh Akashi Seijuurou. Sang kepala keluarga merupakan seorang pria yang sangat tampan dan sangat berwibawa. Ia juga sangat cerdas dan ahli ilmu bela diri. Dibawah kepemimpinannya, kekayaan keluarga Akashi berlipat ganda ratusan kali lipat.

Akashi Seijuurou juga memiliki empat istri. Sebenarnya sih satu istri dan tiga gundik. Pria kaya raya seperti dirinya memang biasa memiliki banyak gundik. Wanita-wanita muda cantik yang siap melayaninya kapan saja.

Istri pertama atau istri resminya bernama Kuroko Tetsuya atau Akashi Tetsuya sekarang, yang sebenarnya juga laki-laki sama seperti Akashi Seijuurou sendiri. Hanya saja, Tetsuya memiliki wajah cantik rupawan dengan tubuh ramping dan kulit seputih susu. Ia juga memiliki mata biru besar dan rambut berwarna senada yang halus. Penampilan Tetsuya dari luar boleh kelihatan lembut dan halus tapi aslinya ia kalau bicara selalu blak-blakan dan mulutnya bisa setajam pisau.

Seijuurou menjadi tertarik, lalu terpesona dan akhirnya terjerat oleh kepribadian yang tak pernah ia jumpai sebelumnya. Ia tidak tertarik dengan kecantikan Tetsuya. Memang Seijuurou mengakui kalau Tetsuya itu cantik. Tapi semua wanita yang pernah ia kencani atau miliki itu cantik, beberapa bahkan jauh lebih cantik dari Tetsuya. Tapi tak ada satupun yang memiliki sifat seperti Tetsuya.

Pertemuan mereka tak sengaja terjadi. Waktu itu hujan lebat semalaman dan jalanan menjadi licin. Tetsuya yang tengah pulang sehabis belanja bahan makanan terpeleset dan hampir saja ditabrak oleh mobil Seijuurou. Kedua orangtua Tetsuya membuka kedai makan kecil dan Tetsuya selalu membantu, baik membantu belanja bahan makanan di pasar, memasak dan melayani pelanggan. Sejak pertemuan pertama itu, Seijuurou suka mampir ke tempat makan milik keluarga Tetsuya.

"Apa yang Akashi-sama lakukan disini?" tuntut Tetsuya.

Dalam beberapa hari Seijuurou selalu datang pas jam makan siang. Awalnya Tetsuya tidak menaruh curiga sama sekali. Ia bahkan senang bahwa bangsawan seperti Seijuurou bersedia datang ke kedai makan keluarganya yg sederhana. Namun, hal itu berubah begitu Tetsuya sadar bahwa Seijuurou datang hanya untuk menemuinya. Ia bisa memanfaatkan waktunya untuk melayani tamu atau membantu bersih-bersih dibandingkan meladeni Seijuurou.

Semua pengunjung langganan di kedai makan itu sibuk menggunjingkan keberadaan Seijuurou. Bahkan banyak orang-orang yang sengaja datang hanya untuk melihat kepala keluarga Akashi dari dekat. Tentu saja acara gosip menggosip itu dilakukan ketika orang yyang bersangkutan tidak ada. Bagaimanapun mereka masih sayang nyawa.

"Apa begitu caramu memperlakukan tamu, Tetsuya?" balas Seijuurou santai. Ia duduk sendiri disalah satu meja di kedai makan itu. Tak ada pengunjung lain yang berani duduk didekatnya.

Tetsuya kesal sekali meskipun wajahnya tetap saja datar seperti biasa. Mana mungkin Seijuurou itu tamu biasa yang makan di tempatnya? Seijuurou selalu mengenakan pakaian Barat setiap kali ia datang. Pakaian yang hanya dikenakan orang kaya. Bahkan ia selalu datang naik mobil. Mana ada orang biasa yang punya mobil. Dan lagi siapa yang memberi Seijuurou ijin untuk memanggil nama depannya? Sungguh tidak sopan.

"Akashi-sama tidak usah datang kesini lagi," ujar Tetsuya tegas.

"Kau mengusirku?"

"Iya." Jawab Tetsuya tanpa basa-basi.

"Wah, wah. Nyalimu besar sekali." Seijuurou menyeringai. "Apa kau tidak tahu siapa aku?"

"Akashi Seijuurou, kepala keluarga Akashi, keluarga bangsawan paling kaya dan berkuasa di Jepang." Ujar Tetsuya dengan nada seakan-akan membaca berita di koran. "Tapi aku tidak peduli. Akashi-sama hanya menggangguku dan juga tamu-tamu disini. Jadi jangan muncul disini lagi."

"Apa kau tidak takut aku akan menghancurkan usaha keluargamu?" tanya Seijuurou penasaran. Ia belum pernah bertemu orang seperti Tetsuya sebelumnya, yang bicara dengan sangat terus terang dan tidak menjilatnya. Kalau orang lain pasti sudah memohon-mohon pada Seijuurou sekarang.

"Aku hanya bicara sejujurnya," balas Tetsuya. "Kami hanya orang kecil yang mencari makan. Aku tidak tahu apa yang menarik bagi Akashi-sama disini tapi kehadiranmu hanya mengganggu."

Seijuurou menatapnya lama sekali, seakan-akan berusaha menilai dirinya.

Tetsuya balas menatapnya tanpa rasa gentar.

"Kau menarik sekali, Kuroko Tetsuya," ujar Seijuurou akhirnya. Setiap kali datang, ia selalu memesan makanan dan membayar lebih namun hanya dimakan sesuap. Hal itu sangat menyebalkan bagi Tetsuya. Buang-buang makanan seperti itu sungguh tak patut. Orangtuanya juga sudha capek-capek memasak. Sebenarnya sih, makanan itu tak habis karena Seijuurou lebih tertarik meladeni Tetsuya dibandingkan dengan makanannya.

"Aku bukan mainan," ketus Tetsuya.

"Kau belum menjadi mainanku," koreksi Seijuurou. Ia menyeringai. Mata emas dan merahnya berkilat. "Aku selalu memperoleh apapun yang kuinginkan." Ia bangkit berdiri dari kursinya. "Aku akan datang lagi besok, Tetsuya."

XXXXXXXXXXXXXXX

Sesuai yang dikatakannya, Seijuurou benar-benar muncul lagi keesokan harinya.

"Apa mau Akashi-sama sebenarnya?" tuntut Tetsuya. Ia kesal bukan main. Apalagi setelah konfrontasinya dengan Seijuurou kemarin malah ia yang ditegur kedua orangtuanya. Mereka takut kalau Seijuurou tidak terima dengan perlakukan Tetsuya dan balas dendam.

"Aku menginginkan Tetsuya." Jawab Seijuurou dengan santai.

"Aku tidak tertarik. Ada banyak orang diluar sana yang pasti dengan senang hati bersama dengan Akashi-sama. Silakan Akashi-sama pergi dari sini."

Kedua orangtuanya menatap Tetsuya dengan cemas. Mulut Tetsuya tak pernah bisa ditahan dari dulu. Mereka sangat khawatir sekarang.

Seijuurou mengangkat alisnya. Sejauh yang ia ingat belum pernah ada satupun orang yang menolak dirinya. Malah mereka rela melakukan apa saja untuk memperoleh perhatian dari Seijuurou. Tentu Seijuurou memanfaatkan hal itu. Tubuh mulus halus dan pelayanan ranjang dibayar dengan perhiasan mewah dan uang. Semua sama-sama senang. Tak ada yang dirugikan.

"Mulutmu memang tajam ya."

"Dari dulu selalu begitu."

Mereka saling menatap. Tidak ada satupun yang mau mengalah.

Akhirnya orangtua Tetsuya yang melerai. "Tetsuya-kun," panggil Kuroko Haruna takut-takut. "Tolong antarkan pesanan ke meja yang disana, ya."

"Baik, okaasan." Tetsuya masih mendelik pada Seijuurou sebelum pergi mengantar baki berisi makanan ke meja pengunjung lain. Sayangnya karena ekspresi wajahnya yang datar, delikan itu malah membuat wajahnya jadi lucu dan menggemaskan.

"Tolong maafkan putra kami, Akashi-sama." Kedua orangtua Tetsuya memohon maaf. "Anak itu bicaranya memang begitu. Tapi ia tak bermaksud apapun."

"Justru sebaliknya. Ia sungguh-sungguh dengan ucapannya," ujar Seijuurou yang masih menatap Tetsuya tanpa berkedip.

Kuroko Takumi dan Kuroko Haruna hanya bisa diam, tak berani berkata apapun. Dalam hati berdoa untuk keselamatan putra tunggal mereka.

XXXXXXXXXXXXXXX

Setelah tiga hari tak muncul, eh Seijuurou datang lagi. Padahal awalnya Tetsuya sangat senang. Ia mengira Seijuurou takkan muncul lagi dihadapannya. Sejujurnya Tetsuya sudah pernah membaca dan juga mendengar cerita tentang Akashi Seijuurou. Menurut Tetsuya ia sangat hebat. Berbakat dalam segala hal. Seijuurou benar-benar cerdas. Ia bukanlah bangsawan malas yang hanya tau menghambur-hamburkan uang. Keluarga Akashi bisa ada diposisi sekarang adalah berkat kerja keras Seijuurou.

Tapi cerita petualangan cinta Seijuurou juga tak kalah dengan berita kehebatannya di dunia bisnis. Selain kaya raya dan cerdas, Seijuurou juga sangat tampan. Wanita-wanita cantik silih berganti jatuh di pelukan Seijuurou. Tak pernah ada habisnya. Dan Tetsuya tidak berminat untuk menjadi mainan Seijuurou. Ia memang orang biasa dan keluarga Kuroko tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keluarga Akashi. Tapi itu bukan berarti Seijuurou bisa bertingkah seenak hatinya.

"Aku keluar kota untuk urusan bisnis kemarin," jelas Seijuurou tanpa diminta.

"Aku tidak bertanya," ketus Tetsuya.

Seijuurou sudah duduk di tempatnya yang biasa di kedai kecil tersebut. Ia kelihatan sangat tampan seperti biasanya.

"Dan aku membeli oleh-oleh untukmu." Seijuurou mengulurkan sebuah kotak dan membukanya. Isinya sebuah kalung berupa untaian batu permata biru yang cantik sekali. Harganya pasti luar biasa mahal. Seijuurou mengangkat kalung itu dan mendekatkannya ke Tetsuya. "Lihat, matamu semakin biru jadinya. Indah sekali."

"Terima kasih, Akashi-sama. Tapi aku tidak bisa menerimanya," tolak Tetsuya.

"Kenapa tidak?"

"Aku bukan kagema. Dan aku tidak berminat menjadi simpanan atau gundik." Tetsuya masih punya harga diri.

"Kau percaya diri sekali. Apa aku pernah bilang berniat menjadikanmu gundik?"

Tetsuya menatap Seijuurou datar. "Aku bukan orang tolol." Ucapnya kesal.

Memangnya dia itu tidak bisa mengira alasan Seijuurou suka menerornya setiap hari apa? Satu lagi yang menyebalkan bagi Tetsuya adalah penampilan fisiknya yang mirip wanita. Kalau ia terlahir di keluarga miskin bisa jadi Tetsuya sudah dijual ke rumah bordil atau rumah minum teh yang menyediakan jasa prostitusi untuk bertahan hidup.

Seijuurou terkekeh geli. "Tentu saja bukan. Bahkan boleh dibilang kau cerdas sekali."

Tetsuya mengerjabkan matanya. Apa ia tidak salah dengar? Seijuurou baru saja mengatakan kalau ia itu cerdas?

Seijuurou memasang pose berpikir. "Hmmm...kalau tidak berminat menjadi gundik. Apa kau mau menjadi istri resmiku?"

"Tentu," jawabnya asal. Ia sudah kesal sekali. Apalagi ditambah dengan pertanyaan tak masuk akal dari Seijuurou. Istri resmi? Sejak kapan Seijuurou bisa melawak seperti itu? Bahkan bayi yang baru lahir juga tahu kalau bangsawan kaya seperti Seijuurou hanya akan menjadikan gadis dari keluarga bangsawan yang setara dengannya untuk menjadi istri resmi. Istri satu-satunya yang diakui dan muncul di umum. Sedangkan gundik-gundik tersembunyi dirumah, tak memiiki hak dan kedudukan.

Satu sudut bibir Seijuurou naik ke atas. "Tetsuya pintar sekali bernegosiasi ya."

Tetsuya mendengus. Entah apa yang sedang dimainkan Seijuurou disini. Ia berharap Seijuurou cepat angkat kaki.

"Tapi baiklah. Tetsuya menarik sekali. Aku pasti tidak akan bosan." Dan dengan ucapan tersebut, Seijuurou pergi begitu saja.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Tetsuya terkena batunya seminggu kemudian. Rombongan besar keluarga Akashi dan bibi perantara benar-benar datang melamar dirinya untuk menjadi mempelai Akashi Seijuurou. Tetsuya kaget sampai tak bisa bicara. Ia tak menyangka Seijuurou serius dengan ucapannya. Masih bagus Tetsuya tak pingsan di tempat. Kedua orangtuanya menerima lamaran itu dengan kebingungan. Namun tak berani menolak karena masih sayang nyawa dan nama baik. Entah mimpi apa mereka semalam sampai anak semata wayang bisa memperoleh suami seperti Akashi Seijuurou.

Tetangga sekitar rumah dan pelanggan kedai makan semuanya heboh, kaget bukan kepalang. Ia, Kuroko Tetsuya, rakyat jelata anak pemilik kedai makan kecil, akan menjadi Akashi Tetsuya, istri resmi kepala keluarga bangsawan Akashi. Hal seperti belum pernah hal ini terjadi sebelumnya.

Seminggu setelah acara lamaran, ia resmi masuk ke kediaman keluarga Akashi. Setelah upacara pernikahan dan juga resepsi yang hanya mengundang teman dekat Seijuurou, mereka berdua akhirnya memasuki kamar tidur yang akan digunakan pada malam pertama. Setelah malam pertama, baik Seijuurou maupun Tetsuya akan tidur di kamar masing-masing.

"Tumben sekali kau diam," komentar Seijuurou.

Tetsuya mendelik pada suaminya. Baru kali ini ia melihat Seijuurou dalam hakama tradisional Jepang dan bukannya pakaian Barat. Tetsuya sendiri mengenakan kimono mempelai berwarna putih karena ia berperan sebagai istri. Dan Seijuurou adalah suaminya sekarang. Ia mencubit pipinya sendiri. Apa ini kenyataan? Ouch. Nyeri. Ternyata bukan mimpi.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Seijuurou heran.

"Aku pikir ini mimpi," ucapnya polos.

Seijuurou menatapnya heran dan lalu tertawa terbahak-bahak. "Astaga," ujarnya geli. "Kau ini lucu sekali."

"Aku tidak lucu," Tetsuya merasa tersinggung.

"Tidak," balas Seijuurou. "Kau benar-benar lucu."

"Aku tidak mengerti kenapa Seijuurou-san menikahiku," kali ini Tetsuya berterus terang seperti biasa.

Ia sangat penasaran. Kenapa Seijuurou memilihnya dari semua orang yang bisa dimilikinya? Kenapa Seijuurou bersedia menjadikannya yang hanya rakyat jelata sebagai istri?

"Kau betul mengenai satu hal," ujar Seijuurou. "Aku bisa memiliki siapapun. Tapi tidak ada yang menarik dan lucu dan juga cerdas seperti Tetsuya. Dan yang paling penting, kau tidak tergila-gila dengan uang maupun kedudukan yang bisa kuberikan. Keluarga Akashi akan aman ditanganmu. Tapi bagaimanapun, kau tidak bisa memberiku keturunan."

Tetsuya terdiam kali ini.

"Jadi aku akan memiliki gundik-gundik untuk memberiku keturunan."

"Gundik-gundik?" Berarti bukan hanya satu tapi bisa dua, tiga atau sebanyak yang Seijuurou inginkan.

"Selama ini aku tidur dengan siapapun yang kusuka. Tapi setelah menikah, tentu aku tidak bisa melakukannya lagi. Jadi aku akan menjadikan wanita yang menarik perhatianku sebagai gundik."

Tetsuya sungguh tak menyangka bahwa ia akan menjadi bagian dari sistem yang selama ini ia benci. Ia hanya bisa terdiam dan merenungkan nasibnya.

"Tapi Tetsuya tidak usah khawatir. Istri resmiku hanya satu. Kedudukan sebagai Nyonya keluarga Akashi selamanya adalah milikmu." Seijuurou melanjutkan tanpa rasa bersalah. Bagi dirinya dan juga masyarakat, pergundikan adalah hal biasa dan Tetsuya sebagai istri tidak boleh protes dan hanya bisa pasrah menerimanya. "Begitu juga dengan keturunanku semuanya akan dibesarkan olehmu. Anak-anakku dari gundik manapun hanya memiliki satu ibu dan itu adalah dirimu."