Author
yehetohorat794
Title
Studying : "How To Take Care of a Baby"
Cast
Xi Luhan (GS)
Oh Sehun
Byun Baekhyun (GS)
Park Chanyeol
And the others..
Genre
Romance/Fluffy/Drama
Rate
T
Length
Threeshoots (?) / Chaptered
Disclaimer
The Casts is belong to their family. I just borrowed their name for my new story. This is Hunhan Fanfic. So if you don't like it, you can click the 'close' button or just 'back' from this page. Do not copy the story. I made it by my self, so if you want to copy, just inbox me. The idea of this fanfic is really made and found by myself.
Warning
It's HunHan fanfic! If you don't like it, please go back. So many typo words on this fanfic. GS!
Summary
Luhan diminta untuk menjaga seorang anak berumur satu setengah tahun. Ditambah lagi dia diharuskan untuk tinggal bersama Sehun. Luhan akan menjaga nya saat siang dan Sehun menjaga nya saat malam. Perlahan mereka merasakan sesuatu yang membuat mereka tak mau berpisah. Read along this Fanfic..
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading!
.
.
.
.
"Aku mohon... Aku tidak punya pilihan lain selain diri mu.."
Luhan mendesah kesal. Bagaimana bisa laki-laki tua ini memintanya jadi orang tua asuh?
Menjaga anak? Ugh. That's not her style.
"Tapi, paman.. Aku masih kuliah ditambah-"
"Kau bisa mengambil kuliah malam kan? Ayolah Lu, aku mohon.."
"Tapi jika aku mengambil kuliah malam maka siapa yang menjaga nya saat aku kuliah?" Luhan terus saja menghindar.
"Aku punya seorang pria untuk menjaga nya di malam.. Aku mohon, Lu.."
Laki-laki paruh baya di depan itu mulai meneteskan air mata nya. Luhan bergetar melihatnya.
"...Dia cucu ku.. Aku, ibu dan ayahnya sedang di cari oleh mafia-mafia.. Aku tak mau cucu ku menderita seperti ku.. Aku tak punya cukup uang untuk menyewa baby sitter.. Aku mohon, Lu.. Aku janji akan mengirimkan uang setiap bulannya untuk keperluan Insoo.. Aku akan berusaha sekuat tenaga ku.."
Luhan terhenyak sekali lagi. Dia tak tau kalau teman dari ayahnya ini sedang dalam keadaan genting saat ini. Luhan menghela nafasnya.
"Baiklah.." Luhan berujar final, laki-laki di depannya tersenyum bahagia sambil menghapus air matanya,
"Kau akan tinggal di apartemen yang sudah ku sediakan bersama seseorang itu.."
"Baik-MWO! Tinggal bersama?!"
.
.
.
.
Sehun menghela nafas pelan memandang gedung apartemen yang ada di depannya, dia merogoh saku celana nya, mengambil sehelai kertas yang berisi catatan itu.
[Lantai 34, nomor 236, password : 8812]
Sehun menghela nafasnya sekali lagi, dia mulai menarik koper yang ada di tangannya ke lobi apartemen itu.
.
.
.
"Kau dimana, Luhan-ah?" Suara itu terdengar setelah Luhan menyentuh ikon bewarna hijau,
"Aku di Mall Baek.. Ada keperluan" ucap Luhan sambil mengambil beberapa popok untuk anak usia 2 tahun setengah.
Luhan melirik anak yang ada di gandengan nya itu.
"Kau di mall? Dan kenapa barang-barang mu tak ada lagi di rumah ku?"
"Hh.. Ini sangat panjang Baek.. Temui aku di Grand Coffee."
.
.
.
Baekhyun melambaikan tangannya saat melihat sosok wanita berambut Coklat tua dengan mata rusa ada di ambang pintu.
Luhan yang sadar akan lambaian tangan itu ikut melambaikan tangannya,
Luhan mulai berjalan ke arah Baekhyun,
Baekhyun menyeritkan alis nya melihat siapa yang di gandeng luhan.
"Anaknya Yixing noona? Tapi? Bukannya anaknya kalau salah masih berusia 1 tahun?"
Luhan menggeleng lalu mendudukkan anak perempuan dengan wajah menggemaskan itu di atas tempat duduk khusus anak. Ya, dia tadi sudah memberi tahu Baekhyun jika dia membawa seorang anak bayi.
Setelah mendudukkannya, dia lalu duduk di depan Baekhyun.
"Mana latte ku?"
Baekhyun menggeleng gusar, "Katakan dulu ini anak siapa? Bibi Xi mempunyai anak lagi?"
Luhan tertawa kecil, "Mana mungkin Ibu mempunyai anak lagi.."
"...Ini cucu dari teman ayahku.."
Baekhyun mengangguk, "Jadi kau menjadi pengasuh nya untuk satu hari ini?"
Luhan menggeleng lagi, "Ya kurang lebih seperti itu.. Tapi dalam jangka waktu yang lama.."
"Maksudmu?"
"Aku di minta untuk mengasuh bayi ini dalam jangka waktu yang aku sendiri tidak tahu.."
"Hah?"
"Paman Kim memohon pada ku, dia menyediakan apartemen, dan aku diminta untuk tinggal disana sebelum dia kembali.."
"Memangnya dia mau kemana? Jika itu cucu nya maka dimana orang tua nya?"
Baekhyun melirik bayi dengan rambut pendek hitam lebat itu, matanya besar dan sangat menggemaskan.
"Aku juga tidak tahu," bohong Luhan. Tidak mungkin dia memberi tahu aib keluarga paman Kim.
Baekhyun menghela nafasnya kesal.
"Aku mungkin akan memarahi mu dan meminta mu untuk tetap tinggal di rumah ku, tapi, melihat wajah anak ini..." Baekhyun menghentikan kalimatnya sambil menyentuh pipi tembam anak perempuan itu,
Setelahnya anak itu tertawa. Baekhyun tersenyum.
"...Aku tidak bisa memarahi mu.. Wajahnya sangat lucu dan sangat ceria.."
Luhan mengangguk guna meng-iya kannya,
"Aku bertaruh pasti ayah dan ibu nya pasti cantik dan tampan.."
Luhan ikut mengangguk,
"Mama!"
Luhan membola kan matanya, dia menatap Insoo dengan wajah terkejutnya,
"Mama?" Baekhyun memastikan pendengarannya,
"Mama!" Insoo menepuk-nepuk pipi Baekhyun, wanita itu tertawa kecil, dia lalu mencubit pipi anak itu gemas,
"Dia memanggil ku Mama, Lu!" Pekik Baekhyun senang,
"Mama!"
Sekali lagi, anak itu memanggilnya dengan sebutan 'mama', Baekhyun tertawa lalu mencium pipi anak itu.
"Baiklah. Jika aku mama mu, Bagaimana dengan Luhan, kau memanggilnya apa?"
Baekhyun menunjuk Luhan, anak itu ikut menoleh pada Luhan,
"Mama!"
Luhan tertawa kembali bersama Baekhyun, "Baiklah, kita berdua adalah mama mu"
.
.
.
"Jadi, disini?" Luhan bergumam sambil mengeratkan gendongan nya pada Insoo, dia membaca ulang alamat yang dikirimkan oleh paman Kim. Dia menatap pintu di depannya,
[Lantai 34, nomor 236, password : 8812]
"Sepertinya kita tidak salah alamat, Insoo-ya.." Luhan lalu menekan password yang ada di sisi pintu itu, dan setelahnya pintunya dia dorong,
"Halo? Ada orang di sini?" Luhan berteriak nyaring,
Luhan mengedikkan bahu nya asal saat tak mendapat jawaban, mendadak Insoo ingin diturunkan, jadi, Luhan berjongkok lalu menurunkan Insoo,
Setelahnya dia kembali keluar ke ambang pintu dan mengambil koper nya,
"Ajuci! Ajuci!" Suara Insoo terdengar, mengundang Luhan untuk mengikuti suara Insoo.
Jadi, ada orang di sini?
"Ahh! Insoo-ya!" Suara serak itu menyapu pendengaran Luhan saat kaki nya sudah berada di samping pintu berwarna hijau.
"Bogoshippeoyo, Insoo-ya.." Suara serak itu terdengar lagi, Luhan memberanikan diri nya untuk mengintip,
Luhan menatap laki-laki yang sedang memeluk Insoo itu dengan penuh selidik,
"Ajucci! Ajucci!" Lagi-lagi suara Insoo terdengar, laki-laki itu tertawa gemas,
"Ahjussi, Soo-ya.. Ahjussi.." Ucap laki-laki itu sebelum mengecup pipi tembam Insoo dengan gemas, dia tertawa kembali bersama Insoo,
"Ehem..."
Suara halus Luhan menginterupsi kegiatan laki-laki itu dengan Insoo, dia menggaruk tenguk nya canggung, kaki nya melangkah ke dalam kamar itu.
Laki-laki itu berdiri dengan Insoo di gendongannya, "Oh? Kau Xi Luhan?" Laki-laki itu lalu mengulurkan tangannya, Luhan menatapnya sebentar sebelum menyambut uluran tangan pria itu,
"Ya, dan kau?"
"Oh Sehun. Bangapta.." ucap Sehun lalu memberikan senyumannya, Luhan membalasnya dengan senyuman juga lalu melepaskan tangannya dari tangan Sehun, Insoo menggeliat tak nyaman di gendongan Sehun, "Mama! Mama!"
Sehun menyerit, Tangan Insoo melebar mengarah ke Luhan, Luhan tertawa kecil sebelum mengambil Insoo dari gendongan Sehun.
"Mama?" tanya Sehun bingung, Luhan lalu tertawa canggung, "Tidak.. Aku bukan Eomma nya." ucap Luhan sebelum Sehun mencerna yang tidak-tidak, Sehun mengangguk,
"Apa kamar tidur Cuma satu disini?" tanya Luhan bingung, dia membawa kaki nya keluar dan mencari beberapa pintu lalu membukanya,
Kamar mandi, Dapur, dan Ruang untuk berganti baju?
"Jadi, benar-benar hanya satu?" Luhan bergumam, Sehun yang ada di belakang Luhan hanya menghela nafas,
"Yah, seperti nya begitu.. Paman Kim benar-benar.." Gumam Sehun yang masih bisa tertangkap oleh Luhan, Luhan segera berbalik menatap Sehun terkejut,
"Kau mengenal Paman Kim?" tanya Luhan dengan binar mata terkejut, "Tentu saja aku tahu.. Aku berteman baik dengan anak nya."
Luhan kembali membulatkan mata nya,
"Kau tau anak nya?"
"Tentu saja.."
Luhan mengangguk kecil, "Kalau begitu, aku akan tidur di luar.." Luhan berucap, Insoo kembali ingin berpindah tangan, dia mengangkat tangannya ke arah Sehun, dengan sigap, Sehun mengambil alih,
"Baiklah.." ucap Sehun lalu berjalan ke arah kamar nya, diikuti oleh Luhan di belakangnya, Sehun dengan pelan lalu meletakkan Insoo di atas box bayi nya yang tinggi, Insoo berdiri dengan hati-hati, memegang kayu-kayu yang jarang-jarang itu,
"Jadi, siapakah yang membuat makan malam?"
.
.
.
"Jadi, aku akan menjaga nya saat pagi, dan kau menjaga nya saat malam. Aku akan mengganti jadwal kuliah ku menjadi malam, dan, Jika kau bekerja, usahakan untuk tidak pulang telat," Luhan berbicara sebelum memasukkan daging bulgogi ke dalam mulut nya, Sehun dengan mulut penuh itu lalu menganggukkan kepalanya, Dia menelannya dengan susah payah, "Tugas mu yang lain adalah memasakkan ku sarapan, makan siang dan makan malam." Luhan mengangguk pasrah. Sehun tersenyum, "Baiklah, Mari kita menjaga nya dengan baik!"
Luhan tersenyum, dia mengangguk sekali, "Baik!"
"Kau pandai menggangti popok?"
Luhan terdiam, dia lalu tertawa canggung sambil menggaruk tenguknya yang tidak gatal, "Tidak.."
Sehun menghela nafasnya, "Setelah makan, aku akan mengajari mu."
.
.
.
"Jadi, hanya semudah ini?" Luhan berucap dengan girang, Sehun tersenyum melihatnya. Ini terlihat seperti mengajari bayi untuk memakaikan pokok pada bayi.
"Ya, memang sangat mudah, tapi akan sangat susah jika Insoo bergerak sangat hyper, Kau harus berterimakasih karena saat ini karena Insoo tidak rewel.. Dia bahkan tertidur dengan lelap"
Luhan tertawa meng iyakannya, Dia mengusap pipi tembam Insoo,
Mereka kini sedang duduk di atas tempat tidur besar di kamar, Insoo sudah terlelap dengan pulas nya, Dengan posisi duduk menyamping, mereka berdua memandangi Insoo dengan lembut,
"Baiklah.. Selamat malam.." Luhan berucap sebelum berjalan keluar dari kamar.
.
.
.
Luhan menatap langit-langit ruang tamu dengan tatapan menerawang. Kira-kira, sampai kapan dia akan tinggal disini? Sampai kapan dia harus menjadi pengasuh bayi dan tinggal bersama pria itu?
"Aku tidak yakin keputusanku ini benar atau tidak.." gumam Luhan, dia menyamankan posisi leher nya di sisi kanan sofa bewarna krem itu, tangannya menggenggam erat selimut yang bewarna coklat gelap itu sebelum menutup mata nya perlahan karena rasa kantuk yang membuat nya tak sadar perlahan,
.
.
.
Suara tangisan Insoo menggema di seluruh ruangan. Bayi itu menangis dengan keras, menandakan bahwa bagian selangkangannya sudah basah. Yap, Insoo mengompol.
Bayi itu terus saja menangis, namun tak ada yang mengubris nya,
Sehun malah terlihat sangat pulas di atas tempat tidurnya yang empuk, malah dia terdengar mendengkur halus,
Wanita di ambang pintu itu menghela nafas, kaki nya melangkah ke box Insoo, mengambil nya dalam gendongannya dan menidurkannya sebentar di tempat tidur Sehun yang kosong,
Dia lalu mengambil popok yang kering di samping nakas yang di dekat tempat tidur Sehun, lalu mengganti nya dengan sabar seperti yang di ajarkan oleh Sehun tadi,
Tapi, Bayi itu masih tetap menangis, Luhan menyeritkan dahi nya, apa yang salah?
Luhan mengangkat Insoo ke gendongannya, menimang-nimangnya dengan lembut, dia membawa nya keluar dari kamar, takut membangunkan Sehun yang sepertinya sangat pulas tidurnya,
Luhan menimang-nimang Insoo dengan lembut, sambil menyanyikan lagu mandarin yang sering di nyanyikan oleh ibu nya saat dia masih balita.
"Tian mi mi ni xiao de tian mi mi.. Hao xiang hua er kai zai chun feng li.. Kai zai chun feng li... zai na li.. zai na li jian guo ni..Ni de xiao rong zhe yang shu xi...wo yi shi xiang bu qi..." Luhan mulai bernanyi dengan suara halus sambil menimang-nimang Insoo dengan lembut.
Jiwa keibuannya menguar dengan mendadak. Melihat Insoo yang menangis tadi membuat Luhan mengingat masa kecilnya, dan jika Luhan tidak mau tidur, maka ibu nya akan menyanyikan lagu mandarin itu dengan merdu.
"...a... zai meng li...meng li.. meng li jian guo ni...tian mi xiao de duo tian mi.. Shi ni... Shi ni... meng jian de jiu shi ni.. Zai na li.. Zai na li jian guo ni... Ni de xiao rong zhe yang shu xi.. Wo yi shi xiang bu qi.. a... Zai meng li... "
Luhan tersenyum lembut melihat Insoo kembali tertidur dengan tenang di gendongannya, Dia kemudian berbalik hendak mengantarnya kembali ke box. Dia lalu berjalan menuju kamar, dan masuk, Setelahnya membaringkan Insoo yang sudah tertidur lelap di box bayi nya,
Luhan melirik Sehun yang—masih- sangat pulas itu, menggelengkan kepalanya melihatnya.. "Bahkan aku yang di luar saja bisa mendengar tangisan Insoo" gumam Luhan sebelum melangkahkan kaki keluar dari kamar itu.
.
.
.
Ini sudah 5 hari semenjak insiden Insoo menangis dan Luhan meninabobo kannya dengan lagu mandarinnya. Dan selama 5 hari ini, dia selalu seperti itu pada jam 3-4 pagi, menggendong Insoo, menggantikannya popok ataupun memberinya susu, menina-bobokannya lalu berakhir dengan memandang Sehun yang tidur layaknya kerbau.
Luhan bangun pagi hari ini, dia lalu menyiapkan sarapan yang memang sudah menjadi tugas nya. Sedikit tersenyum saat menemukan rasa enak pada masakannya, dia lalu meletakkannya ke dalam mangkuk, lalu meletakkan nya dengan rapi di atas meja kayu itu.
"Jja! Selesai!" Luhan berujar dengan riang, dia melepaskan celemek nya lalu menggantungkannya di gantungan samping nya.
"Sehun? Kau sudah siap?" Luhan berujar dengan volume keras.
Sehun hanya menjawabnya dengan gumaman yang dapat di tangkap oleh Luhan,
Luhan menyeritkan alisnya saat melihat Sehun muncul dengan Insoo di gendongannya. Laki-laki itu menyampirkan jas nya di pundaknya tanpa memakai nya, Sehun terlihat lumayan tampan dengan kemeja putih polos dan dasi hitam yang tersimpul rapi di kerahnya.
"Insoo bangun?" Luhan bertanya dan hanya di jawab oleh gumaman singkat dari Sehun, "Jadi.. Apa sarapan pagi ini?" Sehun berujar sambil memberikan Insoo kepada Luhan. Insoo memang dari tadi ingin di gendong oleh Luhan,
"Aku membuat nasi goreng kimchi pagi ini.." Luhan berujar sambil mengecupi pipi kanan Insoo dengan gemas, Sehun yang memang sudah gemas dengan Insoo ikut menciumi pipi kiri nya yang bebas,
"Kau memang pandai memasak.." Puji Sehun yang dihadiahi senyuman bangga dari Luhan,
"Kau ingin makan, Insoo-ya?" Luhan berkata dengan nada kanak-kanak, Insoo mengangguk keras berulang kali, "Mama!" Insoo berucap dengan keras, Luhan dan Sehun tertawa menanggapinya,
"Kau bisa memanggilnya Mama, kalau begitu panggil aku Appa juga.." Ucap Sehun dengan nada merajuk, Luhan terkekeh mendengarnya,
"Baiklah, Sehun appa.." Ucap Luhan dengan suara anak-anak, Sehun tertawa kecil.
"Aku ingin Insoo yang memanggil ku.. Bukan bayi jadi-jadian"
Luhan tertawa keras bersama Sehun. Hmm.. Pagi yang indah..
Luhan, Sehun dan Insoo mulai sarapan dengan tawa canda, Insoo selalu saja melakukan hal yang lucu,
Sehun mengambil serbet yang terletak di samping kanannya lalu mengelap sisa bubur di bibir Insoo,
Sehun mengulas senyum saat Insoo tertawa bersama Luhan. Entah kenapa, hatinya mendadak menghangat,
"Aku minta maaf.. Luhan.."
Luhan perlahan menghentikan tawa nya lalu mengalihkan tatapannya pada Sehun,
"Waeyo?"
"Kau selalu terbangun pada jam 3 hanya karena Insoo menangis. Padahal aku yang tidur di dalam kamar dan sangat dekat dengan Insoo malah tidak mendengarnya." Ucap Sehun pelan, Luhan tersenyum mendengarnya,
"Tidak apa-apa.."
"Tidak.. Aku memutuskan.."
Luhan diam menunggu lanjutan kalimat Sehun,
"...Aku akan tidur di luar.. Dan kau, akan bersama Insoo di dalam."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
.
A/N
Nothing to say. Aku gak berharap terlalu banyak sama ff ini. Tapi kalo mau review, makasih banget.. Ini hanya ff yang aku buat iseng.. Sebenernya udah selesai, jadi, jangan takut kalau ini gak dilanjut-lanjut kayak the pain :'v /sumpah itu ff nya bakal punya konflik berat makanya berat juga buatnya :'v/
Ini fluffy pertama yang aku buat. Maaf jika banyak salah..
annyeong~
