Relationship Contract

.

.

Warn : This is GS. If you don't like GS please press back button on your device.

.

.

Annyeong, I'm back *throwconfetti* Kali ini pengen nulis Hunhan story. Ya meskipun didalamnya nanti bakal ada pairs lainnya. I can't say much, semoga suka ya~

.

.

.

Puluhan mata memandang ketiga sosok itu setiap kali mereka melenggang berjalan melintasi halaman Seoul National University. Bagaimana tidak, siapa yang tidak mengenal tiga gadis yang menjadi primadona kampus itu.

Huang Zitao, gadis yang selalu mengambil posisi tengah, gadis tinggi dengan perawakan tak ubahnya seperti model Victoria Secret, rahang tegas, mata kucing, dan bibir tipis yang menggoda setiap pria yang melihatnya. Lalu ada si kecil Do Kyungsoo, gadis bermata bulat dengan wajah super imut dan pipi tembam seperti bayi. Jika setiap orang akan refleks menggumamkan kata cantik begitu melihat Tao, maka orang-orang akan berteriak gemas melihat Kyungsoo. Yang terakhir Xi Luhan, entah harus seperti apa mendeskripsikan gadis ini. Sangat cantik sekaligus menggemaskan disaat yang sama. Gadis itu tinggi, tidak lebih tinggi dari Tao namun jelas diatas Kyungsoo, tubuhnya tidak ramping sempurna seperti Tao tapi melekuk indah dengan proporsi yang tepat. Wajahnya tidak setegas Tao tidak pula sebulat Kyungsoo. Ia memiliki setiap keindahan dalam dirinya, membuatnya terlihat sempurna.

Ketiga gadis itu masih melenggang santai, tidak peduli dengan banyaknya tatapan memuja dan tatapan benci yang ditujukan kepada mereka. Memuja tentu saja dari pria-pria yang mengagumi mereka, sedangkan tatapan benci diarahkan oleh gadis-gadis lain yang iri akan keberadaan mereka. Perhatian adalah hal yang sudah biasa bagi gadis-gadis itu, mereka tidak perlu merasa tertekan dan gugup dengan semua hal itu.

Bugh!

Langkah ketiga gadis itu sontak berhenti dan memandang ke satu titik yang sama. Tao baru saja ditabrak seorang gadis dan sialnya, minuman yang dibawa gadis itu tumpah tepat di dada Tao. Membasahi bajunya.

"YA! KAU PUNYA MATA TIDAK?!"

Suara Tao melengking tinggi membuat gadis yang menabraknya mengkeret ketakutan. Kyungsoo memutar matanya malas sedangkan Luhan tidak bisa menahan tawanya melihat Tao.

"Ma-maaf sunbae. Aku tidak sengaja" Cicit gadis itu ketakutan.

"KAU MERUSAK BAJUKU!" Teriakannya bahkan tidak sebanding dengan banyaknya air yang membasahi bajunya. "Shut up, Lu!" Tao mendelik kesal pada Luhan diakhir kalimatnya, membuat Luhan mengatupkan bibirnya rapat.

"Aku akan mem-membersihkannya" Tangan gadis itu mulai bergetar membuka tasnya dan mengacau isi dalamnya hingga menemukan sebungkus tissue. Ia mencoba mengelap baju Tao yang terkena air untuk kemudian mendapati tangannya ditepis kasar.

"Jangan menyentuhku!"

Gadis itu menarik tangannya lagi, mulai merasa benar-benar ingin menangis sekarang. Sedangkan Tao berbalik menatap Kyungsoo, menujukkan bajunya dan membiarkan Kyungsoo yang mengelap untuknya.

"Hanya sedikit, nanti akan hilang. Ayo, aku tidak mau terlambat" Kyungsoo memilih untuk tidak peduli pertengkaran didepannya. Satu-satunya dalam pikiran gadis itu adalah ia akan terlambat masuk dalam kelasnya. Mereka mungkin menyebalkan, tapi hei, Kyungsoo itu mahasiswi rajin.

"Aku belum selesai dengannya!" Tao merajuk pada Kyungsoo dan kembali menatap gadis yang menabraknya. Wajah dan rajukan manja yang diberikannya pada Kyungsoo langsung diganti wajah angkuh begitu berbalik menatap gadis itu.

Luhan yang menatap Kyungsoo -yang menghembuskan nafas panjang- akhirnya mengambil alih. Kyungsoo mungkin terlihat lebih tenang dari Tao, tapi ia tahu bagaimana Kyungsoo bisa berubah mengerikan jika ia mulai merasa terusik.

"Aku akan membereskannya" Luhan menarik lengan Tao, meminta gadis itu mundur sedangkan ia maju menghadap gadis tadi. Ia melirik gelas plastik yang masih ada di tangan gadis itu, masih cukup banyak air didalamnya karena memang hanya sedikit yang mengenai baju Tao.

Tangannya bergerak mengambil gelas plastik itu, membuka penutupnya perlahan dan dengan gerakan perlahan juga menumpahkan air ke baju gadis itu, ditempat yang sama dimana baju Tao terkena air namun kali ini dengan jumlah yang jauh lebih banyak.

Semua yang melihat adegan itu hanya bisa melongo tidak percaya, sementara Tao tersenyum puas dan Kyungsoo yang lagi-lagi hanya menampilkan raut wajah malas. Sungguh ia harus bergegas ke kelasnya sekarang!

"Mian. Urusannya akan lama jika tidak seperti ini dan salah satu temanku mulai tidak sabar menunggu. Kami akan terlambat masuk kelas, kau tahu. Lagipula aku hanya mempermudahnya untukmu" Luhan berkata santai tanpa sedikitpun raut menyesal di wajahnya. Ia menjatuhkan gelas plastik begitu saja dan mengambil tissue di tangan gadis itu untuk mengelap tangannya sendiri.

"Sudah?" Ia berbalik menatap Tao yang dibalas anggukan puas Tao.

Luhan balas mengangguk lalu meraih lengan Kyungsoo untuk dipeluknya dan kembali berjalan santai menuju kelasnya. Tao mengambil waktu untuk tersenyum meremehkan pada gadis yang kini mulai terisak itu sebelum melompat kecil menyusul kedua temannya.

Ya, mereka memang primadona kampus yang terkenal karena kecantikannya. Namun sayangnya kecantikan itu justru berbanding terbalik dengan sikap masing-masing. Terutama Luhan yang memang bukan hanya terkenal karena cantik, tapi juga karena sikap kurang ajarnya.

.

"Kau yakin benar gadis itu orangnya?"

Dua lantai diatas tempat kejadian memalukan itu terjadi, didalam ruang dosen dengan jendela kaca yang langsung berhadapan dengan halaman kampus, seorang pria pucat menatap prihatin kejadian yang baru saja dilihatnya. Dahinya berkerut membuat garis-garis di wajah tampannya.

Duduk berseberangan dengan pria itu, seorang pria lain dengan wajah tidak kalah tampan dan telinga lebar menggosok tengkuknya dengan sebelah tangan. Ia ikut memperhatian kejadian dibawahnya dengan ringisan di bibirnya.

"Hmm, kurasa begitu."

Si pria pucat mendengus tidak percaya, "Dia gadis bar-bar, yang benar saja!"

"Yaah, Baekhyun memang tidak bilang kalau ia gadis yang manis."

"Seharusnya aku tidak mendengarkan ucapanmu Park Chanyeol!"

"Ya, Oh Sehun! Kau yang terlebih dahulu meminta bantuan padaku!" Chanyeol, si pria bertelinga lebar memprotes keras.

Oh Sehun, pria pucat, mengalihkan tatapannya dari halaman kampus dibawahnya, "Carikan aku yang lain yang lebih pantas! Katakan pada kekasihmu itu untuk mencari dengan benar!" Perintahnya.

Mulut Chanyeol membulat tidak percaya, "Aku bukan pesuruhmu, Sehun!"

"Kalau begitu jangan harap aku akan meluluskan kekasihmu. Dia sangat bodoh. Ini rencanamu, ingat?"

Chanyeol menggeram kesal. Jika saja kekasihnya bukan salah satu mahasiswi tempat ini - ya, ia melanggar peraturan, tidak seharusnya dosen dan mahasiswi memiliki hubungan romantis - dan sialnya sedang berada dalam salah satu kelas Sehun yang sangat sulit dan terancam akan gagal, ia tidak akan sudi membantu Sehun.

Oh Sehun, dosen muda dengan wajah tampan dan masa depan yang cerah, plus berasal dari keluarga kaya - ayahnya salah satu petinggi kampus - bercerita padanya tentang masalah yang dihadapi pria itu. Ia sudah mapan dan cukup umur untuk menikah, sayangnya Sehun masih belum memiliki seorangpun yang disukainya. Karena hal itulah orang tua Sehun berniat menjodohkannya dengan salah seorang anak teman bisnis mereka.

Sehun tentu saja menolak hal itu, tidak mungkin baginya menikah dengan gadis yang bahkan tidak dikenalnya. Namun sayangnya orang tua Sehun tidak peduli, dengan alasan Sehun masih belum memiliki kekasih, mereka tetap memaksa Sehun menuruti kemauan mereka. Saat itulah Sehun bercerita masalahnya pada Chanyeol, sahabatnya. Sialnya bagi Chanyeol, mulut embernya menceritakan hal yang sama pada kekasihnya, Byun Baekhyun.

Baekhyun, gadis manis namun bodoh dalam pelajaran itu mendapat sebuah ide yang akan menguntungkannya. Kesepakatan pun dibuat, Baekhyun memberi ide berupa kekasih bayaran yang akan membantu menyelesaikan masalah Sehun. Ia akan mencarikan seorang kekasih bayaran bagi Sehun dengan imbalan Sehun akan meluluskannya pada mata kuliah yang diasuh pria itu.

Satu-satunya yang terpikir dalam otak Baekhyun adalah Xi Luhan. Gadis super cantik yang menurut desas desus bisa digunakan sebagai kekasih bayaran. Jika tidak bagaimana mungkin ia melihat gadis itu bergandengan tangan dengan Kim Jongin di sebuah acara dan beberapa saat setelah itu gadis itu sudah menggandeng Kim Junmyeon.

Sayangnya, setelah mengamati gadis bernama Xi Luhan beberapa saat lalu, Sehun tidak tertarik menggunakan gadis itu sebagai kekasih bayarannya.

"Gadis itu cantik. Orang tuamu akan menyukainya" Bujuk Chanyeol.

Sehun menggeleng, "Memang cantik, tapi siapa yang akan tahan dengan sikapnya. Ia tidak terlihat seperti gadis baik-baik."

"Tentu saja, mana mungkin ada gadis baik-baik yang bersedia menjadi kekasih bayaran. Justru itulah intinya, Sehun. Kau bisa memintanya bersikap baik pada orang tuamu pada awalnya, buat orang tuamu menyukainya, lalu biarkan mereka melihat sikapnya yang sebenarnya. Kau bisa mengatakan bahwa kau tidak cocok dengan gadis itu dan memutuskan untuk putus setelah beberapa lama. Kau bisa terbebas dari masalahmu dengan mudah" Chanyeol masih berusaha meyakinkan Sehun.

Bukan itu alasan sebenarnya meyakinkan Sehun, tentu saja. Ia hanya tidak ingin gadisnya kesulitan mencari orang yang mau dijadikan kekasih bayaran. Ada Xi Luhan, dan seharusnya itu cukup untuk membantu gadisnya.

Sementara itu Sehun memijit pelipisnya, ucapan Chanyeol mempengaruhinya. Mungkin apa yang dikatakan Chanyeol benar. Ia malah semakin tidak ingin jika kekasih bayarannya nanti jatuh cinta dan menempel padanya seperti yang dilakukan kebanyakan gadis-gadis. Jika sudah seperti itu akan semakin sulit baginya. Tapi Xi Luhan berbeda, ia tidak terlihat seperti gadis-gadis pada umumnya. Mungkin tidak ada salahnya mencoba gadis itu.

.

Sehun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kelas, menatap mahasiswanya satu persatu. Seperti biasa, para pria tidak akan memperdulikannya sementara gadis-gadis akan balas menatap sendu padanya. Tatapannya berhenti pada Byun Baekhyun yang balas menatapnya penuh harap dan memberi tanda dengan matanya kearah Luhan, masih memperjuangkan rencananya. Namun Sehun justru mengalihkan tatapannya dari Baekhyun, membuat gadis itu menghembuskan nafas kecewa. Selanjutnya ia menatap ke sudut kelas, pada gadis cantik yang baru saja diperhatikannya tadi.

Luhan balas menatap Sehun, sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan tajam pria itu. Jika kebanyakan mahasiswa akan merasa gugup ditatap tajam seperti itu oleh dosennya, apalagi dosen super ganteng yang menjadi pujaan gadis-gadis di kampus, maka Luhan justru membalas tatapan itu tidak kalah tajamnya.

"Perhatikan bukumu, Miss Xi. Tidak ada yang menarik dari wajahku."

Para wanita di dalam kelas itu menahan nafas. Setengah berharap merekalah yang ditegur seperti itu dan setengah lagi merasa akan mati karena malu jika mereka adalah Luhan.

Mata Luhan membola tidak percaya lalu mendengus kesal begitu mendengar dua tawa tertahan disebelahnya. Tentu saja itu kedua sahabatnya, hanya mereka yang berani menertawakan Luhan dalam keadaan seperti ini.

"Tentu, Sir" Luhan membalas tegas, sama sekali tidak terlihat gugup apalagi takut sedikitpun. "Wajahmu memang tidak menarik" Sambungnya dengan suara yang lebih pelan.

Beberapa orang disebelahnya terkikik tertahan mendengar ucapan Luhan sementara gadis itu memperhatikan bukunya dengan wajah malas. Sehun yang melihat hal itu mengerutkan dahinya, mulai merasa tertarik dengan kehebohan tertahan disekitar Luhan.

"Bisa mengulang ucapanmu, Miss Xi? Aku tidak mendengarnya."

Luhan menarik nafas dalam dan kembali mengalihkan pandangannya pada Sehun.

"Hanya membenarkan ucapan anda, Sir."

Kehebohan disekitar Luhan makin sulit ditahan, terlebih beberapa pria yang mendengar jawaban berani gadis itu. Sungguh ini merupakan hiburan menyenangkan dalam pelajaran Sehun yang terkenal sangat sulit.

Dahi Sehun semakin berkerut, ia benar-benar tidak mendengar apa yang digumamkan gadis itu sebelumnya. Namun menilik dari reaksi yang terjadi di kelasnya, ia yakin sesuatu yang diucapkan Luhan bukanlah hal yang menyenangkan baginya.

Sehun menatap Luhan lama yang lagi-lagi dibalas oleh gadis itu dengan berani. Walaupun benar-benar tertarik untuk tetap menantang Luhan, Sehun menggelengkan kepalanya samar. Bagaimanapun ia adalah seorang dosen dan gadis semacam Luhan tidak pantas untuk mengganggu kelasnya. Ia berdeham kecil, mengalihkan perhatian seluruh kelas agar kembali padanya.

"Ayo lanjutkan!"

Hanya sekitar satu jam setelah melontarkan kalimat itu, Sehun membubarkan kelasnya. Ia membereskan barang-barangnya di meja sambil sesekali mengangguk datar pada beberapa mahasiswi yang menunduk padanya atau kadang terang-terangan mengucapkan doa agar harinya menyenangkan.

Gadis bernama Xi Luhan itu juga tidak luput dari perhatiannya. Gadis itu melenggang santai melewatinya tanpa menunduk sopan atau bahkan peduli bahwa Sehun masih ada di mejanya. Kedua temannya yang berjalan bersamanya juga sama tidak pedulinya pada Sehun.

Perlahan dengungan obrolan semakin berkurang seiring menghilangnya mahasiswa dari kelas itu. Sehun pun sudah selesai dengan barang-barangnya dan berniat keluar dari kelas ketika dilihatnya seseorang berdiri diseberang mejanya. Ia mengangkat kepala dan mendapati Baekhyun ada disana.

"Mr. Oh" Gadis itu mencicit ragu.

"Ada apa?"

Baekhyun menarik nafas menyiapkan dirinya. Rencananya benar-benar gila tapi ia harus tetap melakukannya. Ini sudah kedua kalinya ia mengambil kelas yang diajar oleh Sehun dalam mata kuliah yang sama. Ia tidak ingin gagal lagi dan kembali menghadapi Sehun semester berikutnya.

"Chan- ani, maksudku Mr. Park memberi tahu mengenai, ehm, mengenai apa yang kita bicarakan waktu itu."

"Lalu?"

Baekhyun merutuk dalam hati, Mr. Oh ini benar-benar dingin.

"Anda ingin aku mencari orang lain untuk, untuk membantu?"

Sehun tersenyum tipis, menikmati raut wajah Baekhyun yang jelas tegang dengan jawabannya. Jika Chanyeol tahu ia sedang menikmati mengintimidasi kekasihnya ini, sudah pasti pria itu akan memarahinya.

"Mr. Oh?" Ia mendengar suara Baekhyun lagi, pelan, menyadarkannya dari fantasinya.

"Tidak perlu. Urusi gadis itu untukku."

Walaupun terkejut, Baekhyun segera mengangguk. Padahal mengingat ucapan Chanyeol padanya tadi, ia seharusnya mencari gadis lain yang sesuai dengan keinginan Oh Sehun. Namun jika Sehun justru memintanya mengurus Xi Luhan, dengan senang hati akan dilakukannya. Ini jauh lebih mudah dari bayangannya untuk mencari gadis lain.

Sehun balas mengangguk singkat, "Lakukan dengan cepat, Miss Byun. Aku tidak ingin menunggu lama."

Lagi-lagi Baekhyun mengangguk cepat. "Aku akan segera mengurusnya."

TBC