Toko bunga kecil itu sama saja seperti toko-toko lainnya yang memilih jalan tersebut sebagai lokasi. Ia berdiri dengan diapit sebuah kedai kopi merangkap bakeri dan sebuah tattoo parlour di kedua sisi. Dindingnya dicat putih bersih, dengan lantai dan meja konter terbuat dari kayu imitasi dalam upaya menghindari tuduhan hipokrisi akan poster 'Cintailah Bumi' yang merupakan satu-satunya dekorasi. Minimalisasi itu sendiri dalam upaya menonjolkan keindahan tiap-tiap bunga dalam toko yang terisi.

Toko ini, atas alasan yang tidak diketahui dan masih harus diselidiki, adalah tempat Asano Gakushuu dan Akabane Karma menafkahi diri.

OXDXC

Floriography by Nyx Keilantra

Ansatsu Kyoushitsu by Yuusei Matsui

Warning(s): Yaoi, OOC, Future!AU

OXDXC

Yeah, bayangkan saja sendiri. Toko bunga yang warna-warni diurusi dua lelaki. Pasti asoy sekali. Mana keduanya punya paras memikat hati, mau bunganya sampai layu karena tidak diurusi pasti akan tetap ada kaum hawa yang mendatangi.

(Kaum adam juga kadang-kadang sih. Kalau berani.)

"Oi, Karma! Kau mau makan gaji buta, ya? Sudah dari pagi kau santai-santai saja!"

Karma—yang sedari tadi pagi tengah anteng memainkan laptop di balik meja—mendelik ke arah rekan kerjanya. Sekalian ditambah rengutan merajuk nan OOC juga, tapi Gakushuu kuat iman dan tebal muka. Sudah biasa.

"Aku bukan bersantai-santai, Gakushuu. Dari pagi aku mengurusi pengeluaran dan pendapatan toko kita-"

"Selesai berapa menit, Karma?"

"...delapan menit, kalau kutambah break yang kuambil untuk buat cup mie."

Putaran bola mata.

"Awas saja kalau kau lupa kerja. Aku tidak mau menungguimu mengganti air di ember bunga waktu makan siang dan berakhir makan salad bunga nasturtium lagi—aku tidak tahu denganmu, tapi aku bukan kambing!"

"Aku juga bukan kambing, Gakushuu, kau buta atau idiot tiba-tiba? Salad bunga itu sedang ngetren, tahu."

"Jadi itu sebabnya mantan ketua kelas 3-E berbinar-binar begitu tahu kita makan itu, dan langsung mencabuti rumput di pinggir jalan dengan penuh semangat sampai meneteskan liur?"

"Itu... Lupakan, Gakushuu. Mending kau lihat ini dulu."

Berusaha mengalihkan fokus si rambut jingga supaya ia tidak mencapai kesimpulan mengerikan bahwa mantan ketua kelas 3-E Kunugigaoka mengkonsumsi sesuatu yang tidak layak, Karma cepat-cepat memutar laptopnya.

Mata Gakushuu dengan sigap menganalisa background bunga-bunga yang tidak jelas apa (Itu iris biru muda, aku rasa? Dan itu lili lembah di sampingnya?) beserta layar putih bergaris hijau-hitam dengan sederet nama bunga beserta artinya.

Alis Gakushuu naik sebelah.

"Bahasa bunga zaman Victoria...? Untuk apa, Karma?"

Bukan Gakushuu namanya kalau pertanyaannya tidak bernada frustasi bercampur curiga, yang cuma membuat Karma menjulurkan lidah.

"Kita kan punya toko bunga. Aku pikir ada bagusnya kita sediakan arti bunganya juga—dalam upaya memaksimalkan usaha menyatakan cinta, memohon maaf, atau berduka," Karma mengibaskan tangan dengan senyuman tampan nan mencurigakan—sedikit mirip seorang mantan ketua dewan, membuat Gakushuu kesulitan untuk tidak gemetaran. Itu pemikiran yang mengerikan. "Lihat saja—untuk melepas kepergian waifu tercinta, bunga asphodel akan sangat berguna-"

"Siapa yang mau membeli bunga hanya untuk waifu yang tidak nyata, Karma?" kedutan mata. "Tidak usah dijawab, terima kasih banyak, aku masih mau hidup tenang tanpa paham seberapa parah orang bisa bertindak. Astaga, ini mengingatkanku pada penggemar Sherlock Holmes di zaman Victoria yang benar-benar memakai baju berkabung sejak ia mati di novelnya..."

"Apa menurutmu mereka membawa bunga asphodel juga? 'Penyesalanku mengikutimu sampai ke liang lahat...' Tidak buruk, kan?" tanya Karma, tangannya menyapu touchpad hingga layar bergerak ke bawah.

"Tidak penting, Karma—daripada itu, sebaiknya kau kembali bekerja-"

"Hei, Gakushuu, masa katanya mawar hijau berarti 'Aku berasal dari Mars', coba."

Hening sejenak. Gakushuu yang semula sudah akan beranjak merasa kakinya kembali memijak atas perintah otak.

"Memangnya ada mawar hijau?"

"Makanya aku bingung juga..."

.

.

"Karma, coba balik ke bagian A. Ah ya, kita punya apple blossom kan? Aku mau bawa pulang."

"Untuk apa?"

"Untuk pengingat 'Pilihan', 'Hal yang lebih baik akan datang'. Salahku memilihmu sebagai teman. Kuharap hal yang lebih baik akan segera datang."

"Eh sialan."

.

.

"Begonia boleh buatmu, Karma."

"'Awas' dan 'Sifat aneh'? Kau minta dikubur di pupuk kandang ya, Gakushuu?!"

.

.

"Untuk pelanggan pria yang mau menyatakan cinta, apa sebaiknya kita gratiskan camellia?"

"Hadiah Semoga Beruntung bagi Pria, huh? Tidak usah, Karma, nanti rugi kita."

"Kita membuka toko bunga juga cuma karena tidak ada kerjaan lain kan?"

.

.

"Hei, Gakugaku!"

Daun mati dipegangi. Gakushuu mencari arti daun mati, tapi tidak perlu karena Karma bersedia lebih dulu mentranslasi.

"Kalau kau terus menghinaku, aku jadi sedih nih~"

"Ada kebalikannya bunga dogwood? Yang bisa berarti 'Apa aku tidak indiferen padamu?'."

.

.

"Endine salah tulis tuh, harusnya bunga endive. Artinya cocok sekali denganmu, Gakushuu!"

"Suka berhemat itu bukan dosa, Karma, percayalah."

.

.

"Hee—fern alias pakis bisa berarti sihir ya? Bisa kupakai nih buat bahan cerita."

"Baiklah. Ulangtahunmu nanti kubelikan pot pakis saja."

"Enak saja! Kau sudah janji membayari akomodasi dan menemaniku tur keliling Skandinavia!"

.

.

"Kenapa bawang putih dimasukkan ke daftar bunga?"

"Tanya pembuat situsnya."

"Hm, 'Menangkal Kejahatan dan Penyakit' ya, mungkin aku butuh ini juga."

"Gakushuu, ayolah. Kau mau dikira orang pemburu vampir dan sejenisnya?"

"Bisa-bisanya kau bertanya, padahal sewaktu SMA kau dengan sengaja menyebarkan rumor bahwa kau itu titisan drakula? Terima geranium ini, Karma."

"Gera—ini maksudmu apa?! 'Teman sejati' atau 'Kebodohan'?!"

"Boleh dua-duanya. Kau kan maruk, Karma."

"Kenapa sepertinya aku terus yang di-bully di fanfiksi ini, sih?!"

"...hei, Karma, di situs ini rumput dicantumkan dua kali ke dalam daftar bunga dan bisa berarti 'pengabdian' atau 'cinta homoseksual'."

"Itu... menakjubkan."

.

.

"Mau berikan bunga henbane untuk mereka yang bernasib jadi bujangan putus asa?"

"Astaga, artinya benar-benar 'Untuk pria agar menarik cinta wanita'? Sedihnya-"

"Dan ini aneh ya, tanaman uang berarti 'Ketulusan'?"

"Nama lainnya lunaria—atau honesty yang berarti kejujuran, wajar kan. Hyacinth buatmu lagi tuh, Karma."

"Aku tidak gegabah, Gakushuu sial! Buatmu hydrangea!"

"'Terimakasih atas pengertianmu'? Tentu, bagaimanapun aku ini temanmu."

"Arti yang satunya, sayang."

"Aku tidak berhati dingin apalagi tidak berhati, Karma. Organku berfungsi sebagaimana harusnya."

.

.

"Mari cari Indian cress~"

"Indian cress dan nasturtium itu sama, Karma—aku benci bunga itu sekarang!"

"Artinya 'Kepasrahan' kan, jadi pasrahlah~"

"Kau mabuk apa, Karma?"

.

.

"Bunga jonquil untuk tanda selamat bagi mereka yang sukses diterima cintanya?"

"Terserah kau sajalah—Jerusalem oak juga bisa."

.

.

"...Gakushuu, aku bisa melihatmu mencoba memesan bunga kennedia untukmu. Jangan membuatku ikutan malu."

"Artinya 'Kecantikan intelektual', Karma, ayolah."

.

.

"Tidak usah memesankan lady's slipper untukku, Gakushuu! Aku bukan 'Kecantikan Plin-plan'! ...dan kembalikan itu lilac putih ke tempatnya, kau jauh dari kata 'Kepolosan muda'."

"Mau bunga lili oranye, Karma? 'Kebencian' dan 'Ketidaksukaan'."

"Aku mau love in a mist saja. 'Kau membuatku bingung' lebih tepat untuk pemikiranmu tentang interaksi kita."

"...astaga, Karma, love in a mist punya nama lain coba. Ragged lady atau devil in a bush."

"...jangan coba-coba pesankan itu buatku, Gakushuu. Hei, aku serius! Kemarikan hapemu!"

.

.

"Aku terlalu muda untuk meadow saffron."

"'Hari-hari terbaikku sudah berlalu' menurutku cocok saja buatmu tuh, Gakushuu~"

...

"...tumben kau tidak bisa membalas, Gakushuu. Mau bunga milk vetch? Bunga liar sih sepertinya..."

"Bunga itu artinya 'Keberadaanmu meringankan rasa sakitku, Karma, jadi tidak bisa."

.

.

"NASTURTIUM LAGI—eh, kok artinya beda dari yang tadi?"

"'Penaklukan' dan 'Kemenangan dalam pertarungan' itu buat apa di bahasa bunga?"

.

.

"Orchid alias anggrek sebagai simbol Cina untuk banyak anak?"

"Jangan, katanya dua anak lebih baik kan. Lagipula jaman sekarang jarang ada anak muda yang peduli pernikahan."

"Seperti kakek-kakek saja cara bicaramu, Gakushuu."

.

.

"Uhh, peach blossom untuk narapidana...?"

"KENAPA DI ZAMAN VICTORIA YANG BAJU DALAM SAJA BISA BERLAPIS LIMA ADA BAHASA BUNGA 'AKU TAWANANMU', COBA?!"

.

.

"Aku sudah meng-google quaking grass, menjijikkan."

"Artinya saja 'Penggelisahan' kan."

.

.

"...yang huruf R banyak banget mawarnya."

"Yang ini kita longkap dulu ajalah."

.

.

"Spider flower—'Kawin larilah denganku'?!"

"Apa kita harus pasang tanda untuk si bunga, supaya tidak ada yang kena masalah membelinya?"

"Tunggu, memangnya bunga itu kita punya?"

.

.

"Teasel, eh? Kurasa kau akan seperti itu kalau di SMA tidak ada aku, Gakushuu."

"Aku tidak membenci orang, Karma. Aku hanya pilih-pilih teman dan itu hal yang bisa dimaklumkan. Kau yang waktu SMP diskors dan mulanya tidak punya teman karena bermuka preman, kan."

.

.

"Psst, Gakushuu, mau kukirimkan virgin's bower untuk ayahmu?"

"'Kasih sayang dari anak'? Aku tidak sayang padanya!"

"Ga~ku~shuu~ Kau tidak boleh durhaka! Tenang saja, nanti akan kuminta temanku Okuda untuk mengganti genetika serbuk bunganya—kalau sebatas membuat ayahmu pilek permanen dari serbuk bunga kurasa masih bisa."

"Yang jahat itu kau, Karma."

.

.

"Woodbine untuk kita?"

"'Kasih sayang antar saudara'? ...kapan-kapan sajalah, Karma."

.

.

"Bunga yarrow berarti 'obat sakit hati', apa mau dipasang tanda juga yang ini?"

"Apa ini justru tidak membuat makin sakit hati...? Rasanya terhina deh kalau diberi begini."

"Hmm, nggak salah juga sih."

.

.

"Zinnia kuning berarti 'pengingat harian'? Tidak butuh. Aku tidak mau diingatkan kita selalu bersama sejak SMA kelas satu."

"Kau jahat, Gakushuu."

"Karma, kalau mau pura-pura mengelap ingus, laplah dengan tisu. Kau membuatku mual dan malu—oi, jangan lempar tisunya ke arahku!"

.

.

"Maaf permisi, saya mau beli...?"

Adegan percobaan pembunuhan dengan cara menjejalkan tisu—yang diduga berkuman—ke dalam tenggorokan pun dihentikan. Oleh Karma dengan sedikit penyesalan, oleh Gakushuu dengan penuh kelegaan. Menyibakkan rambut, keduanya lalu tersenyum tampan.

"Selamat datang di toko bunga Asakaru! Ada yang bisa kami bantu?"

~Owari~

A/N: Mulanya saya mau membuat fanfic Nagikaru. Gak kuat saya coba ganti ke Asakaru, tapi yang ini juga mulanya masih berujung otak buntu. Eh abis selesai fanfic Asakaru yang satu, pas dicoba lagi ini bisa saya ketik tidak sampai dua jam duduk di bangku. Kalau ceritanya nggak lucu, uh... Tolong tetap review?

~Omake~

"Ng...?"

Karma membuka mata dengan enggan. Alis ditautkan saat sadar lengannya kesemutan habis disalah-gunakan dengan brutal sebagai bantal waktu ia ketiduran.

Si rambut merah baru saja akan meninggalkan kursinya—satu tangan sudah mencapai belakang kepala untuk memijat lehernya—saat sesuatu nyaris jatuh terselip dari kepala. Karma mengerjapkan mata, separuh tidak percaya akan apa yang kini digenggamnya dan yang bisa dilihatnya di depan kaca.

Mahkota mawar.

Mencoba mengusir kemungkinan mengerikan kalau dirinya yang bermahkota demikian pasti sudah diabadikan dengan kamera, Karma memutar otaknya untuk mengingat arti mahkota mawar di situs yang dibacanya bersama Gakushuu di toko mereka.

Ah ya—penghargaan atas jasa.

Karma tidak tahu harus bereaksi bagaimana—kesal atau justru tertawa? Habisnya lucu saja dihargai oleh si rambut jingga... Yah, walaupun hari ini Karma memang rajin bekerja. Saking rajinnya sampai tidur kelelahan, malah.

"Dasar si lipan, ternyata diam-diam dia perhatian," kekeh Karma akhirnya. "...tapi mawarnya kenapa warna merah semua, ya?"

~Omake Tamat~