Summary : Aku ingin menyelimutimu dengan kehangatan. Pada pagi bersalju seperti yang sering engkau angankan atau jendela berkabut yang selalu engkau perhatikan dengan pertanyaan-pertanyaan akan kebebasan. Dunia ini sungguh ironi bukan? Tapi bisakah, mata jernihmu itu melihat, masih ada langit biru terbentang di balik awan musim dingin?

.

Warning(s) : NaruSaku, AU, OOC(bisa jadi), Typo(s), dan semua hal yang anda temukan dalam cerita ini.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

.

.

G

.

.

Naruto mengerjap sesaat ketika kedua tangan gadis itu merangkul lehernya. Sakura berjinjit lalu menaruh dagunya di pundak Naruto. Mencari kehangatan dari dinginnya udara di malam bersalju. Merasakan irama debaran jantung mereka dalam kesunyian yang menenangkan.

Dengan suara yang sedikit tercekat dari tenggorokannya Sakura berbisik, "Aku percaya padamu."

Naruto terkesiap dengan kalimat singkat namun juga berarti kata-kata perpisahan itu. Kalimat terakhir yang sampai dengan amat pilu ke telinganya. Apa mungkin hanya perasaannya saja atau memang benar jika Sakura terdengar mati-matian menahan tangisannya? Bukankah Naruto berjanji tidak akan membuat Sakura menangis lagi? Hari ini ia kembali melanggar kata-katanya sendiri.

"Sakura-chan." lirih Naruto. Tangannya baru bisa terangkat dari kedua sisi tubuhnya. Berusaha membalas dengan tulus pelukan Sakura. "Aku tidak suka ini, kenapa perpisahan selalu menyedihkan? Kalau saja... Aku pikir..." Naruto membuka mulut namun bingung dengan apa yang hendak diucapkannya. Segala macam hal berseliweran dalam benaknya. Terlalu banyak kata yang ingin ia sampaikan meski tak satu pun yang mampu lolos dari mulutnya.

"Sshh." Sakura menyela. "Aku lebih tidak suka kau menyalahkan dirimu sendiri. Semua yang terjadi ini terjadi karena memang harus terjadi. Kau harus tahu bagaimanapun salju meleleh di musim semi, pada saatnya tiba salju tetap akan menjadi salju. Yang harus kaulakukan hanya menunggu musim dingin selanjutnya."

Sakura menarik diri dari Naruto. Mendongak lalu tersenyum lebar. "Aku pergi dulu." Air mata merebak dari matanya. Entah dalam hatinya terasa begitu pahit. Kenyataan telah menyeretnya terlalu jauh hingga kini ia merasa seperti sedang berdiri di tepian jurang. Berada di tengah-tengah pilihan yang menyulitkan. Tapi ia selalu meyakinkan hatinya untuk terus percaya, pada saatnya nanti, jika memang mereka berjodoh mereka pasti akan bertemu lagi. Meskipun entah kapan dan di mana.

"Sampai jumpa."

Naruto enggan melepaskan pandangannya yang tenggelam dalam jernih hijau kedua bola mata Sakura. Begitu ia sadar Sakura sudah melambai padanya. Melangkah mundur menjauhinya. Lalu berbalik dan hilang di tengah kerumunan orang di dalam kereta.

-Prolog End-