Bocor
Singkat cerita. Citadel. Kebocoran.
Jadi, ceritanya pada suatu hari hujan deras menguyur citadel untuk waktu yang cukup lama, hingga akhirnya...
Tik... Tik...
"Wah, udah berapa hari yha ujannya gak berhenti?" wujud seorang Tantou rambut pink bermarga Toushirou bernama Akita muncul dari dalam jendela citadel, menempelkan hidung dan tangannya di kaca jendela. Seorang Tantou lainnya yang bernama Gokotai mengendong seekor anak harimau putih di tangannya dan ikut melihat taman belakang Citadel yang basah akibat hujan yang berkepanjangan.
"Bosan yah?" tanya Gokotai, sambil menguap kecil gegara bosan.
"Iya nih, hujan mulu gak bisa main-main di luar, suntuk banget di dalem terus..." keluh Akita memonyongkan bibirnya, bisa terlihat jika dia frustasi karena hujan ini...
Sejak hujan mengguyur citadel semua orang memilih untuk berdiam di rumah, baik menggabutkan diri ataupun melakukan hal yang nirfaedah seperti Tanuki yang tanpa sengaja merusak pintu shoji di akibatkan dia bermain kucing-kucingan sama tantou-tantou dan terjungkal ke pintunya.
Sementara itu di ruang utama Citadel, terlihat satu orang gadis manusia yang para pedang tersesat ini panggil Aruji-sama. Dia sedang bersantai-santai dengan entah apa tujuannya.
"Heeeeiii, Mitsucchi!" teriak Sang Saniwa ghaib ini pada pedang yang bergaya seperti seorang Chuunibiyou, pedang tersebut pun menoleh pada gadis itu.
"Hmm? Ada apa Aruji-sama?" jawab Shoudaikiri Mitsutada, dia tahu persis jika sang Saniwa ini sedang bosan berat. Begitu juga dengan para toudan lainnya.
Maklum sejak cuaca tidak baik, Sang Saniwa ini memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana meskipun sedang ada lomba gali-gali Tantou langka di kastil Osaka, tapi melihat cuacanya Saniwa ini jadi khawatir, takut lubang yang digali bakalan longsor dan menimbun mereka semua. Nanti judulnya udah bukan gali-gali Tantou langka lagi.
Belom lagi kalau sampai mereka karatan karena kena air hujan, berabe 'kan?
"Aku mau..." sebelum Sang Saniwa dapat meneruskan perkataannya, sepercik air dingin menetes tepat di atas leher Saniwa tersebut.
Dan keributan pun di mulai dari air tetesan dari atap Citadel kecil ini.
"Haah, merepotkan sekali jika kita harus menambal atap Citadel di tengah hujan deras seperti ini." pedang beryukata biru tua bernama Mutsunokami Yoshiyuki, atau biasanya dipanggil Mucchan oleh Sang Saniwa. Dia mengeluh kesal dan mengayunkan palu yang dia pegang, sementara yang menemaninya, Mitsutada, hanya tertawa kecil dan membantu Mutsu membawa perkakas untuk memperbaiki atap yang bocor.
"Ya setidaknya Citadel gak akan kebasahan, walau harus mengorbankan kita berdua, demi keamanan bersama." terang sang pedang berpenutup mata tersebut sambil mengamati genteng mana yang rusak, bolong, ataupun hilang dicuri orang random yang mungkin juga kebocoran rumahnya.
Tapi, bukannya nemu genteng bolong, mereka malah melihat sesosok pedang berkain, atau mungkin yang mereka kenal sebagai Yamanbagiri Kunihiro, pedang pertama yang Saniwa Citadel ini miliki. Dia hanya bengong melihat kejauhan dan membiarkan dirinya dibasahi air hujan yang konon sangatlah menakutkan untuk para pedang ghaib yang dimanusiasikan ini.
(kayanya cuma mereka aja yang terlalu lebay)
Mereka pun hanya terdiam, melihat kelakuan pedang yang satu ini.
"Lah, Manba? Kamu ngapain ujan-ujan begini di atap?" Mitsutada menghampiri Yamanba.
Tetapi karena dia tidak hati-hati kakinya ngejeblos dan merusak sebuah genteng.
"AYAM AYAM AYAM!" latah sang pedang saat kaki-indah-tapi-tak-seindah-milik-Sengo-Muramasa nya menghilang di dalam atap Citadel.
"MITSUTADA!" kedua pedang itu terburu-buru menolong Mitsutada yang terjebak di antara genteng nista Citadel yang rusak akibat kecerobohannya.
"Makanya kamu kalau jalan hati-hati dong, gak inget kalau kita lagi di atas atap?" sergah Mutsu. Yamanba tetap fokus menolong Mitsutada.
"Maafkan aku, yah karena aku pedang replika jadi aku hanya bisa menyusahkanmu." Yamanba mulai kembali menyalahkan dirinya, Mitsutada pun akhirnya dapat terbebas dari genteng-genteng tersebut.
"Tak perlu dipikirkan, ini juga salahku tidak lihat-lihat tadi." Mitsutada memeriksa genteng yang dia injak tadi, sepertinya genteng yang mereka cari-cari kini telah bolong dan rembesan airnya pun makin parah karena terinjak Mitsutada barusan.
"Mampus."
"LAH INI KENAPA JADI LEBIH GEDE BOCORNYA?!" Teriakan panik khas Izuminokami Kanesada mengelegar di dalam Citadel layaknya petir menyambar di tengah badai.
"SELAMATKAN ARUJI-SAMA, TEMPATKAN DIA DI TEMPAT YANG AMAN!" seru satu pedang lainnya, kemungkinan besar itu adalah Heshikiri Hasebe, soalnya jika menyangkut keselamatan Sang Saniwa nista penghuni Citadel ringsek tua ini dialah yang paling panik, atau para Tantou suka menyebut Hasebe sebagai om-om lebay.
"WOY INI YANG NGEBETULIN GENTENGNYA GIMANA SIH?!"
Dan teriakan-teriakan kecil lainnya ikut menyertai hari itu di Citadel yang kebocor mendadak dan disertai banjir misterius yang mana menggenangi Citadel dalam sekejab.
"Ini bakalan jadi panjang masalahnya." keluh Mitsutada.
Hujan lebat tetap mengguyur Citadel kecil ini tanpa henti, yang memaksa para pedang yang nyangkut di TKP bergegas melakukan tugasnya, walau sebenarnya sia-sia karena banjir bandang pun juga menghampiri tempat itu esok harinya.
- Bersambung -
A/N : Nyan kembali dari kematian setelah sekian lama, dan sekarang sedang tenggelam di dalam lautan garam bernama Touken Ranbu! /somehow pengen nyeret orang yang bikin nyebur
Terimakasih sudah meluangkan waktu anda untuk membaca fic yang nirfaedah ini, ini fic pertama yang bertema Receh Adalah Bagian Kehidupan Yang Makmur dan Sejahtera /plak berasa receh ndak? Atau masih kurang receh?
Btw, Toudan-Toudan yang di gunakan di fic ini di dasari dengan Toudan-Toudan di akun game saya, jadinya masih sedikit mahluk-mahluk ghaib seperti Tsurumaru atau Kogitsunemaru muncul disini, jadi intinya mereka ndak akan muncul sebelum saniwa malang ini memulangkan mereka ke citadel wwwww /dibakarreader
Mungkin segini aja, dan terimakasih dan sampai jumpa di hari berikutnya! /cium dan peluk dari mutsunokami /ewh /plak
