Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Pair : SasuNaru

Warning : Boys Love/Sho-ai/Homo, OOC, Semi-Canon, typo(s), Author newbei, dan masih banyak lagi kesalahan lainnya.

Don't Like Don't Read! Happy reading!

.

.

.

Siang hari di musim semi yang begitu damai terjadi di desa Konoha, desa yang dipimpin oleh seorang wanita yang sudah berumur dan tempat dimana beberapa ninja-ninja kuat berada. Sesekali terlihat para ninja melompat dari satu atap rumah ke atap rumah yang lain, sibuk akan misi yang akan mereka kerjakan. Para penduduk desapun tak kalah sibuk dengan para ninja-ninja tersebut, mereka tetap menjalankan aktivitas keseharian mereka tanpa memperdulikan matahari yang bersinar begitu terik dan membakar kulit. Benar-benar hari yang cukup sibuk, tak terkecuali untuk ketiga belas pemuda-pemudi ini. Ratusan buku serta gulungan dan dokumen berserakan di dalam ruangan yang kini mereka tempati, rak-rak tempat meletakkan benda-benda tersebut juga penuh akan debu-debu.

"Kenapa sih kita harus membersihkan perpustakaan ini?" gerutu seorang pemuda pemilik anjing bernama Akamaru. Tangannya kini sedang sibuk mengelap debu pada sebuah buku.

"Sudahlah, kau jangan banyak menggerutu, kerjakan saja!" sahut pemuda berkacamata hitam penyuka serangga.

"Shino-kun benar, Kiba-kun. Bisa-bisa Nona Tsunade marah kalau kita tidak mengerjakannya." gadis bermarga Hyuuga membenarkan perkataan teman setimnya dengan suara pelan.

Terbayang wanita yang menjabat sebagai Hokage kelima sedang dalam mode menyeramkan kemungkinan terbesar adalah terjadinya kekerasan atasan kepada pegawai-pegawainya(?), yang dimana ia akan berakhir dengan patah tulang, memar, serta benjol disana-sini. Pemikiran itu sontak membuat Kiba mempercepat pekerjaannya yang sebelumnya ia lakukan dengan sangat lambat layaknya siput yang berjalan.

"Tapi, Kiba benar juga. kenapa harus kita yang membersihkan tempat ini, memangnya tidak ada orang lain apa?" kali ini yang menggerutu adalah gadis dengan rambut pirang.

"Ck, bilang saja kau tidak mau kulitmu itu terkena debu, Ino-Pig." gadis dengan warna rambut pink menyahut.

"Jangan seenaknya bicara, Jidat Lebar!"

Urat-urat kekesalan muncul detik itu juga di dahi gadis berambut pink dengan nama Sakura. "Apa kau bilang, Jidat Lebar?"

Mereka saling membenturkan dahi mereka, menatap garang satu sama lain, aliran listrik imajiner dari mata mereka terlihat saling berbenturan.

"Kalian ini berisik sekali, bisa diam tidak!" pemuda dengan gaya rambut emo yang sedari tadi sudah menahan kesal karena mendengar gerutuan teman-temannya akhirnya menyela pertengkaran kedua gadis itu.

"Ah, baiklah Sasuke-kun!" mendengar pangeran mereka berucap, Sakura dan Ino menjawab serempak. Senyum manispun terlihat di wajah masing-masing, aura ungu di sekitar mereka dengan cepat terganti dengan aura pink plus dengan efek blink-blink dan bunga-bunga.

"Ck, merepotkan." Shikamaru, pemuda bermata kuaci yang dari tadi memperhatikan tingkah kedua gadis itu hanya bergumam pelan.

"Entah kenapa akhir-akhir ini banyak sekali permintaan misi yang masuk. Orang-orangpun menjadi sangat sibuk karena hal ini." Neji yang berada di sebelah Shikamaru berucap.

"Kau benar. Padahal aku berencana untuk tidur saja seharian ini setelah mengerjakan beberapa misi." balas Shikamaru.

"Itu tidak bagus Shikamaru, kau harus mengobarkan semangat masa mudamu dan menggunakan waktumu untuk berlatih." Lee bergabung dalam percakapan singkat Shikamaru dan Neji. Ia sedang melakukan push up dengan bertumpuk-tumpuk buku di punggungnya.

"Maaf saja, tapi aku bukan kau Lee." Setetes keringat hinggap di pelipis Shikamaru.

"Lee, apa yang kau lakukan. Jangan gunakan buku-buku itu untuk alat latihanmu, cepat bantu bereskan!" Tenten memandang kesal teman setimnya. Setumpuk buku sedang berada di kedua tangannya.

Lee yang ditegur segera berdiri dan melakukan pose hormat. "Baik!" setumpuk buku yang tadi berada di punggungnya otomatis terjatuh berhamburan, membuat alis Tenten berkedut-kedut kesal.

Pandangan Tenten kemudian beralih kepada salah satu temannya yang sedang duduk bersila di dekat sebuah lemari rak buku. Helaan nafas lelah otomatis keluar dari mulutnya melihat sosok yang sedang duduk di sana. "Chouji, kau jangan makan terus cepat bantu kami!"

Dengan malas-malasan Chouji bangkit dari duduknya. "Baiklah~"

Di sisi lain terlihat seorang pemuda berambut pirang sedang sibuk menyusun buku-buku di deretan rak yang paling tinggi, tinggi lemari rak buku itu sekitar 3 meter hingga membuatnya harus memakai kursi agar bisa meletakkan buku-buku tersebut. Kursi yang ia pakaipun beberapa kali hampir terjatuh, namun ia beruntung bisa menyeimbangkan kursi tersebut.

"Naruto-kun, kau mau aku bantu pegangi?" Sai yang melihat Naruto —pemuda berambut pirang— kesulitan menawarkan bantuan.

Naruto yang memang memerlukan bantuan memutuskan menerima tawaran Sai. "Ah, ya." ia menjawab tanpa melihat kearah Sai, tangannya masih sibuk meletakkan buku-buku.

Tangan Sai bergerak memegang pinggang Naruto, sesuatu yang Sai maksud untuk dibantu dipegangi, yang tentu saja berbeda maksudnya dengan Naruto.

Twitch!

"Sai, aku memang ingin kau bantu memegangi. TAPI BUKAN PINGGANGKU YANG HARUS KAU PEGANG, CEPAT PEGANG KURSINYA!' urat-urat kekesalan berkedut-kedut pelan di kening Naruto, wajahnya memandang kesal kearah Sai. Sedangkan Sai tersenyum polos menanggapinya.

"Oh maaf, Naruto-kun." Kedua tangannya kemudian beralih memegang kursi yang menjadi pijakan Naruto.

Tanpa kedua orang itu sadari sosok berambut emo di belakang mereka mengeluarkan aura suram melihat adegan tadi.

"Berani-beraninya dia memegang Naruto seperti itu, aku saja belum pernah melakukannya. Awas saja kau Sai, akan kubalas kau nanti." Ia bergumam pelan, sepasang bola matanya memandang tajam pemuda yang selalu menampilkan senyum itu. Tangannya mencengkram erat dokumen yang berada di genggamannya, membuat dokumen itu menjadi lecet.

Srak!

'Eh?'

"Aaa... Sasuke-kun, kenapa kau merobek dokumennya?!" Sakura yang melihat dokumen penting yang sedang dipegang Sasuke sobek berteriak panik. Semua yang mendengar teriakan Sakura segera menoleh, wajah mereka serentak pada detik itu juga berubah pucat pasih dan panik.

"Kyaaa... Sasuke apa yang kau lakukan? Kau mau cari mati! Ayo perbaiki... perbaiki... perbaiki!" Kiba berteriak dengan histeris.

"Sasuke, kau mau kita semua masuk rumah sakit apa! Oh... habis sudah, habis sudah, Nona Tsunade pasti akan melempar kita semua!"

"Sasuke-kun, aku memang menyukaimu, tapi kenapa kau harus membuatku menghadapi Nona Tsunade, aku tidak sanggup!"

"Teme, kami ini sudah capek harus membersihkan tempat ini, kenapa kau harus menambah penderita kami dengan harus menghadapi Tsunade Baa-chan!"

"Sasuke kalau kau ingin mati di tangan Nona Tsunade, kau mati sendiri saja, jangan bawa-bawa kami!"

"Oh ya ampun, jangan katakan kalau kau tertular semangat Lee dan berniat merobek dokumen itu untuk bisa melawan Nona Tsunade agar bisa membuatmu lebih kuat lagi untuk mengalahkan kakakmu. Sasuke, bersemangat untuk bisa mengalahkan kakakmu sih boleh-boleh saja, tapi jangan bawa-bawa kami juga, bisa tidak!

"Aaargh... kalian berisik, aku tidak sengaja merobeknya. Jangan menyalahkanku terus!" Sasuke berteriak frustasi karena teman-temannya bahkan Naruto menyalahkan dirinya, padahal itu bukan sepenuhnya salahnya, salahkan Sai yang membuat dia cemburu dan malah membuatnya merobek dokumen itu tanpa sadar.

"Ck, kalian ini jangan berteriak-teriak saja! Cepat cari plester, kita harus perbaiki sekarang supaya tidak ketahuan!"

Tanpa membantah perintah yang keluar dari Neji, mereka semua dengan segera berlari mencari plester untuk memperbaiki dokumen yang terbagi dua akibat ulah Sasuke.

.

.

.

Keringat di dahi masing-masing dilap. Ruangan yang sebelumnya terlihat berantakan dan berdebu itu sekarang sudah lebih baik. Buku, dokumen, dan gulungan tertata dengan rapi di tempat masing-masing.

"Ah... akhirnya selesai juga." desahan lega keluar dari mulut Naruto melihat pekerjaan mereka sudah beres.

"Aku benar-benar capek, dan sekarang aku mulai haus." ucap Shikamaru, ia terduduk di lantai dan menyandar sepenuh pada rak buku di belakangnya.

"Aku juga, dan ditambah lagi sekarang aku juga lapar." Chouji menimpali, ia mendudukkan dirinya di samping Shikamaru.

Cklek!

Pintu perpustakaan terbuka sosok Shizune terlihat dari pintu yang terbuka itu.

"Wah, ternyata kalian sudah selesai, kalau begitu karena kalian sudah bekerja keras aku akan membawakan kalian minuman.

Beberapa diantara mereka yang mendengar akan dibawakan minumanpun berteriak semangat. "ARIGATOU, SHIZUNE-NEE!"

"Sama-sama."

.

.

.

Shizune sedang sibuk mondar-mandir di dapur, teh untuk Naruto dan kawan-kawan sudah siap, tapi gelas untuk mereka minum belum ditemukan. Lemari-lemari yang terletak di atas dibuka satu persatu.

"Hm, dimana gelas-gelas itu diletakkan? Tonton kau tahu dimana gelas-gelas itu berada?" tanya Shizune pada Tonton yang berada di atas lemari.

Tonton melompat turun dari lemari tempatnya berpijak, dan tanpa sengaja ia menyenggol sebuah botol kecil yang tidak memiliki tutup, isi botol yang berwarna hijau itupun jatuh kedalam teko berisi teh untuk Naruto dan kawan-kawan.

Tonton berjalan menuju lemari yang terletak di bawah, ia memberi isyarat pada Shizune kalau gelas yang ia cari berada di lemari itu.

"Shizune menbuka lemari yang dimaksud Tonton. "Ah, ketemu! Kau hebat Tonton. Sekarang ayo susun gelas ini, lalu kita berikan pada mereka."

.

.

.

"Minumannya sudah siap!"

Suara Shizune bagaikan nyanyian malaikat bagi Naruto dan kawan-kawan, membuat tenaga mereka yang sebelumnya hilang dengan cepat kembali lagi. Dengan semangat mereka menghampiri Shizune yang sedang meletakan nampan berisi minuman di meja yang terdapat di perpustakaan Konoha. Mereka saling dorong bahkan gigit satu sama lain untuk dapat mengambil gelas, Shizune pun hanya tersenyum kaku melihat pertarungan(?) yang dilakukan ninja-ninja muda itu. Setelah saling rebut sana-sini gelas di mejapun sudah habis terambil.

"Lho, Shizune-nee gelasnya sudah habis? Aku bahkan belum dapat." Naruto menatap meja yang kini sudah tidak ada gelas lagi.

"Ah, benarkah? Sepertinya aku salah menghitung jumlah gelasnya. Kalau begitu akan aku ambilkan lagi."

"Tidak perlu, Shizune-nee. Kurasa aku akan pinjam saja." Naruto beralih memandang kearah Kiba yang hampir menghabiskan minum. "Kiba, aku pinjam gelasmu."

"Hah, meminjam gelasku? Untuk apa?" Kiba memandang heran pemuda dengan rambut pirang di dekatnya.

Naruto memutar matanya malas. "Untuk apa lagi, tentu saja untuk minum, bodoh!"

"Aku tidak mau!"

"Hah, kenapa kau tidak mau?"

"Tentu saja karena aku tidak mau berciuman secara tidak langsung denganmu."

Uhuk

Yang batuk bukan Naruto, tapi orang yang menguping pembicaraan mereka berdua.

"Sasuke-kun, kau tidak apa-apa?" tanya Sakura.

"Hn, aku tidak apa-apa."

"Oh, baguslah kalau begitu."

'Berciuman tidak langsung dengan Naruto? Kalau aku meminjamkan gelas ini padanya, itu berarti... khuhuhu baiklah kalau begitu akan aku lakukan.' batin Sasuke bersorak ria membayangkan rencananya.

"Na—"

"Kau benar juga, lagipula aku juga tidak mau berciuman tidak langsung denganmu. Kalau begitu, Shizune-nee bisa ambilkan lagi gelas untukku?"

Ucapan Sasuke terpotong, bahkan saat dia baru mengucapkan dua huruf. Sungguh miris sekali nasibnya, belum juga selesai bicara sudah diserobot duluan sama si Target. Sasuke pun hanya bisa meratapi nasibnya dari dalam hati karena rencananya gagal.

"Baiklah, Naruto!"

Tak lama kemudian Shizune kembali dengan membawa sebuah gelas di tangannya, ia menuangkan air di dalam teko kedalam gelas dan menyerahkannya pada Naruto.

"Ah, akhirnya aku bisa minum juga."

Gelas mulai terarah ke mulutnya, sedikit lagi gelas itu akan menyentuh bibir Naruto, namun saat tinggal satu centimeter lagi gelas itu menyentuh bibinya sesuatu terjadi.

Bof!

Asap-asap putih misterius tiba-tiba bermunculan di dekat mereka.

"Ohok...ohok... asap apa ini?" Naruto mengibas-ngibaskan tangannya, mencoba menghilangkan asap di sekitarnya.

"Ohok...ohok... entahlah, aku juga tidak tahu, ohok... asap ini tiba-tiba muncul. Kau tidak apa-apa Naruto?"

"Aku tidak apa-apa, Shizune-nee."

Asap di sekitar mereka perlahan-lahan menipis dan menghilang, merekapun akhirnya bisa melihat dengan jelas sekitar mereka.

"Teman-teman, kalian tidak..."

"Eh?"

'?"

"HEEEEEEE...?"

To be continued

A/N: Ini fic keduaku, semoga tidak mengecewakan. Chapternya nggak akan terlalu banyak. Aku lagi kehilangan mood ngetik fic pertamaku yang temanya sedih, jadi aku putuskan buat fic ini. Sekaligus buat hilangin stres akibat prakerin, kuharap waktu prakerinku cepat selesai. Teman-teman sih suka-suka aja prakerin, tapi malah enggak. Rasanya kalo bisa aku mau bolos aja masuk, tapi kalo teringat masalah nilai aku jadi nggak bisa bolos. Wah maaf, aku malah jadi curhat.

Terima kasih sudah membaca. Bagi yang mau review, silahkan review. Dan kalo nggak mau juga nggak apa-apa.