Pemandangan Moskow begitu suram pada akhir musim dingin. Salju yang belum cair sempurna masih ada di rerumputan, pohon, dan sungai. Langit berwarna kelabu, jalanan kotor oleh salju bercampur tanah membuatnya berpikir seperti itukah warna rindu yang tertahan? Rindu yang penuh pengharapan. Pada pertengahan bulan April ini, harapannya terkabul untuk kembali ke Jepang. Rasanya Sakura ingin menangis terharu, dia yang sudah malang melintang di kancah perfilman negeri ini akhirnya mendapat sebuah kontarakan di mana proses shooting akan dilakukan di tanah kelahirannya. Sakura bersyukur karena memiliki manajer yang pengertian ... semua ini berkatnya.
Mungkin bagi orang yang pertama kali mengunjungi Moskow, udara saat ini dirasa kurang bersahabat—dinginnya seakan merembes hingga ke bawah kulit. Akan Tetapi Sakura sudah terbiasa dengan suhu dingin di sini walaupun terkadang hidungnya berair. Di tengah-tengah lautan manusia yang lalu-lalang, Sakura duduk di kursi bandara berbalutkan mantel tebal berbulu tidak lupa dengan topi yang tak kalah tebalnya membuatnya terlihat seperti anak kucing yang sedang bergelung di selimut—Sakura melakukan penyamaran. Iris emeraldnya memandangi papan bandara berisikan jadwal daftar keberangkatan pesawat, sekitar satu jam lagi ... barulah pesawatnya akan take off.
Sakura dapat merasakan kehangatan kopi yang baru saja dibeli merambat ke telapak tangannya melalui paper cup. Menghela napas gugup, menghasilkan karbon yang keluar berupa uap hangat. Telah sekian lamanya dia tidak menggunakan bahasa Jepang membuatnya khawatir kalau lidahnya akan kaku untuk berbicara. Tinggal di Rusia memang merupakan perjuangan yang berat, hanya segelintir yang mahir berbahasa Inggris ... karena alasan itulah dengan susah payah Sakura mempelajari bahasa Rusia.
Setelah pengumumam terdengar bahwa sudah waktunya untuk naik pesawat, Sakura segera antre di depan pintu boarding. Melakukan pencocokan nama di boarding pass oleh petugas kemudian langsung masuk pesawat. Hanya tinggal menunggu beberapa menit agar pesawat lepas landas meninggalkan daratan Moskow.
"Bol'shoe spasibo, menedzher! (Terima kasih banyak, manajer!)"
Hat Trick
By Classiera Niza
Disclaimer
Naruto belong to Kishimoto Masashi
Kuroko no Basuke belong to Fujimaki Tadatoshi
Warning!
Kalau untuk Naruto saya pakai AU, Kurobas mungkin AR, Typo(s), Misstypos, OoC, Sedikit nyempil bahasa sehari-hari (disesuaikan dengan setting cerita), Pokoknya masih banyak sekali kekurangan yang ada di fic ini.
Sisanya silakan pembaca sendiri yang memutuskan untuk membaca fic ini atau tidak, sama sekali nggak maksa kok :)
SONG: No Way—Younha
Sekai wa Koi ni Ochiteiru—ChiCO with HoneyWorks
Mereka bilang bahwa aku itu idolanya setiap orang. Gadis yang kuat, baik, ceria, pantang menyerah. Akan tetapi itu semua tidaklah benar! Ya, aku berbohong kepada kalian semua! Tidak akan kubiarkan salah satu dari kalian masuk lalu melepas topeng yang kupakai, karena aku tidak ingin adanya sebuah penyesalan. Kalian tahu? Sejujurnya berbohong itu melelahkan, hanya saja aku melakukannya demi mendapat senyum tulus dari kalian yang aku sendiri tidak bisa melakukannya.
.
Tokyo, di sinilah dia berada sekarang. Berdiri di persimpangan jalan sambil menunggu traffic light. Negara yang dicintainya, tanah kelahirannya, kota yang dirindukannya ... saat ini sarat akan aroma musim semi yang menguar dari kelopak-kelopak bunga sakura. Berbeda dengan Moskow, segala sesuatu yang ada di sini penuh dengan rona-rona sakura yang berbaur bersama cerahnya langit biru.
Ah, musim semi.
Sakura menghirup napas sebanyak-banyaknya ... wangi musim semi yang memenuhi paru-paru membuatnya sejenak melupakan kepenatan akibat perjalan jauh. Di detik-detik berikutnya, Sakura mendengar suara gonggongan anjing kecil. Awalnya Sakura mengabaikan suara itu, barangkali anjing milik seseorang di sampingnya. Gonggongan pun kembali terdengar tetapi kali ini seperti sedang menuntut membuatnya mau tak mau menoleh ke sumber suara.
Ah, Sakura nyaris mememik!
Bagaimana tidak? Seekor anjing kecil imut berbulu hitam dan putih memakai seragam! Bahkan matanya yang berwarna biru semakin menambah kesan lucu. Ok, tangan Sakura gatal ingin mengelus bulunya. Sakura membawa anjing kecil itu ke hadapan mukanya, lihatlah! Anjing itu menjulurkan lidah padanya.
"Privet! (Hai!)" dengan bodohnya Sakura mengucapkan hai pada seekor hewan saking gemasnya, memakai bahasa Rusia lagi. Anjing itu tidak melihat Sakura melainkan ke belakangnya seraya menggonggong kecil, lantas Sakura menoleh dengan cepat—sangat cepat—menyebabkan rambut panjang yang digerainya bergerak seirama.
"Nigou. Ternyata kau di sini," ucap Kuroko.
Terkejut! Sakura refleks melepaskan anjing itu dari pegangannya. Macam-macam pemikiran mulai berseliweran di dalam kepalanya.
'Mati aku! Apakah dia berpikir aku ini penculik binatang peliharaan orang?'
'Ah bukan itu yang lebih penting! Ada apa dengan ekspresi orang-orang di sekitarnya? Jangan bilang kalau mereka mengetahui siapa aku. kalau begini keadaannya ... lebih baik lari!'
Sakura langsung mengambil langkah seribu menerobos keramaian, melupakan konsekuensi yang akan didapatnya bila terlalu banyak menghabiskan energi.
"Padahal aku ingin mengucapkan terima kasih padanya karena menemukan Nigou."
"Oi apa gadis itu seorang turis? Bahasa planet apa yang dia pakai?" tanya Kagami.
"Dia manis ya?" celetuk Koganei.
"Kalian semua! Berhentilah menatap seorang gadis dengan penuh ke-nafsuan!" teriak Riko menghadiahkan masing-masing tendangan maut kepada setiap anggota tim basket Seirin.
"Kenapa aku ikutan ditendang? Aku tidak melakukan hal itu," sanggah Kuroko dengan wajah datarnya.
"Ehehe ... maaf."
-O0O-
Jarang-jarang ruangan gym dalam keadaan hening seperti ini. keheningan itu hanya diisi oleh suara pantulan bola basket, decitan sepatu yang bergesekan dengan lantai, atau bola yang masuk ke dalam ring. Benar-benar suatu kejadian langka!
Usut punya usut, ternyata sang pelatih Aida Riko saat ini moodnya sedang jelek. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti apa penyebabnya, yang jelas saat ini mereka sedang menjalani latihan neraka. Mereka latihan non-stop tanpa diberikan waktu untuk istirahat, seperti neraka bukan?
"Hyuuga-kun tidak bisakah kau lebih fokus lagi? Tembakanmu selalu meleset!"
Hyuuga Junpei yang mendapat teguran mendadak itu langsung kaget dan tidak sempat menerima pass dari Kuroko, bolanya melesat cepat bak anak peluru ke arah pintu keluar gym yang perlahan terbuka—tanda seseorang akan masuk.
"AWAAASSS!" teriak seluruh tim basket—minus Kuroko, entah kenapa mirip seperti paduan suara yang sedang bernyanyi soak.
JDUAK!
BUKK!
Beberapa menit sebelum insiden kecelakaan itu terjadi,
Sakura sudah lelah! Dia berjalan ke sana kemari mencari sekolah Seirin ditambah lagi dia baru saja selesai berlari. paru-parunya tidak akan kuat, dadanya mulai terasa sakit. Bermodalkan alamat palsu dari kakaknya—Sakura curiga kalau itu benar-benar alamat palsu—Sakura masih saja berjalan. Beruntung Sakura melihat rombongan anak-anak SMA yang berjalan pulang, tinggal mengikuti mereka hanya saja berlawanan arah.
Dapat! Ini dia gedung sekolah Seirin!
Sebelum masuk, terlebih dahulu Sakura merombak ulang penampilannya. Rambutnya dikucir kuda setengah, memakai jaket hitam ber-hoodie—menyembunyikan warna rambutnya yang sangat mencolok—dipadu celana pendek selutut berwarna senada. Satu kata, tomboy! Dress selutut yang tadinya dipakai Sakura sudah disumpal asal-asalan ke dalam ransel.
Perlahan tapi pasti, Sakura memasuki halaman sekolah menuju gym sesuai yang diperintahkan kakaknya.
"Hyuuga-kun tidak bisakah kau lebih fokus lagi? Tembakannmu selalu meleset!" nampaknya, ada yang sedang berlatih di dalam. Sakura membuka pintu gym dan langsung disambut hangat dengan teriakan ultrasonik.
"AWAAASSS!" sungguh gadis yang beruntung karena memiliki gerakan refleks yang luar biasa cepatnya—seakan sudah diprogram. Bola oranye yang datang langsung dipukul Sakura agar tidak mengenai wajah yang bisa dipastikan bonyok kalau kena, bola itu bergerak secepat kilat! Sebagai gantinya, tangan Sakura langsung nyeri plus bengkak.
JDUAK!
BUKK!
Tanpa disangka-sangka bola itu malah menghantam si kapten basket … ambruk di tempat! Nyawa hilang sebagian.
"Hei hei, kau baik-baik saja?" tanya Izuki cemas.
"Baik? Pakai matamu! Aku sampai ambruk begini dibilang baik? Kekutannya dua kali lipat lebih besar, siapa sih yang masuk tadi?"
Sakura grogi, mangabaikan titah kakaknya … kabur diam-diam.
"Imouto-chan mau ke mana? Ruangannya sudah benar di sini kok, tidak perlu takut, di sini aman. Tidak akan ada yang memakanmu. Beri salam dengan teman-teman kakak dulu, baru pergi."
Kontan saja Sakura langsung merinding begitu dipegang bahunya. Semua anggota tim basket dan Riko langsung menoleh ke Sakura, merasa ada sesuatu yang familier.
"Zdravstvuyte ... Zdes' est' dostup k Internetu? (Halo ... Bisa saya dapatkan akses internet di sini?)"
"Jangan pakai bahasa Rusia di Jepang! Dan salam macam apa itu? Lakukan dengan benar!"
Kiyoshi Teppei, seringnya dipanggil Kiyoshi ... sekarang tengah menunjuk-nunjuk adik sepupunya seraya komat-kamit gak jelas.
"Adikmu? Bahasa Rusia? Jelaskan pada kami, dia itu orang yang kami temui di jalan saat membeli beberapa perlengkapan basket. Dia aneh," pinta Riko.
"Baik ... sebelum itu, bisakah kau beri kami waktu istirahat? Kasian 'kan kapten kita yang sudah terkapar di lantai?"
"Istirahat 10 menit!"
Drtt Drrt Drrtt
Ponsel Sakura yang bergetar mengalihkan perhatian mereka, tanpa basa-basi Sakura menjauh dan mencari tempat untuk menjawab telepon.
"Mau ke mana? Kabur?"
"Mau jawab telepon dasar bodoh! Jangan ganggu atau kau remuk!"
"Sepertinya kau tidak dihormati oleh adikmu sendiri senpai."
"Sikapnya memang seperti itu Kuroko, aku sendiri bingung ... dia seorang tsundere atau dandere. Haruno Sakura namanya ... blasteran Rusia-Jepang. Adik sepupuku itu seorang aktris papan atas lho. Katanya dia kembali ke Jepang karena ada shooting. Berteman baiklah dengannya, walau sikapnya terkadang membuat kita bingung, sstt otaknya juga encer seperti Hanamiya," jelas Kiyoshi.
"Berteman dengan aktris kelas papan atas? Jangan melucu Kiyoshi. Dia Haruno yang itu? Heee~ kau pasti mengada-ngada," ejek Riko, dia terkekeh pelan.
"Kakak-ku benar kok. Akan tetapi di bagian tsundere atau dandere itu salah besar! Oh iya boleh aku foto anjing imut ini?" Sakura yang tiba-tiba sudah berada di belakang Riko membuat semuanya tersentak kaget.
'Sepertinya tidak asing,' batin mereka semua.
"Itu anjingku Haruno-san ... Nigou."
"Ahhh Nigou ya? Jadi kau yang pertama? Mirip sekali! Ehehe tolong foto kami berdua! Ini ponselku," Sakura menyerahkan ponselnya lalu segera mengambil posisi seimut mungkin. Kuroko? Yahh dia sih terima saja. Setelah memotret satu kali, Kuroko iseng membuka galeri foto. Baru kali ini dia memegang ponsel dengan spesifikasi dan fitur terlengkap.
"Melihat rambutnya mengingatkanku pada manajer tim basket akademi Touou, bukankah begitu?"
"Kau benar Kagami, tumben pintar? Sejenak aku berpikir kalau mereka itu kembar." Riko manggut-manggut.
"Memangnya aku ini sebodoh apa di pikiranmu hah?" protes Kagami, merasa harga harga dirinya diinjak-digesek layaknya keset kaki. Riko cuek bebek ... Kagami naik tensi kemudian keheningan kembali mendominasi—sibuk dengan dunia masing-masing.
"Umm Haruno-san pacarnya Akashi-kun ya?" perkataan Kuroko seketika memecah keheningan yang ada.
"HAHHH! KAU BERCANDA KUROKO? ITU MUSTAHILL! DIA TINGGAL DI RUSIA!" bahkan Kiyoshi ikutan menjerit begitu mendengar fakta mengejutkan tentang adik sepupunya itu.
"Aku serius. Ini fotonya." Kuroko mengarahkan ponsel Sakura ke hadapan mereka yang saling rebut-rebutan untuk melihat. Sesudah itu, mereka semua langsung memandang horror ke Sakura—yang dilihat pun buru-buru menatap ke arah lain.
"Tch, kenapa foto itu masih ada di sana? Manajer sialan! Akan kubakar hidup-hidup dia," gumam Sakura berapi-api.
-O0O-
Mata Kuroko dan Sakura tidak rabun atau berminus, garis bawahi ... tidak sama sekali. apartemen yang mereka lihat sekarang sungguh mewah, ini baru luar gedungnya! Belum yang ada di dalamnya. Keduanya tercengang hebat—tapi Kuroko bisa menyembunyikannya dengan baik—melihat bangunan bertingkat yang terlihat sejuk dan nyaman untuk ditempati.
Kenapa Kuroko bersama Sakura? Karena Kiyoshi bilang dia ada urusan mendadak, tidak bisa membantu Sakura untuk menemukan alamat apartemennya di Tokyo. Jadilah Kuroko yang sangat baik hati menemani Sakura. Dengan sifat ramah dan cerianya Sakura bisa beradaptasi sangat baik di Jepang, bahkan Aida Riko tertarik mengenal Sakura lebih jauh.
"Mereka semua benar-benar ingin memperpendek umurku dengan cara membuatku terserang penyakit jantung. Sudah kubilang apartemen yang sederhana saja berhubung aku tidak akan lama di Jepang. Bagaimana menurutmu Kuroko-kun?"
"Menurutku mereka semua baik, dengan begitu kau tidak akan melakukan banyak dosa dan hidup damai." Singkat, padat, jelas, tapi nyelekit ... itulah Kuroko Tetsuya yang masih setia dengan tampang watadosnya.
"Kejam sekali! Kau ingin aku mati muda? Nusuk banget kalimatmu. Tapi terima kasih ya sudah mau mengantarku, tidak masuk dulu ke apartemen? Aku yakin manajer laknat itu ada di dalam sedang ngakak guling-guling atas perbuatan yang dia perbuat padaku, dengar Kuroko-kun ... aku bahkan tidak mengenal orang yang bernama Akashi," tegas Sakura, dia tidak mau kedatangannya ke Jepang menyebabkan malapetaka akibat gosip yang tidak-tidak. Alasannya kemari selain shooting adalah bebas dari kekangan orang tuanya di Moskow, dia ingin rileks! Sekali saja, Sakura ingin menjadi seekor burung yang bebas terbang terlepas dari sangkar emasnya.
"Aku percaya."
"Dan ... jangan lupa katakan pada kakak untuk datang ke lokasi shooting besok. Kuroko-kun boleh ikut kalau mau, bawa Nigou okay?"
"Akan kuingatkan."
Sakura mengangguk singkat setelah itu berlari-lari kecil meninggalkan Kuroko. Bersenandung ria mencari nomor apartemen sesuai yang dikirim melalui e-mail oleh manajernya.
"Sialan kau Ino! Bagaimana bisa foto lama itu masih ada di ponselku padahal sudah kuhapus?" Baru saja masuk apartemen, Sakura langsung uring-uringan di genkan dengan sneakersnya ditodongkan ke Ino. Moodnya cepat sekali berubah.
"Heh? Masih ada? Pfftt itu artinya foto kalian adalah foto keramat, tidak baik lho dihapus~." Ino yang muncul dari dalam apartemen dengan segelas jus jeruk di tangannya semakin membakar emosi Sakura yang meluap-luap.
"Semua orang jadi salah paham denganku! Apa itu mem—" terjadi lagi, ini bagian yang paling Sakura benci tapi dia tak kuasa menolaknya. Napasnya putus-putus disertai dadanya yang sakit ... Ino yang melihat Sakura bungkam dengan ekspresi panik pun tertular paniknya.
"Te-tenang Sakura, a-aku membawa semua yang kau butuhkan kemari kok. Tetap jaga kesadaranmu!" Sakura tidak menjawab, dia hanya melempar tatapan seakan berkata 'Tolong lakukan secepatnya'.
-O0O-
Sakura menilik taman sekelilingnya yang begitu ramai, tapi tidak satu pun dari mereka yang menyadari keberadaan Sakura dan temannya yang tergeletak lemah di pangkuannya. Beberapa orang berjubah hitam membuat formasi melingkar mengurung Sakura dan temannya, mereka merapalkan mantra.
"Percuma! Kau yang sendiri terlalu lemah untuk melawan kami semua, temanmu sudah tumbang duluan. Dasar jalang! Manusia rendahan, kau pikir bisa melawan kami? Seorang Iblis? Kau letakkan di mana otak manusiamu itu? Lingkaran sihir ini akan membunuhmu perlahan, dan tidak ada yang tahu … lingkaran ini menyembunyikan segalanya," umpat salah seorang berjubah hitam kepada Sakura.
Sekali lagi Sakura menggenggam tangan sahabatnya yang kini setengah sadar, mendesis jijik kala mendengar perkataan kelewat biadab yang dilontarkan iblis. Tapi itu tak berlangsung lama karena Sakura terkekeh geli ketika melihat katana miliknya berpoleskan darah kental.
"Ya aku memang jalang dan liar, tidak bisa dibandingkan dengan kalian. Ya! Aku memang manusia rendahan yang bernafsu memiliki kekuatan dewa untuk melindungi apa yang ingin kulindungi. Jadi jangan salahkan aku kalau nanti kalian yang terbunuh … oleh kekuatan dewa yang lebih tinggi dari kalian."
"CUT!" aktivitas kamera dan sound langsung berhenti ketika mendengar suara lantang sutradara, para pemain film bubar dari lokasi menuju tempat istirahat yang tersedia.
Dari kejauhan, Kuroko melihat Sakura yang berbincang ria seraya tersenyum cerah terhadap para kru. Dan saat itu pula Kuroko meyadari satu hal, senyuman yang dipaksakan, tanpa arti, menyedihkan. Apa memang begitu cara Sakura tersenyum? Kenapa Kuroko tidak menyadarinya dari awal pertemuan mereka? Terlihat sangat memaksa tapi entah kenapa tertutup dengan baik.
"Kiyoshi senpai? Ada sesuatu yang ingin kukatakan."
"Hmm? Apa itu?"
"Aku akui acting yang dilakukan Haruno-san itu luar biasa untuk kelas atas sepertinya. Akan tetapi, dia sangat buruk bila tersenyum, terlalu hambar. Apa dia menyembunyikan sesuatu?"
"Wow wow tahan dulu, matamu tajam sekali. Kau orang pertama yang menyadari hal itu tanpa melihat sesuatu di baliknya. Bukannya tidak mau mengatakan, kami seluruh keluarga yang terikat hubungan darah dengan Sakura memutuskan untuk diam atas apa yang terjadi. Jika kami membahasnya … Sakura akan mengamuk habis-habisan. Gadis itu sangat lihai berbohong, semua tersusun rapi sesuai keinginannya."
"Berbohong? Itu sesuatu yang kekanakan. Apakah dia melakukannya pada semua orang?"
"Semua terkecuali keluarganya. Karena kau orang pertama yang tahu, baiklah akan kukatakan hal ini sekali saja. Semenjak SMP, jika Sakura bersama keluarganya ... tidak ada orang lain di sekitar, dia seperti boneka bergerak tanpa jiwa. Tidak pernah tersenyum, menangis, atau pun marah. Nah cuman itu, jangan cari tahu apa pun tentang Sakura ya? Jangan pernah! Karena dia seperti kotak pandora."
"Jika senpai mengatakan itu, aku semakin penasaran."
"Arrghh! Jangan! Sakura akan membunuhku!" Kiyoshi frustrasi menghadapi Kuroko.
"Maaaaffff! Apa kalian menunggu lama? Tadi ada sedikit perubahan jadwal. Yeyy berikan Nigou padaku Kuroko-kun," cerocos Sakura, tidak melihat Kiyoshi yang megap-megap seperti ikan dilempar ke daratan—takut kalau Sakura mendengar percakapannya dengan Kuroko.
"Yoshh! Mari menuju ke Akiba! Aku ingin melengkapi koleksiku!" sambung Sakura.
"Cepat sekali kau mengganti kostum anehmu itu! Bentar deh, Akiba? Kau menyuruhku kemari hanya untuk itu? Menjadi bodyguardmu ke Akiba? Mana manajermu?" sungguh, Kiyoshi tidak bisa menerima ini semua. Menjaga seseorang seperti artis-papan-atas bukan perkara yang mudah, nasib tubuhnya gimana ntar? Patah-patah? Remuk? Gepeng? Dia tidak mau kena terjangan maha-dahsyat dari reporter gila informasi.
"Aku tidak bilang kau harus menjagaku. Yahh masalahnya itu, aku tidak tahu seluk-beluk kota Tokyo. Apa salahnya sih? Jaga adik sendiri kok gak mau? Manajerku juga sama sepertiku—buta arah. Jadi kumohon kak? Jarang-jarang 'kan kau dengar adikmu ini memohon?"
Berkat perkataan Sakura yang tadi, kini Kiyoshi pasrah pada takdir. Menemani (baca: menjaga) Sakura mengunjungi toko-toko anime favoritnya dan membeli beberapa barang dari sana. Setiap toko yang mereka masuki, Sakura sempat-sempatnya fangirlingan-ria dengan mata berbinar-binar cerah memberikan efek silau pada Kiyoshi dan Kuroko—untung tidak ada yang melihat aksi norak tersebut.
"Aku haus, ada yang mau kubelikan minuman? Pengecualian untukmu Haruno, cari saja sendiri!" canda Kiyoshi.
"Sejak kapan kakak memanggilku dengan nama keluarga? Kejam."
"Iya ah! Bercanda kok. Tunggu di sini." Kiyoshi pun pergi meninggalkan Kuroko dan Sakura yang meletakkan Nigou di atas kepalanya—penyamaran.
"Haruno-san? Berapa lama kau akan tinggal Jepang?" tanya Kuroko setelah terdiam cukup lama.
"Hah? Kau ingin aku cepat kembali ke Rusia ya? Kenapa semua orang begitu jahat padaku sih, apa salahku sehingga hidupku dirundung pilu begini?" Kuroko sweatdrop tapi masih setia dengan wajah mirip triplek melihat Sakura kelewat lebay. Apakah bertanya seperti itu salah?
"Tidak, hanya saja aku melihatmu begitu antusias di sini. Apa kehidupanmu di Rusia begitu suram?" Sakura mengubah mimik wajahnya menjadi serius, sepertinya dia tahu ke mana arah pembicaraan ini menuju.
"Aku dikekang seperti hewan peliharaan oleh kedua orang tuaku. Tidak boleh melakukan sesuatu tanpa seizin mereka, aku muak! Tapi sudahlah, aku harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin untuk bebas. Begitulah sejarahnya hehe."
Kuroko melihat itu lagi, senyum yang dipaksakan.
"Sebutkan satu hal yang paling ingin kau lakukan di sini, yang tidak bisa kau lakukan di Rusia." Mungkin kali ini Kuroko berkata terlalu panjang, salahkan rasa penasarannya yang terlalu tinggi. Sakura persis seperti kotak pandora.
"Kue tart! Aku ingin makan kue tart! Ahh pasti rasanya manis dan sangat enak ya?"
Benar-benar penuh misteri, gadis ini kenapa? Bukankah kue tart adalah hal yang mudah didapatkan? Sangat gampang malah! Dia bahkan tidak tahu rasa dari kue tart? Ini patut dipertanyakan.
"Kue tart sangat mudah didapatkan. Kau bisa membuatnya sendiri atau lebih praktis lagi beli saja."
"Sudah kuduga seperti itu jawabanmu. Kue tart yang dibeli dan dibuat sendiri sangat berbeda rasanya Kuroko-kun. Tambahan, aku dari dulu tidak akur dengan dapur. Masakanku selalu saja aneh, apalagi untuk membuat kue tart."
-O0O-
Di sebuah meja persegi panjang dalam apartemen Sakura saat ini penuh dengan berbagai macam makanan. Seperti jelly, berbagai snack dan makanan ringan, jus dan minuman berwarna lainnya. Ruang tengah yang tadinya bersih, tertata rapi, tidak ada pernak-pernik menyilaukan mata disulap menjadi ruangan penuh blink-blink dengan pita-pita warna menghiasi dinding. Semua orang di sana begitu sibuk dengan tugasnya masing-masing—di dapur dan ruang tengah.
"Dari sekian banyaknya snack, kenapa Pocky yang paling mendominasi meja?" tanya Riko merasa sedikit janggal melihat snack Pocky.
"Itu karena aku suka Pocky, sudahlah kerjakan bagianmu!" jawab Ino acuh tak acuh. Uohh ada yang berani berbicara seperti itu rupanya pada pelatih.
"Aku bingung, pesta ini untukmu atau untuk Haruno sih? Kau memperbudak kami semua tahu! Kalau tahu begini jadinya aku tidak mau datang! Senpai!" Kagami yang baru saja keluar dari dapur dengan masakan yang mengepulkan asap putih di tangannya menyela pembicaraan.
"Sudahlah Kagami, biarkan si pirang ini memerintah sementara wong dia manajernya Haruno. Dia yang tahu kan?"
"Wohoo~ kapten basket Seirin pintar juga ya?" ujar Ino sembari menepuk-nepuk punggung Hyuuga—terlalu kuat—membuatnya menyenggol pinggiran meja, alhasil minuman pun jatuh ke lantai, semuanya berantakan. Kiyoshi, Kagami, Izuki, Koganei, Hyuuga langsung memucat. Riko menahan tawa melihat Ino cengar-cengir bercampur panik.
KLONTANG! BYURR!
"Woi! Dapurnya jangan dihancurin woi! Nih apartemen mahal harganya!" Ino teriak kolosal ketika mendengar suara mencurigakan dari dapur.
"Ino! Aku di luar nih, buka pintunya! Aku mau tidur! Lelah banget tahu, sutradara mendadak menambah jadwal shooting!" suara Sakura menginterupsi.
"Cepat matikan lampu! Tidak sempat untuk membereskan ini semua! Perintah!"
BLAM
"Cukup sudah! Aku tidak tahan lagi, aku bawa kuncinya kok kalau kau tidak mau buka."
Sakura mendapati seluruh apartemennya menjadi gelap gulita, kakinya menginjak sesuatu yang licin dan lengket di genkan. Ini seperti scene di film horror! Sakura berjongkok, mengendus benda cair di lantai menggunakan jarinya.
"Ini jus kesukaanku, bukan darah. Ino, kumohon jangan bercanda! Aku ini pengecut, bisa-bisa terkena serangan jantung! Sakelar mana sakelar!" Tangan Sakura berganti tugas, meraba-raba dinding mencari sakelar lampu, cahaya harapan.
Ketika lampu dinyalakan, mata Sakura terbelalak lebar. Demi apa! Apartemennya sekarang lebih pantas disebut sebagai kapal Titanic terbelah dua. Wajah pucat setiap orang terlebih lagi Ino.
Tarik napas … buang perlahan … jangan naik tensi!
"Ino … kalau berpesta kenapa tidak ajak aku sih? Tinjuku sudah sangat lama nganggur menunggu pekerjaan yang tepat. Dan aku rasa ini cocok 'kan?" Sakura tersenyum manis, sangat manis mengakibatkan semua yang ada di ruang tengah semakin pucat bak kertas putih.
"Pssttt semuanya. Dalam hitungan ketiga, kabur! Dari celah mana saja yang bisa kau lewati, jangan sampai Sakura menjangkaumu. Karena Sakura dalam demon mode sangat liar seperti peran film yang dimainkannya." Pernyataan Ino tadi sukses menimbulkan tanda tanya besar pada mereka semua, se-mengerikan apa Sakura?
KRIIEETTT
"Maaf aku masuk ya? Apartemennya terbuka begitu saja."
SRAKK! DUK!
"Sekarang!" Ino memimpin semua orang menerobos pintu keluar secepat kilat, sedang Sakura perhatiannya teralihkan melihat Kuroko yang jatuh dengan posisi sungguh tidak elite. Lebih tepatnya, jatuh terduduk—terpeleset—dengan kue tart sebagai topping di atas kepalanya.
"K-Kuroko-kun kau baik-baik saja? Pfftt kau … kepalamu," kekeh Sakura geli.
"Haruno-san ini tidak lucu. Lantainya licin, wajar kalau aku jatuh," balas Kuroko.
"I-itu kue tart 'kan? Kenapa?"
"Bukankah sudah jelas untukmu? Kau bilang kue tart yang dibuat sendiri beda rasanya, jadi ini buatanku. Senpai mengundangku untuk datang kemari merayakan ulang tahunmu, keberatan? Eh Haruno-san?" Kuroko—sedikit—terkejut melihat tangan Sakura yang menggapai kue di kepalanya, memakannya dengan santai tanpa peduli apa pun.
"Rasanya manis Kuroko-kun ... sangat. Terima kasih, aku sangat merindukan rasa yang seperti ini," gumam Sakura.
"Kenapa memakan yang ada di kepalaku?"
"Kau ingin aku memakan yang ada di lantai? Hufft begini Kuroko-kun, kau sudah membuatnya untukku 'kan? Setahuku membuat kue tart itu butuh kesabaran tingkat tinggi. Sebaiknya aku mencicipinya walau sedikit, anggap saja ucapan terima kasih hmm? Ehh kotak pink itu untukku? Kau terlalu baik."
Ah, bisakah Kuroko menarik ucapannya kembali tentang senyum Sakura? Senyum kali ini benar-benar berbeda, senyum tipis dan tidak dipaksakan.
"Kuroko-kun boleh memakai kamar mandi kok. Aku akan membereskan kekacauan ini sebentar."
Setelah yakin bahwa Kuroko tidak ada di ruang tengah, Sakura tertawa hambar. Memerhatikan hadiah yang Kuroko berikan padanya, menebak-nebak apa isinya.
"Ck aku menyerah. Dia berhasil, yahh aku harap dia tidak akan menyesal. Jangan melewati batas Kuroko-kun atau aku yang akan menyesal karena mengenalmu," lirih Sakura.
.
Tanpa kusadari hawa keberadaanmu, kau masuk dengan mudahnya.
Pada musim semi di mana sakura bermekaran, beterbangan elok ditiup angin, kau mengukir sesuatu di sana, sesuatu yang mengubah segalanya dan tak dapat kuhapus lagi.
Kau yang pertama dan kuharap juga kau yang terakhir.
Jangan benci aku ya? Jangan menyesalinya ya? Kau membuatku terpaku pada sosokmu.
~To Be Continued~
A/N :
Oh, God! what I've done? Kelihatannya saya terlalu merusak karakter aslinya, maaf sensei! Sungguh saya tak bermaksud, apalagi si muka datar itu susah banget buatnya euyy! Untuk chap ini saya buat alurnya agak lambat, karena saya kepikiran 'lah baru pertama ketemu kok langsung falling in love, mana prosesnya?' gomennn~ kalau gaje. Ide fic ini melintas begitu aja di benak saya :3
Didedikasikan untuk #TanabataChallenge semoga bisa dinikmati + diterima dengan baik.
Mungkin karya saya yang ini masih jelek, terlalu beda dengan karya senpai lainnya—yang pastinya bagus banget TAT
Xover pertama dan challenge pertama yang saya ikuti XD hehehe mencoba sesuatu yang baru karena saya lihat archive Sakura lumayan sedikit di kurobas. *lirik Kuroko* tantangan banget kalau buat fic yang ada dia *smirk*
Eumm ada yang baca judul lagu di atas kan? Nah sebagai pembangkit emosi (?) dalam pengerjaan fic, saya denger itu (dikasih saran sama senpai di FB). Jadi yah seperti itulah kira-kira suasana fic ini, makna lagunya pas banget #maksudnya?
Jumlah kata saat ini tanpa judul, disclaimer, warning, dan A/N : 3,788
Segitu dulu basa-basi dari newbie ini. Sampai jumpa lagi!
Sign,
Classie
