[Singapura, 19 Mei 2015]
Seorang pria berusia 24 tahun berlarian menyusuri lorong rumah sakit dengan tergesah-gesah dengan peluh yang membanjiri tubuhnya tak peduli dengan terguran dari beberapa orang yang tidak sengaja ia tabrak.
Sepasang obsidan hitam miliknya melihat kesana-kemari, melihat nomor-nomor yang tertera disetiap pintu.
305
"Tiga ratus lima." gumamnya membaca nomor yang tertera disalah satu pintu. Pria itu kembali berlari sambil menghitung nomor-nomor yang ada di pintu.
"Tiga ratus enam, tiga ratus tujuh, tiga ratus delapan, tiga ratus sembilan, tiga ratus se..." mata pria itu sedikit berbinar dan langsung menerobos pintu bernomor 310.
"Ayah!" teriaknya setelah masuk dan melihat sosok pria paruh sedang terbaring lemah ditempat tidurnya dengan ditemani oleh seorang pria yang usianya 30-an dan wanita berkerudung coklat yang berusia 45 tahun.
"Sasuke." gumam pria itu. Pria bernama Sasuke berjalan mendekat lalu salim dengan lalu mencium punggung tangan pria paruh baya itu dengan penuh cinta.
"Ayah maaf, aku datang terlambat." ucap Sasuke menyesal.
"Tidak apa, karena ayahlah yang seharusnya meminta maaf pada mu." katanya dan membuat Sasuke menundukkan kepalanya.
"Usia ayah mungkin tak akan lama lagi dan ayah ingin meminta maaf padamu, atas se-"
"Ayah."
"Dengarkan ayah Sasuke." Sasuke bungkam kemudian duduk dikursi yang tadi ditempati oleh kakanya yang baru saja berdiri dan meminta Sasuke untuk duduk.
"Ayah sangat jarang memperhatikan mu. Bahkan sejak kamu kecil, ayah juga sangat jarang menemani mu. Maafkan ayah." Sasuke terdiam dan tak peduli dengan setetes liquid bening yang jatuh dari kelopak matanya. Dia terus menggenggam erat tangan kanan ayahnya.
Sasuke sadar sangat sadar. Bahwa ayahnya, Uchiha Fugaku sangat menyayangi Uchiha Itachi, kakak sulungnya. Sasuke tak pernah dimanja karena dia tidak sejinus Uchiha Itachi.
"Ayah bangga karena kamu berhasil meraih S2 kedokteran dengan predikat terbaik. Ayah bangga saat kamu berhasil melakukan operasi untuk cucu kaisar yang dinyatakan tidak akan berhasil. Ayah bangga saat teman-teman ayah memujimu karena kemampuan mu. Ayah bangga saat kamu berhasil menemukan vaksin untuk virus berbahaya..."
Air mata Sasuke semakin deras mengalir, tak berani menatap mata sang ayah yang memiliki warna yang sama dengannya.
"Tapi ayah serakah. Ayah ingin kau sukses dibidang bisnis dan bukan kedokteran. Ayah melakukan banyak cara agar kau bisa memegang salah satu perusahaan yang ayah miliki. Bukannya membangunkan mu rumah sakit besar dengan fasilitas yang lengkap. Sebagai hadiah karena ayah bangga." Setetes air mata jatuh dari kelopak mata Fugaku dan mengeratkan genggaman tangannya dan tangan Sasuke.
"Ayah menjodohkanmu dengan Shion yang jelas-jelas hanya mencintai uang mu saja dan bukan dirimu. Maafkan ayah."
"Sudahlah ayah, tak apa. Aku mengerti. Aku mohon jangan meminta maaf seperti ini padaku, ayah tak salah. Akulah yang salah karena tidak menuruti permintaan ayah. Aku membangkan kepada ayah." ujar Sasuke sendu menatap keadaan ayahnya yang semakin melemah.
"Sasuke." panggil Fugaku.
"Iya ayah." sahut Sasuke.
"Maukah kau menikah dengan anak teman baik ayah. Ayah ingin melihat mu menikah sebelum ayah pergi." Sasuke menangis dalam diam mendengar penuturan sang ayah dan mengangguk sebagai jawaban iya karena untuk kali ini saja, dia akan menuruti permintaan ayahnya dan tidak akan menolak seperti sebelum-belumnya.
Itachi yang berdiri dibelakang Sasuke menatap kedua bola mata Fugaku tidak percaya. apa ayahnya tak ingat kejadian beberapa bulan yang lalu? Shion mengejek Sasuke tepat didepan Fugaku dan Itachi yang saat itu lewat disamping mereka. Shion marah dan meminta pertunangan mereka dibatalkan karena Sasuke menolak menjadi salah satu direktur perusahaan terbesar di Asia dan memilih jabatan dokter yang menurut Shion hanya bergaji kecil. Sasuke saat itu marah dan hendak menampar pipi Shion namun dicegah Itachi.
Itachi mendengus kesal dan mengusap rahangnya kasar.
"Sasuke." panggil Itachi.
"Aku akan menikahi putri teman ayah." ujar Sasuke menyutujui dan mendapat delikan tajam dari Itachi.
"Ayah yakin kau tidak akan menyesal Sasuke karena dia berbeda dari Shion. Maka dengan pernikahan ini ayah bisa tidur dengan tenang nanti." Fugaku tersenyum sendu menatap Sasuke lalu Itachi kemudian Mikoto, istrinya.
"Iya ayah." Sasuke mengangguk.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Assalamu'alaikum Cinta Sejati
Pair . SasuSaku
T
Islami . Romance . Drama . Humor
Naruto © Masashi Kishimoto
Assalamu'alaikum Cinta Sejati © Mitsuki HimeChan
Baturaja, 20 Mei 2016
Sumatra Selatan
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Perhatian!
Dilarang keras untuk Baper!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Cerita ini murni hasil dari pemikiran sang author dan bukan hasil plagiat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading and Don't Like? Don't Read!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Prolog
.
.
.
.
.
.
.
[Yogyakarta, 15 September 2014]
Sakura Haruno adalah nama lengkap seorang gadis cantik keturunan Mesir-Jepang. Usianya baru saja menginjak 17 tahun beberapa bulan yang lalu dan sekarang duduk dibangku kelas dua SMA suwasta dan terfavorite di kota Yogyakarta. JS High School adalah sekolah suwasta yang didirikan oleh salah satu perusahaan asing asal Jepang. dan JS sendiri singkatan dari Jepang-Sakura.
Dia cantik dan anggun. Parasnya yang ayu membuat siapapun terpesona. Tapi jangan lihat cover depannya saja tapi lihatlah juga sifat aslinya. Cover. Seperti yang tadi sudah author jelaskan. Cantik, anggun, mempesona, terlihat alim. Dan didalamnya...
Dia gadis yang aktif dalam beberapa organisasi seperti organisasi disekolah contohnya OSIS sebagai anggota sekbid satu bidang keagamaan dan sebagai PJ Akhwat di ROHIS. Untuk organisasi diluar ia mengkuti AROYA singkatan dari Aliansi Rohis Yogyakarta. Lalu One Day One Juz (kadang aktif kadang enggak) dan Forum Sastra Indonesia Islami yang sering disingkat FSII, Forum ini adalah tempatnya para penulis muda berkarya.
Yap dia gadis yang cantik. Dan satu hal lagi. Dia pencinta Anime Jepang dan drama Korea jadi wajar kalau dia juga pecinta cogan-cogan berkulit putih dan betubuh seksi. Setiap melihat cowok ganteng dikit, ckckck matanya langsung gak bisa lepas dari pemandangan yang menurutnya indah. Luar kelihatan alim tapi tidak didalam. Jadi readres jangan lihat luarnya ya tapi dalemnya. Tapi bukan organ dalamnya tapi sifat aslinya okey?
Sakura duduk diam disalah satu kursi yang ada dikantin sambil menatap pria yang super tampan dan berkulit putih bak salju dengan tatapan sendu. Lihatlah beberapa gadis centil mulai bersorak ria saat melihat kedatangannya. Shimura Sai namanya. Pemuda kelahiran Indo-Jepang. Dialah putra dari pemilik sekolah ini. Sakura pernah berpacaran dengan Sai beberapa bulan yang lalu.
Sai datang kerumahnya untuk berkujung dan tanpa diduga pemuda yang dia sukai sejak SMP itu menyatakan cinta padanya. Oh tentu saja Sakura menerimanya dengan hati gembira bahkan dia berlompat-lompat didalam rumah setelah kepergian Sai.
Tapi beberapa bulan yang lalu mereka putus karena Sai yang ingin fokus sekolah terlebih dahulu padahal jelas alasannya. Karena ayah Sai tidak suka dengan Sakura yang hanya siswi beasiswa. Sakura bisa masuk karena ke akhliannya yang selalu membawa nama JS High School selalu harum dibidang olah raga bela diri Karate, lalu bidang seni lukis dan sastra. Dan untuk nilai akademik angka 10 sampai 60 adalah sahabat terbaiknya.
"Oi!" seru Ino gadis keturunan Jerman-Indo. Oh begitu banyak manusia blasteran disekolah ini jadi wajar banyak cecan dan cogan dari JSHS begitu dipuja-puja siswa dari sekolah lain. Termasuk Ino. Cantik seperti barbie lihat saja bodynya yang aduhai bak gitar spanyol. Jadi wajar kalau dia jadis gadis sampul majalah. Bahkan Ino sudah direkrut kerja oleh perusahaan asal Korea untuk dijadikan foto model mereka tapi Ino ingin sekolah terlebih dahulu jadi jika ada waktu luang Ino akan otw ke Korea hanya untuk berfoto ria.
"Apa?" sahut Sakura cuek.
"Aish kau belum bisa move on dari Sai." ejek Ino dan duduk berhadapan dengan Sakura.
"Ck sudahlah." ketus Sakura dan mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Jiah penanggung jawab rohis yang setiap hari berteriak no pacaran kini terlihat galau karena tak bisa move on hahahaha..."
"Cih! Bukan aku baka tapi itu tugas departemen dakwah. Aku hanya menjalakan tugasku dengan baik. Mana mungkin aku teriak sana-sini no pacaran tapi aku sendiri pacaran, itu tidak mungkin." gerutu Sakura dengan kesal membuat Ino kembali tertawa.
"Ya ya ya aku tahu lalu ku dengar kau pacaran sama salah satu siswa SMK. Apa benar?" Sakura mengangguk sebagai jawaban.
"Cih kau menjadikannya pelampiasan. Dan kau tidak memberitahuku!" Sakura mendelik kesal melihat Ino.
"Dia tidak terlalu tampan tapi aku pernah mengatakan padamu kan bahwa aku mencintai orang tidak pernah melihat fisik. Setidaknya dia sama denganku sama-sama dari kalangan biasa bukan seperti aku dan Sai." timpal Sakura dan suaranya terdengar sendu diakhir kalimat. Ino tersenyum miris, tentu dia tahu hubungan Sakura dan Sai itu seperti apa. Mereka masih saling mencintai tapi ayah Sai sangat menjunjung tinggi apa itu 'kasta'.
"Sudahlah." kata Ino mencoba untuk menghibur.
"Kau tahu Ino, tentang pacarku satu ini?" tanya Sakura dan Ino menggeleng pelan.
"Dia pembohong tingkat dewa." Ino mendengus geli. "Seperti apa dia berbodong dengan mu?" tanya Ino menahan tawanya.
"Dia mengaku sebagai intel padahal usianya baru tujuh belas tahun bahkan dia mengaku tangan kanan kapolri. Dia sering menjalankan misi untuk mencari informasi dan sebagai penembak jitu. Dan menurutku julukan kasaranya adalah anjing polisi." Ino tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya.
"Bahkan orang dengan title S2 pun belum tentu bisa menjadi tangan kanan kapolri. Oh pembohong kelas teri dan parahnya dia tidak tahu sebutan orang yang memegang Sniper. Dia berbohong dengan orang yang salah. Karena kau tahu dia sedang berbicara dan berhubungan dengan orang yang bersekolah di JSHS dengan julukan sebagai penulis cerpen action terbaik di Yogyakarta." Ino kembali tertawa keras tak peduli beberapa penghuni kantin menatapnya aneh binti amit-amit.
"Hahahaha dia benar-benar gila."
"Dan yang lebih gila lagi ternyata semua anak kelas satu disekolahnya pernah ia kencani semua." Sakura meminum jusnya hingga setengah.
"Ah aku tahu siapa pria itu. Coba aku tebak, Doni Saputra'kan? Playboy kelas kakap dari kasta- ups!" Sakuar diam tak peduli.
"Sebaiknya kau putus dengannya Sakura. Dia bukan pria yang baik bahkan aku pernah dengar dia pernah tidur dengan perempuan saat kemah pramuka tahun lalu meski hanya bobok bareng ala-ala tuan putri dengan pangeran. Kau tahu maksudku? Bobok saling berpelukan seolah-olah dunia ini milik mereka berdua."
"Aku tahu salah satu pacarnya mengirimi aku pesan singkat kemarin dan memintaku untuk putus dengan Doni."
"Wah sugoi!"
"Kau tahu pesan yang ku kirim kepada anak itu kemarin seperti apa?" Ino menggeleng.
"Ini." Sakura menyerahkan ponselnya kepada Ino dan Ino kembali tertawa membacanya.
[Fira]
Kak, aku cinta banget kak sama dia, aku gak tahu harus berbuat apa kalau hidup tanpa dia.
Aku yang selalu mencintaimu. Fira3Doni
[Sakura]
Ya ampun dek, cowok di dunia ini banyak dan bukan dia saja, masa depan mu masih panjang. Lagipula kakak gak terlalu cinta sama dia, kakak juga bakal putus sama dia karena kakak memikirkan masa depan kakak.
[Fira]
Gak tahu kak aku udah cinta banget sama dia.
Aku yang selalu mencintaimu. Fira3Doni
[Sakura]
Ya udah dek, kalau kamu memang cinta sama dia dan tak bisa hidup tanpa dia, ambilah dek simpen dalam tas atau lemari kaca, jaga baik-baik. Semoga kau dan dia bahagia 'selamanya' kakak sangat rela, rela banget melepaskannya untukmu. Dan semoga masa depanmu bahagia dan cerah seperti langit biru yang ada matahari.
"Sumpah ni anak, ampun deh." Ino tertawa dan kembali menyerahkan ponsel Sakura.
"Dan yang aku suka itu tanda tangan yang ada di pesan itu 'Aku yang selalu mencintaimu. Fira love Doni.' Ya tuhan ini jaman apa lagi, masih pakai tanda tangan di pesan." Sakura kembali bergerutu.
"Sudahlah Sakura, sekarang kita masuk kedalam kelas dan belajar sks kalau sempat, karena kau tahu hari ini kita ulangan harian Kimia dan jangan sampai kau jadi bulan-bulanan Orochimaru-sensei seperti kemarin karena kau tidak tahu sama sekali pengertian larutan." Sakura tersenyum lebar.
"Orochimaru itu sangat menyenangkan saat mengajar bahkan dia sering membuat lelucon yang cukup basi tapi seru dan sayangnya dia bukan guru sejarah." ujar Sakura kemudian berdiri dari duduknya.
"Aku tahu kalau kau itu pencinta sejarah dunia tapi Sakura kau itu kelas IPA bukan IPS." timpal Ino dan ikut beranjak dari duduknya.
"Ya dan rasanya aku ingin sekali datang menemui guru-guru yang sudah merekomendasikan ku kelas IPA dan memberi mereka kado terindah."
"Jangan bilang kalau isinya kodok hijau seperti kado yang kau berikan kepada Kiba tahu lalu." Sakura terkikik geli. Ya Sakura ini sangat jahil kepada teman-temannya tapi semua temannya tidak pernah marah atau kesal malah mereka semakin akrab disetiap detik. Dan hanya orang-orang terdekatlah yang tahu sifat asli Sakura.
"Mulai saat ini aku tidak akan pacaran lagi dan fokus sekolah karena aku harus berjuang untuk membanggakan ayah dan kalau bisa nanti aku ta'aruf aja seperti di film-film islami yang pernah aku lihat."
"Semoga kau beruntung Saki." Sakura tersenyum dan mereka berjalan bersama-sama menuju ruang kelas mereka karena lonceng pertanda istirahat telah berakhir sudah berbunyi.
.
.
Sejak hari itu Sakura berjanji pada dirinya sendiri untuk berhenti pacaran dan fokus belajar apalagi saat ini dia berada di semester 3 dan harus rajin belajar karena ditahun 2016 dia harus mengikuti ujian kelulusan. Sakura terus mengejar prestasi melalui kegiatan ekskul yang dia ikuti dan nilai akademik mengikuti, meski nilai dengan angka 10 sampai 60 masih setia mengisi bukunya Sakura tidak pernah putus asa untuk belajar bahkan Ino terus mengajari Sakura dengan penuh kesabaran tingkat atas tapi itu berdampak pada nilai hitung-hitungan Sakura yang mulai meningkat meski hanya beberapa angka seperti 70, 75, 71, atau 65 paling kecil. Bahkan Ino cukup bersyukur karena Sakura masih bisa menghitung jumlah uang kalau tidak ia tidak akan tahu jumlah dari uang pecahan seribu rupiah dikurang lima ratus rupiah
Ino selalu ingin tertawa saat melihat Sakura bergerutu saat ia bilang ia bersyukur karena Sakura bisa menghitung uang. Dan kalian tahu kenapa Sakura bisa menghitung uang? Karena dia mata duitan tapi bukan matre, dia mata duitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan juga uang sekolah.
Hingga hari itu tiba.
.
.
.
.
Hari ini tepat tanggal 27 Mei 2015. Ujian kenaikan kelas telah selesai Sakura ikuti dan tinggal menunggu detik-detik dimana ponselnya akan bergetar dan mendapat informasi bahwa dia harus remedi Matematika, Kimia, Fisika, Biologi dan Bahasa Inggris. Karena dari semua pelajaran. Hanya kelima pelajaran itulah yang sangat membuat Sakura prustasi tapi Sakura tidak pernah menangis seperti Tayuya. Tayuya selalu menangis saat nilainya turun karena kalau turun uang jajannya akan dikurangi. Sedangkan Sakura cuek bebek saat dirinya remidi, ya palingan dia akan merengek-rengek seperti anak kecil yang meminta permen lolipop kepada Ino tapi buka permen lolipop yang dia tangisi tapi nilai.
Sakura menghempaskan tubuhnya dengan cukup kasar disofa depan tv. Seragam sekolah masih dia kenakan. Akhir-akhir ini ayahnya sering mendapat tamu dari luar negeri yang Sakura tidak tahu keperluan mereka dengan ayah Sakura apa. Tapi Sakura tak peduli.
Yang penting maksud mereka baik. Oh Sakura ingin sekali mengintip keruang tamu karena beberapa hari yang lalu saat tamu itu berkunjung. Dia sangat tampan dan bekulit putih bahkan rambutnya yang panjang dikuncir satu kebelakang.
Sempurna!
Sakura memejamkan matanya erat dan tertidur dengan bersender di sofa.
Kizashi tersenyum dan meminta ketiga tamunya untuk masuk kedalam bahkan Mebuki segera membawakan nampan berisi empat gelas teh dingin karena cuaca yang cukup panas.
Ketiga tamu itu tersenyum tulus dan berterima kasih lalu mereka mengobrol dengan sangat akrab.
Sakura terbangun dari tidurnya saat suara azan dari masjid yang ada disamping rumahnya berkumandang dengan sangat keras. Sakura bangkit dan berjalan menuju kamarnya mengganti pakaian dan mandi lalu sholat zuhur setelahnya.
"Itachi, Sasuke. Ayo kita ke masjid dulu untuk sholat zuhur." kata Kizashi menunda obrolan mereka. Kedua pria muda itu mengangguk setuju.
"Mikoto, kita sholat dirumah." ujar Mebuki.
"Tentu saja." sahut Mikoto ramah.
.
.
Sesuai dengan jadwal pertemuan dengan para anggota FSII. Sakura akan mengajak Ino bertemu dengan para anggota. Tentu Sakura meminta Ino untuk berpakaian sopan kalau tidak mungkin Ino akan memakai dress yang berlengan pendek dan panjang roknya diatas lutut.
Sakura melihat penampilannya di cermin lemari, memastikan penampilannya sudah baik.
Rok panjang berwarna hitam dan kemeja berwarna putih dengan aksen kotak-kotak hitam lalu jilbab segi empat yang menutupi rambut merah mudanya yang hanya ayah dan ibunya mengetahui. Sakura sendiri tidak tahu mengapa rambutnya berwarna merah muda mungkin karena rambut ayahnya yang memang berwarna merah muda sedikit pudar. Cukup lucu memang.
Sakura tersenyum kemudian mengambil tas selempangnya berwarna merah muda dari atas tempat tidur dan bersiap keluar dari kamar.
Sakura menuruni anak tangga dan tanpa sengaja dia melihat sosok lelaki tampan dengan gaya rambut yang cukup aneh keluar dari pintu kamar mandi dan mereka berpapasan.
"Hm permisi." kata Sakura seramah mungkin kemudian pergi meninggalkan Sasuke yang tetap diam melihat punggung Sakura yang berjalan menjauh.
Sasuke baru sadar bahwa gadis itu ternyata gadis yang baik-baik. Lihat saja dari penampilannya yang berjilbab cukup panjang alias syari. Jilbab itu begitu panjang hingga menutupi punggung Sakura hingga kebawah sedikit. Bahkan baju yang Sakura gunakan cukup longgar hingga Sasuke mengira Sakura itu cukup berisi alias gendut tapi siapa yang mengira kalau berat badan Sakura itu hanya 45 kg. Cukup ideal. Ya bentuk tubuh Sakura tersembunyi dibalik bajunya yang longgar.
Dia gadis yang cantik, ramah, baik, anggun dan hn sempurna, batin Sasuke senang kemudian tersenyum tipis dan berjalan kedepan menuju ruang tamu. Disana dia melihat Sakura pamit kepada kedua orang tuanya dengan salim lalu ikut salim juga dengan Mikoto sedangkan dengan Itachi, Sakura memilih menangkupkan kedua tangannya didepan dada.
Oh beruntungnya Sasuke mendapatkan Sakura yang menurutnya. Mungkin tidak pernah tersentuh oleh tangan-tangan pria. Dan itu benar adanya, Sakura tidak pernah membiarkan tangan-tangan pria menyentuh tubuhnya. Bahkan mantan pacarnya akan mendapat lemparan sepatu pdl Sakura kalau berani mendekat karena mereka hanya boleh berdekatan dengan jarak 100 sentimeter. Guru karatenya pun perempuan yang kebetulan ditempat dia berlatih ada guru perempuan. Sakura bersyukur akan hal itu.
"Ayah, aku mau ke FSII bersama Ino dan pulangnya mungkin sesudah Asar." pamit Sakura.
"Baiklah hati-hati." ujar Kizashi mengizinkan.
"Saku-"
Drrrrtt...
"Tunggu bu, aku ada telpon." cegah Sakura kemudian mengakat telpon yang masuk.
"Hallo assalamu'alaikum." jawab Sakura dengan sangat anggun membuat Mikoto tersenyum puas. Calon menantunya benar-benar anggun. Sasuke duduk disebelah Itachi dan melihat Sakura menelpon.
"Oh Kiba-chan ada apa?" tanya Sakura setelah mendengar suara dari ujung telpon karena nomor yang masuk keponselnya tanpa nama.
"Sakura, aku diberitahu oleh Ayame katanya kamu gak remidi matematika dan katanya lagi karena kau selama ini mengerjakan tugas dengan baik meski ibunya Ayame tahu kalau kau itu mencontek setidaknya itu usaha katanya... Nilai mu dirapot mungkin sekitar 80-an. Ayame membantu ibunya mengoreksi semua kertas ujian kalian. Dan kau mendapat nilai 75 ditambah nilai tugas lainnnya jadi mungkin 80-an nilai akan mengisi rapot mu."
"Huaaaa... Daebak Kiba-chan!" seru Sakura senang bukan main karena untuk pertama kalinya nilai 80-an akan menghiasi rapotnya yang memang murni hasil jerih payahnya belajar bersama Ino dan Ayame. Dan mencontek juga hasil jerih payahnya.
"Selamat Sakura."
"DAEBAK!" seru Sakura lagi dan kini dia melompat-lompat kecil sangking senangnya tak peduli trio Uchiha melihatnya aneh dan heran sekaligus sedangkan kedua orang tuanya hanya melirik ketiga tamunya sebentar lalu melihat kearah Sakura. Mereka tentu sudah tahu sifat asli Sakura yang akan selalu melompat-lompat kecil jika meresa senang bukan main.
"Daebak sekali oh Kiba-chan terima kasih untuk informasi yang kau berikan padaku. Saranghae!" Sasuke menatap Sakura tak percaya. Sakura baru saja menyatakan cinta kepada seorang pria bernama Kiba membuatnya menahan amarah dengan mendengus.
Oke kata anggun yang tadi dia sebutkan harus dicoret.
"Hais sayangnya aku tidak mencintaimu Sakura." sahut Kiba sarkastik.
"Iya kau benar karena kalau bilang 'aku cinta kamu' didepan kau dan saat itu juga ada Yulia pasti aku akan mendapatkan cakaran indah diwajah cantiku yang seperti bidadari." Kiba tertawa mendengar Sakura memuji dirinya sendiri. Ya, gadis yang Kiba kenal selama ini tidak pernah memuji diri sendiri kecuali Sakura yang sangat percaya diri mengatakan bahwa dirinya cantik karena biasanya gadis itu suka dipuji oleh orang lain dan bukannya dipuji diri sendiri. Tapi memang Kiba akui kalau Sakura itu cantik seperti bidadari.
Sasuke membuang muka. Oh ternyata Sakura itu sangat narsis. Dan apa tadi siapa Yulia? Mungkinkah calon istrinya menyukai pria yang sudah memiliki pacar? Oh ya ampun apa nasib tidak baik sedang menimpanya kali ini?
"Oh Sakura sudah ya aku sedang mau pergi kencan ni."
"Ya aku juga harus ke FSII."
"Oh baiklah hati-hati dan katakan pada mereka bahwa aku mencintai mereka semua."
"Oh ya ampun kau menitip salam dengan kata cinta? Sedangkan aku, kau tidak pernah menyatkan cinta padaku, kau kejam sekali ckckck." Sakura berkacak pinggang.
"Oke aku mencintai mu Sakura, sudah ya."
"Oh daebak kau nyatakan cinta padaku, besok aku akan membelikan mu satu tusuk bakso bakar."
"Oh baiklah aku tunggu baksonya, sudah. Assalamu'alaikum."
"Waalaikum'salam."
Sakura menutup telponnya kemudian melihat sang ibu yang menatapnya sweatdrop akut.
"Ada apa bu? Ibu mau bilang apa?" tanya Sakura polos tak sadar akan suasananya yang mulai ah sudahlah.
"Ibu hanya ingin kau cepat pulang." jawab Mebuki.
"Oh baiklah sip bu!" Sakura mengacungkan jempolnya sambil tersenyum lebar kemudian berjalan keluar rumah. "Assalamu'alaikum yah, bu dan semua." pamit Sakura dan dijawab oleh semua dengan waalaikum'salam.
"Hm Uchiha-san." ucap Kizashi pelan. Ketiga Uchiha menoleh.
"Sakura itu sangat akrab dengan teman-temannya dan selalu mengatakan cinta kepada teman-teman baiknya baik itu perempuan maupun laki-laki dan aku jamin Sakura itu tidak memiliki pacar sejak tahun lalu, dia fokus sekolah." ujar Kizashi menjelaskan.
Mikoto mengangguk dan tersenyum maklum. "Sepertinya dia gadis yang ceria dan aktif." ujar Mikoto.
"Aku dengar itu ayah." suara Sakura terdengar dari luar pintu membuat semua orang kaget. Kepala Sakura muncul dari balik kusen pintu. "Kau belum pergi?" tanya Mebuki tak percaya.
"Hmmm sepatu flat ku rusak, lihat lah bu sepatu ku sudah mirip seperti mulut buaya yang sedang terbuka lebar." ujar Sakura sambil memperlihatkan sepatunya yang mangap dengan sangat lebar.
"Aku akan memakai wadges saja." ujar Sakura lagi kemudian berlari masuk kedalam rumah. Kizashi membuang muka karena malu pada tamunya. Mikoto menutup mulutnya yang hampir tertawa.
"Ehem." Itachi berdehem singkat.
Tuk! Tuk! Tuk!
Suara ketukan wedges dengan lantai rumah menggema nyaring. Sakura berlari menuju ruang tamu. Sasuke berdecih saat ponselnya bergetar pertanda ada telpon masuk.
"Permisi." ujar Sasuke dan beranjak dari duduknya berniat keluar rumah untuk mengangkat telpon.
Tin! Tin!
Suara klakson motor Ino terdengar dari luar rumah.
"Hei tuan muda berkulit putih dan berambut aneh permisi..." seru Sakura dramatis. Itachi menahan tawa dan Mikoto mengulum senyum sedangkan Mebuki dan Kizashi mengusap wajah.
Sasuke menoleh dan melihat Sakura berlari kearahnya.
"Waaaah minggir." usir Sakura.
Sasuke membulatkan matanya saat Sakura tanpa sengaja menginjak kaki kananya dan Sakura hampir jatuh kalau saja tangannya tidak sigap memeluk pinggang Sakura.
Seolah slow motion. Sakura dipeluk Sasuke dan kedua mata berbeda warna itu saling menyelami satu sama lain mencari keindahan masing-masing.
1
2
3
4
5
"Kyaaaaa dasar kau tuan muda berkulit putih dan berambut aneh yang mesuuuum..." seru Sakura sarkastik. Mendapat seruan Sakura, lantas Sasuke melepaskan dan membantu Sakura berdiri dengan baik.
Itachi tertawa kecil mendengarnya.
"Apa kau tidak tahu batasan antara pria dan wanita, kau dan aku bukan mahrom jadi tidak boleh bersentuhan dan tadi.. Oh ya ampun apa kau tahu? Aku tidak akan membiarkan pria yang bukan mahromku untuk menyentuhku karena hanya suami ku nanti yang boleh." gerutu Sakura panjang lebar. Sasuke mengurut batang hidungnya karena cukup terganggu dengan suara Sakura yang cukup cempreng
"Bisakah kau diam? Kalau aku tidak memelukmu, kau mungkin saja akan jatuh dan wajah cantik mu akan tersungkur mengenai kusen pintu." jawab Sasuke tak kalah sarkastik. Sakura mempout bibirnya karena kesal lalu pergi meninggalkan ruang tamu.
"Ya ampun gadis itu." gumam Sasuke kesal.
Sasuke pergi keluar untuk menjawab telpon dan tanpa sengaja dia melihat Sakura berbicara dengan seorang gadis cantik berambut pirang yang menurut Sasuke seperti boneka barbie.
Sakura tersenyum dengan anggung dan duduk dibelakang Ino dan mereka berdua pergi begitu saja.
.
.
Setelah pembicaraan mereka selesai dan menemui kata sepakat akhirnya keluarga Uchiha pamit undur diri dari kediaman tuan Haruno.
"Aku jamin hidupmu yang penuh dengan kesunyian itu akan sedikit berisik karena Sakura." ujar Itachi senang sedangkan Sasuke hanya diam saja duduk dikursi belakang bersama dengan ibunya.
"Ya ampun Sakura itu sangat menggemaskan seperti tokoh didalam fanfic yang sering kaa-san baca." seru Mikoto girang. Sasuke mengurut dahinya yang pening.
"Ibu ini real bukan fiksi. Dan jangan bilang ini rencana ibu agar aku menikah dengan anak yang masih SMA. Biar mirip cerita fiksi yang ibu sukai." ujar Sasuke yang lebih tepat bergerutu. Mikoto menghela nafasnya kemudian menatap putra bungsunya dengan serius.
"Tidak, ibu tidak merencanakan ini bahkan ibu tidak mengenal tuan Haruno dan seperti apa hubungannya dengan ayahmu. Ibu juga kaget saat ayahmu bilang ingin kau menikah dengan anak temannya, sungguh ibu tidak tahu dan baru tahu saat hari itulah, saat kau datang dari Perancis dengan raut wajah seperti zombie." timpal Mikoto sambil menegurucutkan bibirnya, ngambek dan Sasuke seharusnya tidak berkata seperti itu karena ibunya ini memang bisa dibilang sudah berkepala empat tapi jiwa mudanya seperti remaja usia delapan belas tahun maka dari itulah Sasuke sangat senang dengan ibunya. Karena Mikoto adalah ibu dan sahabat terbaik didalam hidup Sasuke.
"Kita kembali ke Singapura, aku tidak mau membuat ayah sendirian disana." ujar Sasuke dan dibalas anggukan oleh Itachi yang sedang membawa mobil menuju hotel tempat mereka menginap.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sakura duduk diam didalam kamarnya sambil melihat brosur ditangannya setelah usai ia baca.
Bimbel Smart School
Disinilah tempat bimbelnya para juara.
"Jika aku mendaptar sekarang maka akan dipotong satu juta dari harga empat juta lima ratus menjadi tiga juta lima ratus. Aku ingin sekali bimbel disini apalgi Ino sudah mendaptar, kalau daptarnya masih dibulan Mei akan mendapat potongan kalau sudah diluar bulan Mei maka tidak akan mendapat potongan." ujar Sakura lesu lalu membaringkan tubuhnya keatas tempat tidur.
Bimbel Smart School. Baru saja buka cabang di Yogyakarta jadi wajar harganya masih tergolong murah apalagi bimbel ini bisa ambil paket ganda yang artinya dia bisa bimbel mulai saat masuk kelas tiga sampai ujian nasional dan ditambah bimbel untuk menghadapi SBMPTN. Sakura tidak terlalu mengerti soal-soal tes apalagi kata orang soal-soal SBMPTN itu sangat sulit. Sakura tidak yakin dengan kemampuan akademiknya.
"Apa yang harus aku lakukan." ucapnya lesu.
"Aku akan bicarakan ini dengan ayah dan ibu." katanya penuh semangat meski akan menghasilkan tolakkan keras dari ayahnya.
Sakura keluar dari kamarnya dan menemui Kizashi dan Mebuki yang tampak serisu bicara didepan tv yang sedang menyala.
"Suamiku, aku tidak yakin dengan pemuda itu." kata Mebuki takut.
"Ayah, ibu." panggil Sakura. Kizashi dan Mebuki kaget bukan main saat melihat Sakura datang dan duduk didepan mereka.
"Ayah, ayah tahukan kalau aku tidak pintar, nah ada tempat bimbel namanya bimbel smart school yah dan..." Sakura menjelaskan semua informasi yang dia dapat dari Ino agar ayah dan ibunya mengerti.
Mebuki dan Kizashi saling melirik satu sama lain kemudian menghela nafas membuat Sakura menatap keduanya bingung. Ah sudahlah ini tidak akan berhasil, batinnya kecewa.
"Sakura, ayah mu ini tidak punya uang yang banyak da-"
"Bisa dicicil yah." potong Sakura cepat.
"Ayah tahu dan kau sangat tahukan kalau ayah mu ini hanya pemandu wisata dan kasir dirumah makan dimalam hari dan ibumu hanyalah penjual kue tradisional. Sakura ayah paham kalau kau ingin kuliah, ayah akan usahakan sayang tapi tidak dengan bimbel ini, terlalu mahal nak." ujar Kizashi lemah lembut agar putrinya mengerti.
Air mata Sakura jatuh begitu saja membasahi pipinya. Menjadi gadis miskin itu tidak enak tapi dengan cara ini aku ingin membanggakan ayah dan ibu kalau aku menjadi sarjana dan bertitle S1, bukan aku yang bahagia tapi mereka. Bidik misi sekarang menjadi sasaran ku tapi untuk menghadapi SBMPTN ini yang membuatku pusing, batin Sakura.
"Mungkin aku harus daptar saja di STIN, persyaratannya mudah dan mungkin aku akan diterima, aku juga bisa karate kalaupun tidak diterima mungkin menjadi perwira TNI menyenangkan." ujar Sakura dingin membuat kedua orang tuanya kaget bukan main.
"Tidak Sakura, kau putri kami satu-satunya, mana mungkin kami akan membiarkan kamu berkerja seberbahaya itu. Kami tidak akan mengizinkan." ujar Kizashi tegas.
"Suamiku turuti saja nanti soal biaya kita akan usaha." ujar Mebuki. Hati Sakura terasa sangat sakit saat Mebuki berkata seperti itu. Ayah dan ibunya rela banting tulang demi dirinya.
"Ayah turuti dan ayah mohon jangan buat ayah kecewa Sakura." putus Kizashi membuat Sakura tersenyum lega.
"Aku tidak akan mengecewakan ayah, aku janji aku akan menjadi lulusan terbaik UNY atau ISI." ujar Sakura meyakinkan. Kizashi dan Mebuki tersenyum melihat Sakura yang begitu bersemangat.
"Tepati janji mu sayang." kata Mebuki.
"Tentu saja bu pasti, kalau begitu aku mau kekamar dulu, ayah dan ibu tidak usah khawatir soal biaya pendaptarannya karena itu aku akan menggunakan uang yang aku dapat dari BSM kemarin." ujar Sakura dengan senyumannya.
"Iya." Mebuki dan Kizashi mengangguk dan Sakura berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Kebutuhan Sakura sangat banyak Mebuki." kata Kizashi setelah kepergian Sakura. "Kalau Sakura menikah dengan Sasuke, kehidupan Sakura akan lebih layak. Sekolah dan kuliah Sakura, Sasuke yang akan membiayai." lanjutnya.
"Kita masih mampu membiayai Sakura, suamiku. Aku takut seperti sinetron siang tadi. Mereka menikah karena wasiat dan suaminya hanya menjadikan istrinya sebagai pembantu karena istrinya miskin." timpal Mebuki khawatir.
"Sudah ku bilang jangan sering menonton sinetron atau apalah itu, karena itu hanya membuat mu berpikir buruk." Mebuki menatap Kizashi sendu kemudian memeluk tubuh suaminya erat.
"Sakura bukan gadis lemah." kata Kizashi.
"Ceritakan padaku bagaimana kau mengenal Fugaku." pinta Mebuki dan melepas pelukkannya.
"Saat itu nasibku dengan Fugaku sama. Kami sama-sama maulaf yang diusir dari rumah. Ayahku saat itu berkerja sebagai salah satu kepala devisi pemasaran Furi Group dan ayah Fugaku pemilik perusahan The UC Group. Perusahaan terbesar di Jepang dan kini menjadi terbesar di Asia. Kami diusir dari rumah. Hidup luntang-lantung dari masjid kemasjid selama beberapa tahun hingga ayah Fugaku membawa Fugaku kembali dan aku mendapat tawaran kerja menjadi salah satu supir pribadi bangsawan yang ada di Mesir dan karena tidak memiliki pilihan lagi aku menerima perkerjaan itu."
.
.
.
.
.
"Meski berpisah, kami masih sering saling memberi kabar dan terakhir kali aku mendapat kabar bahwa dia saat itu sudah tinggal di Indonesia bersama istrinya orang Mesir. Mereka memiliki seorang putri. Aku senang mendengarnya dan sayangnya aku tidak menghadiri pernikahan mereka." ujar Fugaku sambil menatap langit-langit kamarnya sendu.
"Istrinya memiliki kepribadian yang sangat baik dan Kizashi adalah pria yang baik. Dan aku yakin anak mereka pasti memiliki sifat yang sama seperti ayah dan ibunya."
Sasuke menatap mata ayahnya dalam dan sebuah ketulusan dia lihat disana. Ayahnya mengatakan kejujuran disana.
"Ayah, berjanjilah kepadaku. Kalau ayah akan bertahan sampai nanti ayah bisa melihat cucu ayah lahir karena aku ingin ayah bisa menggendong cucu dariku." kata Sasuke.
"Ayah tidak bisa berjanji." Sasuke menundukkan kepalanya dalam demi menutupi air matanya. "Berjanjilah kau akan mencintai Sakura dan menjaganya dengan baik, tumpahkan semua kasih sayangmu padanya. Sasuke." Sasuke menangis dalam diam lalu memeluk tubuh Fugaku yang terbaring lemah. "Aku berjanji ayah hikss... aku berjanji...hikss"
Itachi dan Mikoto ikut menangis melihat kedua ayah dan anak itu rapuh. Dulu keduanya sangat jarang bertegur sapa karena sang ayah sering mengajak Itachi berpergian keluar negeri untuk urusan bisnis. Sasuke juga memiliki kepribadian yang tertutup dan Mikoto pasti akan langsung mencium kedua pipi Sasuke kalau dia bisa melihat senyuman terukir dibibir putra bungsunya itu. Dan tersenyum adalah hal yang jarang Sasuke tunjukan, bahkan kosakata "Hn." adalah khas seorang Uchiha Sasuke.
Itachi memejamkan kedua matanya dan menghapus air matanya. "Ayah betapa teganya engkau kepada Sasuke." gumam Itachi disela isak tangisnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Assalamu'alaikum. Hai teman-teman pencinta fanfic SasuSaku ^^V
Mitsuki kembali membawa fanfic baru ni dan dijamin gak bakal bosanin dan akan menemani hari-hari mu menuju bulan ramadhan dan fanfic ini mungkin hanya beberapa chapters saja, ya mungkin saja sih. Nah soal kisah cinta Sakura dengan Doni itu sebenarnya kisah cinta auhtor sendiri hahahaha *plak!
Yap Mitsuki pernah punya pacara seperti itu dan itu menyebalkan kami berkenalan diorganisasi keagamaan dan Mitsuki tidak menyangkan sifatnya seperti itu. Dan Fira nama pacaranya yang masih SMP dan umurnya itu sebenarnya 19 tahun dan nama mantan Mitsuki itu *sensor* Mitsuki hanya merasa kesal saja mangkanya Mitsuki masukin biar menarik. Fira itu oh benar-benar menyebalkan Arrggh...
Tapi bukan berarti cerita dalam fanfic ini kisah cinta Mitsuki ya tapi kalau memang ada cogan yang melamar Mitsuki dan kaya Mitsuki mau hahahahaha *plak!
Oke udah ah... AROYA (Aliansi Rohis Yogyakarta) adalah pelesetan dari AROBA (Aliansi Rohis Baturaja) Mitsuki tergabung didalam AROBA yang adalah organisasi keagamaan yang kece dikalangan anak SMA.
Dan inilah kepanjangan dari beberapa singkatan didalam fanfic Mitsuki.
PJ Akhwat : Penanggung Jawab Perempuan yang artinya tugas dari PJ Akhwat adalah menjaga dan mengayomi anggota Rohis yang perempuan bisa dibilang dia wakil dari ketua umum Rohis yang ada disekolah.
Ketum : Ketua Umum.
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan.
Daebak : Adalah bahasa Korea yang artinya Hebat.
Saranghae : Bahasa Korea yang artinya Aku Cinta Kamu.
SBMPTN : Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
Bidik Misi : Jalur masuk Universitas beasiswa untuk mahasiswa/i kurang mampu.
STIN : Sekolah Tinggi Intelegent Negari
TNI : Tentara Nasional Indonesia
UNY : Universitas Negeri Yogyakarta
ISI : Institut Seni Indonesia
BSM : Bantuan Siswa Miskin. Uang BSM biasanya diberikan kepada siswa/i yang memang tergolong siswa tidak mampu yang diberikan pemerintah melalui diknas dan Mitsuki termasuk hehehehe. Uangnya sebanyak 1 juta rupiah.
.
.
.
.
.
.
Lanjutkan? atau Tidak?
Menarik'kah?
