Male/male
BTS
Jeon Jungkook/Kim Taehyung
0. Proposal
"Kamu tahu tidak?"
"Apa?"
Jeon Jungkook berhenti mengunyah permen karetnya dan menaikkan sebelah alis ke arah kawannya Kim Yugyeom. Lelaki tinggi tersebut hanya memberinya tatapan nakal sebelum menggidikkan bahunya acuh dan kembali melanjutkan.
"Kim Taehyung dari kelas 3-B. Katanya dia menjual diri."
"Menjual diri?"
"Ya," Yugyeom menyenderkan punggungnya pada dinding koridor sekolah dengan gestur yang santai, terlihat celingukan kesana kemari seakan mencari sesuatu—atau seseorang? "Kau tahu? Melakukan seks untuk uang. Konon dia sering membawa kliennya untuk melakukannya di ruang janitor atau bilik toilet pria."
"Klien?"
"Yeah. Biasanya sesama senior kelas tiga atau kelas dua-atau siapapunlah, sebenarnya. Asal mereka punya uang,everybody's got the chance to fuck him."
Koridor tersebut tidak sepi namun tidak juga ramai; beberapa murid terlihat berlalu lalang bersama geng kecil mereka, bersenda gurau atau sekadar nongkrong di koridor seperti yang mereka lakukan untuk menunggu istirahat makan siang selesai. Yugyeom masih terlihat celingukan mencari sesuatu, tapi Jungkook tidak peduli; lagipula menurutnya temannya ini tukang gosip yang sering melebih-lebihkan sesuatu. Ia sudah terbiasa dengan antiknya.
Pemuda tersebut mengeluarkan permen karetnya dari mulut dan melemparnya ke arah tempat sampah. Tuing, permen karet tersebut mental dan gagal masuk ke tempat sampah. Jungkook masa bodoh. Ia merogoh ponselnya dari saku celana, mengecek notifikasi KaTalk terbaru dari grup kelasnya dan menggulir layar ponselnya dengan tatapan bosan.
"Lalu? Urusanku?"
"Nah, urusanmu," Yugyeom tiba tiba membenarkan posisi berdirinya. Ia menegakkan postur tubuhnya sambil menepuk-nepuk pundak Jungkook, matanya terfokus pada sesuatu di ujung koridor seperti sudah menemukan apa yang dari tadi ia cari. "Lihat, orang itu."
Jungkook bisa merasakan tatapan-tatapan anak disekitarnya ikut terfokus pada apapun yang Yugyeom perhatikan, dan koridor yang tadinya ramai oleh tawa kini diselingi oleh bisik-bisik gosip seperti dalam drama lokal. Penasaran, Jungkook berhenti memainkan ponselnya dan ikut melirik pusat tatapan dari hampir semua orang di koridor.
Dari kejauhan, terlihat sesosok figur lelaki tinggi kurus yang berjalan melewati koridor ke arahnya. Caranya berjalan tidak aneh atau tidak berlebihan seperti orang-orang melihatnya-ia berjalan dengan santai dan riang; namun ada aura tertentu darinya yang membuatnya terlihat begitu memikat. Rambut coklat tuanya terlihat halus, poninya yang cukup panjang menyapu dahinya. Sepasang matanya coklat dan gelap, namun terdapat suatu kerlingan tertentu yang dapat menarik semua orang kedalamnya. Wajahnya manis seperti boneka mahal berharga ratusan ribu won yang ia pernah lihat di internet. Jungkook merasa menahan napas untuk sepersekian detik ketika ia merasa tatapan mereka bertemu. Lelaki tersebut melempar senyum singkat kearah Jungkook sebelum berjalan melewatinya.
Yugyeom disebelahnya bersiul.
"Manis sekali, bukan? Matanya sangat cantik," Yugyeom berbisik di telinga Jungkook. Semua orang tampak masih memperhatikan pemuda itu berjalan hingga ia sampai di ujung koridor dan berbelok menuju tangga kelas tiga. Setelah itu, suasana koridor kembali riuh dengan tawa dan semua orang kembali ke kegiatan mereka masing-masing seperti sebelumnya, seolah mereka semua tidak baru saja membolongi kepala pemuda barusan dengan tatapan intens mereka sepanjang ia berjalan di koridor. Memangnya seberapa bermasalah pemuda itu?
Jungkook menaikkan sebelah alisnya kearah Yugyeom. "Jadi itu senior yang kau bilang menjual diri? Siapa namanya tadi... uh, Taeyeon?"
"Taehyung," Yugyeom membenarkan. "Kau bisa lihat kan seberapa populernya ia disini?"
Ada secuil rasa penasaran tentang Taehyung yang muncul ketika Jungkook mengingat betapa suasana koridor penuh dengan bisik-bisik ketika pemuda tersebut lewat tadi, tapi otak bebalnya memutuskan untuk tidak memedulikannya. Yeah, memang pemuda itu manis, namun kalau Jungkook ingin berurusan apa-apa dengannya, urusan itu jelas akan berhubungan dengan ranjang dan kondom; bukan perbincangan hangat dan Starbucks di seberang sekolah.
Jungkook menggidikkan bahu acuh.
"Lalu? Hubungannya denganku?"
Yugyeom tersenyum lebar, memamerkan sederetan gigi putihnya sambil menggenggam kedua bahu Jungkook. Ekspresinya terlihat inosen, tapi Jungkook tahu lebih baik; senyum itu berarti masalah.
"Buat ia jatuh cinta padamu."
"Hah?"
Genggaman Yugyeom pada kedua bahunya menguat. Jungkook menatap sahabatnya seolah ia sudah gila, memicingkan matanya dengan skeptis.
"Kau tahu kita belum melakukan taruhan bulanan kita kan? Bagaimana kalau begini, " Ia melepaskan genggamannya dari bahu Jungkook. Dengan senyum lebar yang masih menempel di wajah, lelaki jangkung tersebut menggosok kedua tangannya—terlihat antusias dengan ide apapun itu yang melintas di pikirannya. "Kali ini kita buat taruhan besar seharga taruhan satu semester, maka dari itu, Jeon Jungkook..."
"Jangan jadi pecundang dan buat ia jatuh cinta padamu."
Jungkook berhenti sejenak, menatap Yugyeom seolah ia sudah menumbuhkan sebuah telinga baru di dahinya atau memiliki mata ketiga di pipinya. Memang benar kalau ia dan sahabatnya ini memiliki sebuah kebiasaan unik tiap bulannya dengan mengadakan taruhan. Peraturannya simpel: yang kalah akan memberikan hadiah apapun yang diinginkan oleh pemenang dalam budget tertentu per bulannya. Taruhan mereka pun memiliki variasi yang beragam, mulai dari yang sepele seperti menyiram seember air pada seseorang di bilik kamar mandi hingga yang paling gila; mencoret-coret mobil kepala sekolah dengan pilox. Sejauh ini, Jungkook dan Yugyeom memiliki riwayat kemenangan yang cukup imbang satu sama lain, dengan status pemenang dikantongi Jungkook.
Tidak, mereka melakukan ini bukan karena mereka kekurangan kasih sayang dari orang tua atau apalah itu. Mereka hanya merasakan kesenangan yang luar biasa sebagai remaja-remaja yang secara konstan ingin merasakan aliran adrenalin ketika mereka melakukan taruhan mereka.
Singkatnya; mereka iseng.
Namun kali ini Jungkook melongos dalam hati. Yang benar saja? Apa untungnya membuat seorang senior tidak jelas jatuh cinta padanya? Apa menyenangkannya? Berapa budget yang Yugyeom siapkan untuk taruhan ini jika ia menang nanti?
"Berani bertaruh berapa kau?"
Yugyeom tersenyum simpul mendengar pertanyaannya, seolah ia sudah tahu Jungkook akan menanyakan pertanyaan tersebut. "Lupakan uang; aku akan membelikanmu live action figure Iron Man yang sudah kau inginkan sejak ulang tahun dua tahun lalu. Bagaimana?"
Jungkook membulatkan matanya. Kalau Yugyeom benar-benar serius, maka itu berarti ia siap bertaruh sembilan ratus ribu won untuk taruhan bodoh ini. Dasar orang gila. Satu-satunya alasan kenapa Jungkook masih belum memiliki live action figure tersebut karena selain mahal, benda tersebut juga harus dipesan terlebih dahulu oleh toko, tidak ready stock seperti koleksi-koleksinya yang lain. Sebagan besar hati Jungkook langsung ingin menyetujui taruhan ini, namun ia memilih sengaja menyisihkan dua menit untuk diam dan berpura-pura berpikir sebelum membalas untuk menyimpan harga dirinya yang tinggi.
"Apa ketentuan yang kau ajukan?" tanya Jungkook kalem, setelah otaknya genap menghitung detik ke seratus duapuluh.
"Simpel." Yugyeom berdecak, figurnya kembali relaks saat ia menyenderkan punggungnya kembali ke dinding koridor, namun tatapannya pada Jungkook menjadi lebih serius. Ia menaikkan telunjuknya.
"Satu, kau buat ia jatuh cinta padamu-apapun caranya aku bebaskan," Jungkook mendengus meremehkan. "kedua, buat ia berhenti melacur; buat ia tergila-gila padamu hingga ia rela hidup tanpa seks dan uang penghasilannya itu selama tiga bulan. Ketiga-setelah itu, jadikan ia pacarmu dan putuskan ia didepan semua orang." Di kalimat yang ini, Jungkook mengernyitkan dahinya. Gila juga. Saat ini otak Jungkook secara otomatis sudah memutar beberapa skenario yang dapat membuat si populer Taehyung bisa berhenti menjual diri hanya karenanya atau bagaimana ia bisa memutuskan Taehyung didepan banyak orang; ini tantangan yang sulit.
Sial. Temannya ini benar-benar tidak bercanda dalam taruhan ini—namun sebagai pemegang gelar pemenang taruhan saat ini, Jeon Jungkook tentu tidak merasa takut kalah. Justru ia malah merasa bergairah—hal apa saja yang bisa ia lakukan untuk mendapatkan Taehyung? Sekarang ia semakin penasaran mengenai ketentuan yang ketiga.
"Yang ketiga?"
Senyum Yugyeom melebar sepersekian senti.
"Yang ketiga... kau tidak boleh jatuh cinta."
Lima detik berlalu. Sepuluh detik berlalu. Tiga puluh detik berlalu. Genap semenit ketika Jungkook sadar kawan jangkungnya itu tidak sedang bercanda, Jungkook tertawa keras.
"Hey, aku ini serius, tahu? Kau ini sombong sekali, seperti kau akan menang saja."
Tawa Jungkook perlahan berhenti. Remaja tersebut mengelap air mata buaya dari ujung kedua matanya dengan hiperbolis, lalu menatap Yugyeom dengan senyum miringnya yang khas. "Itu karena aku memang akan menang."
Karena, jujur saja, seperti yang Jungkook sudah bilang; Taehyung memang sangat manis, tapi kalaupun ia ingin berurusan dengannya, maka urusan itu jelas akan berhubungan dengan ranjang dan kondom; bukan perbincangan hangat dan Starbucks di seberang sekolah. Ia bukannya ingin membanggakan diri sebagai playboy, tapi ia hanya tidak tertarik dengan romens—mantan-mantan pacarnya sejak setahun lalu sudah jadi bukti.
Maka dari itu, untuk mengakhiri kesepakatan taruhan kali ini, Jungkook tidak perlu berpikir dua kali atau menunggu lama untuk berpikir. Yang jelas, di akhir semester nanti, akan ada live action figure incaran lamanya yang menghiasi meja belajarnya.
"Bagaimana, deal?" Yugyeom mengulurkan tangannya, menunggu jabatan tangan Jungkook. Ia menggunakan ekspresi angkuh yang membuat Jungkook ingin mengalahkannya detik itu juga. Tidak sampai lima detik, Jungkook menyambut jabatan tangan tersebut dengan tegas dan percaya diri.
Toh, ia yakin 90% akan menang, seperti taruhan-taruhan sebelumnya.
"Deal."
Iya, kan?
TBC
.
.
.
notes: Hi. im jay! ini pertama kalinya nulis setelah sekian lama. i hope i aint doing stuff wrong. this story first came up as mimpi siang bolong(tabok bego, entar kebiasaan)and word vommit, but im trying to put this up together so that it could be decent enough to post.
im trying to develop it more in the future, expect some angst and sexy times in next chapters! ;)
please review and fac below as feedback! kalau sudah banyak, baru saya pertimbangkan untuk lanjut :'))
